JADI TETANGGA MANTAN

JADI TETANGGA MANTAN

Oleh:  Mommy Alkai  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat
47Bab
7.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Bagaiman jika harus bertetangga dengan mantan pacar? Apalagi di belakang istrinya, dia masih menyimpan perhatian lebih untuk kita? Mampukah Anjani terus menyembunyikan hubungan masa lalunya dengan Aa Hadi dari Teh Lina?

Lihat lebih banyak
JADI TETANGGA MANTAN Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Mommy Alkai
siappp Kakak, ditunggu yaaaa
2023-01-02 09:07:21
0
default avatar
Aqeela Afra Celestine
Seru ih, lanjutin thor sampe tamat
2023-01-01 01:14:06
1
47 Bab
PERTEMUAN
"Ma, bulan depan, kita harus pindah rumah ke Bogor. Papa dipindahin tugas ke minimarket cabang di sana!" beritahu Mas Pras, suamiku, saat kami sedang menikmati makan malam."Pindah lagi, Pa?" tanyaku dengan sedikit kesal. "Baru mulai nyaman tinggal di sini!"Aku merengut. Ini adalah kali kedua kami harus pindah rumah, karena dia selalu dipindahtugaskan, selama empat tahun pernikahan kami."Kamu pasti kesal, ya?" tanya Mas Pras hati-hati."Mau gimana lagi, atuh Pa. Kalau kamu pindah, masa iya aku tetap di sini sama anak-anak?"Begitulah ... sebagai istri, aku bisa apa selain mendukung suamiku? Padahal dalam hati kesal juga, membayangkan kami akan mengulang kerepotan dan beradaptasi lagi dengan lingkungan baru."Doakan saja supaya tabungan Papa cepat terkumpul dan kita bisa beli rumah sendiri. Jadi kalau dipindahin lagi, kamu sama anak-anak nggak usah ikut!"Mataku mendelik mendengar jawabannya."Terus mau LDR-an gitu? Jani nggak mau!" protesku. Walau sering bertengkar kecil, aku lebih
Baca selengkapnya
MANTAN SEMPRUL
Lelaki yang terlihat tak berubah saat terakhir kali bertemu itu pun turun, tanpa memasukan mobilnya ke dalam garasi lebih dulu. Dia malah berbalik dan menghampiri kami, membuat perasaanku gugup tidak karuan. Benarkah dia mantan pacarku, dua belas tahun yang lalu?Jantungku berdebar tidak karuan, apalagi kala bayangan terakhir kali kami bertemu berputar-putar di kepala.Semakin langkah kakinya mendekat, semakin gugup. Aku sangat yakin, dia adalah Aa Hadi mantan pacarku dulu. Kututupi wajah sebisa mungkin dengan tubuh Hamdi, agar dia tak mengenaliku. Kini dia berdiri persis di hadapanku, di samping Teh Lina.Sejak keluar dari mobil, bisa kurasakan kalau matanya tak lepas sedikitpun menatap, sampai dia tiba di hadapanku. Ah ... apa ini hanya perasaanku saja?"Papi, ini istrinya tetangga baru kita lho Pi, yang kemarin suaminya bersih-bersih!" kata Teh Lina menjelaskan.Aku sesekali berusaha mencuri pandang kearahnya. Ternyata dia menatapku tanpa berpaling sedikitpun. Benar, dia benar-bena
Baca selengkapnya
BUBUR PENUH KENANGAN
"Jani!' Lagi, dia memanggil untuk yang kedua kalinya karena kuabaikan.Ya ampun ... apa dia tidak takut istri atau anaknya akan mendengar, lalu curiga?Aku enggak bisa membayangkan kalau Teh Lina sampai tahu kalau aku pernah jadi WIL suaminya."Apa, sih?" sahutku ketus."Apa kabar?"Bisa-bisanya tanya ada apa. Pakai basa-basi segala ini orang! Udah tahu segar bugar begini. Kalau sakit mana bisa pegang gagang sapu, ya kan?Rasanya tidak perlu kujawab basa-basinya itu."Jan!""Apalagi?""Aku mau ngomong!""Ngomong apa? Itu kan, lagi ngomong?""Sini atuh!""Enggak bisa, bahaya!" sahutku cepat tanpa menoleh sedikitpun."Bahaya apa, Neng Jani?" Tiba-tiba suara Teh Lina menggema dari arah belakangku."Eng ... enggak ada apa-apa, Teh! Tadi saya nyapu ada paku. Bahaya kan, kalau keinjak. Bisa sakit yang kena!" jawabku gugup. Tanganku sampai gemetar saking kagetnya."Sakit mana sama lihat mantan yang bahagia sama pasangan barunya!" GlekkkLagi-lagi ucapannya ... apa jangan-jangan Teh Lina uda
Baca selengkapnya
PERHATIAN ATAU KEGEERAN?
Gegas aku beranjak dan membuka pintu. Aku sengaja tidak menyahut lebih dulu agar Hamdi tidak terbangun. "Wa'alaikumusalam, ada apa Teh?" tanyaku pada Teh Lina yang datang dengan kantong plastik berwarna putih di tangannya. "Ini, Papinya anak-anak bawa anggur hijau banyak, Teteh bagi dua sama kamu. Kamu doyan nggak?" Mataku berbinar-binar mendengarnya. Setelah kresek itu berpindah tangan, kuperkirakan ada sekitar dua kilogram anggur di dalamnya. Sudah lama sekali tidak makan buah kesukaanku itu. Selain mahal, tidak ada yang suka selain aku di rumah. "Ya ampun Teh, Jani doyan banget. Ternyata A—" "Apa, Neng?" Teh Lina memicing. Duh, hampir aja keceplosan! "Anu Teh, kok bisa banyak begini? Kan harganya mahal?" Aku mencoba mengalihkan. "Katanya sih, temennya lagi panen anggur. Makanya Papi dikasih banyak, bukan beli!" jelasnya. "Alhamdulillah ya Teh, Jani kebagian rezekynya Teteh!" kataku dengan mata berbinar. Ah, aku jadi merasa bersalah sama Teh Lina. Ini pasti ulah Aa Hadi ya
Baca selengkapnya
KIRIMAN PAKET
"Elvy Sukaesih?" bisikku.Sukaesih itu nama ibuku di kampung. Tapi yang suka menambahkan nama Elvy di depannya ....?Aa Hadi???Mataku sampai melotot, saat ingat kalau dialah yang sering menambahkan nama belakang ibu. Jadi, apa benar paket kiriman paket ini dari Aa Hadi?Segera kubuka paket itu karena penasaran sekali dengan isinya. Setelah dibuka, isinya adalah daster model kekinian. Ada sekitar delapan stel daster terusan dengan bau khas pakaian baru dari plastik pembungkusnya."Daster? Banyak banget?" gumamku sambil terus melihat isi di dalamnya.Kucari lagi data pengirim pada plastik pembungkus paket. Di sana tertera nomor handphone-nya.Aku mulai curiga lagi. Kalau benar ibuku yang mengirim, mana ada dia punya handphone? Karena dia tetap tidak bisa menggunakannya meski telah diajari adikku, Anjeli berkali-kali. Segera kuambil ponsel dan menghubungi nomor itu."Halo?" tanyaku sedikit ragu."Halo, ini pasti Anjani. Sudah terima paket dari Aa?" sahut suara di ujung telepon.GlekkB
Baca selengkapnya
DI RUMAH MANTAN
Siang itu setelah selesai cuci piring dan masak, akhirnya seluruh pekerjaanku kelar juga. Kulanjut mandi sebelum menjemput Nindy dan Hamdi dari rumah Teh Lina, rumah mantan pacarku. Kalau aku kesana sebelum mandi, bisa-bisa Teh Lina ngomel-ngomel lagi nanti.Semenjak tinggal berdekatan dengan Teh Lina, pekerjaanku lebih cepat selesai. Dia akan dengan senang hati menawarkan diri mengajak kedua anakku bermain di rumahnya.Selain suka anak kecil, Teh Lina juga tidak mengerjakan apa-apa lagi. Karena dia memiliki ART yang pulang pergi untuk membantu tugas berat seperti mencuci dan yang lainnya.Pejerjaan Teh Lina hanya masak di pagi dan sore hari.Selesai mandi, segera aku bergegas ke rumahnya untuk menjemput anakku. Tapi baru sampai teras, dia keluar sendiri dan mengajakku untuk masuk ke dalam rumahnya."Hamdi sama Nindy tidur Neng, sini masuk dulu ...!" ajak Teh Lina.Aku mau masuk tapi ragu. Meski sudah akrab dan Teh Lina sering bolak-balik, tapi belum sekalipun aku masuk ke dalam rumah
Baca selengkapnya
KEDATANGAN IBU
"Ma, ini pakaian siapa banyak banget. Mama jualan?" tanya Mas Pras saat mendapati dua tumpuk daster di keranjang baju. Padahal sudah kusembunyikan, tapi dia tetap tahu."Punya aku Pa, sebagian dikasih Teh Lina. Sebagian dikirim dari Ibu ....""Alhamdulillah, berarti tahun ini nggak usah beli daster ya, Ma? Bisa dialihkan ke yang lain kan?" celotehnya kegirangan, tanpa rasa bersalah sedikitpun."Ya ampun Pa, udah beli baju sama daster setahun sekali, masa mau dihapus juga. Berarti lebaran ini, ya aku beli gamis dua dong, Pa!" gerutuku sebal.Kesal sekali dengan sifatnya yang terlalu hitung-hitungan itu. Andai saja dia tahu, siapa yang memberi daster baru itu, apa dia akan sadar, kalau aku lebih berharga di mata lelaki lain?Kutinggalkan Mas Pras ke dalam kamar. Dia tahu, marahku adalah diam. Jika diganggu akan semakin lama aku mendiaminya. Makanya, dia takkan berani bicara lagi.Kenapa akhir-akhir ini aku selalu kesal dengan sikap suamiku?Padahal, dulu aku tak pernah masalah, selama d
Baca selengkapnya
PAKET BERMASALAH
"Jadi daster itu bukan Ibu yang kirim?" Pertanyaan Mas Pras semakin membuatku gugup."Bukan, Pras!""Coba atuh Neng, dilihat lagi nama pengirimnya!" titah Teh Lina."Bagaimana ya Teh, mana plastiknya sudah Jani buang?" kataku beralasan. "Kalau paket nyasar, bisa bahaya Ma! Bagaimana kalau diminta ganti rugi karena sudah buka paket?"Lagi-lagi Mas Pras bikin aku kesal. Udah tau aku lagi marah, tetap saja pelitnya keluar!"Mama kan, nggak tahu, Pa!""Makanya Ma, jangan asal buka. Aplikasinya aja nggak punya!"Ck, lihat aja, setelah Ibu pulang nanti. Akan ku tambah diamku selama sebulan, biar tau rasa! dengkusku kesal.Gara-gara paket dari Aa Hadi, malam harinya, aku sampai tidak bisa tidur. Selain Mas Pras terlihat curiga, aku juga kepikiran karena belum bisa bicara mengenai Aa Hadi pada Ibu.Dan Mas Pras, lelaki disampingku itu terus mewanti-wanti agar aku tidak menggunakan daster itu dulu, selama satu bulan.Huh! Takut banget kena denda dan disuruh bayar sepertinya!Kulirik jam di di
Baca selengkapnya
MENGULANG KEDEKATAN IBU DAN AA HADI
"Jani udah hubungi Mas Pras, tunggu dulu ya Bu!" kataku pada Ibu agar dia merasa tenang. Padahal, Mas Pras belum membaca pesanku sama sekali, masih centang satu. Entah kenapa, akhir-akhir ini dia sulit sekali dihubungi."Deuh Teh, hese (susah) ya, enggak punya tetangga mah. Sekalinya punya, ada bonus masa lalunya!" sindir Ibu penuh kemenangan.Aku diam saja mendengar celoteh Ibu, sambil terus menepuk punggung Hamdi yang kegerahan karena kipas angin yang mati.Kulihat juga Nindy mulai tak nyaman, mungkin gerah juga. Ibu dengan sigap membuka pintu dan jendela yang tadi kututup rapat agar ada udara segar yang masuk."Assalamualaikum ...." Teh Lina pagi ini datang sambil menyodorkan sepiring makanan yang dibuatnya. Kali ini, dia buat kue lupis ketan ."Waalaikumusalam ...," jawabku sambil mengambil piring dari tangan Teh Lina. Karena seringnya dia mengantar makanan, aku jadi tidak basa-basi lagi dan langsung menampi (menerima) pemberiannya."Belum mandi Neng?" tanyanya, lengkap dengan lir
Baca selengkapnya
PELITNYA MAS PRAS
Dua jam sudah Ibu pergi dengan Aa Hadi dan belum juga kembali. Selesai mandi, aku hanya bermain dengan Nindy dan Hamdi.Kata Teh Lina, aku enggak perlu masak. Dia sengaja bikin makan siang yang banyak biar kami bisa ikut mencicipinya.Ah, Teh Lina ... aku hanya bisa berdoa semoga kamu selalu sehat dan bahagia. Dan rahasia ini, tetaplah menjadi rahasia kami, agar Teteh tidak merasakan sakit hati lagi, batinku.Tak lama, suara derum mobil Aa Hadi terdengar jelas. Beberapa saat kemudian, Ibu datang membawa beberapa paper bag. Gegas kukunci pintu untuk sementara waktu, karena aku kelewat penasaran dengan apa yang terjadi pada mereka selama perjalanan.Setelah itu, kami masuk ke dalam kamar belakang, lalu Ibu pun mulai bercerita.Kata Ibu, Aa Hadi tak hentinya meminta maaf padanya. Seperti yang dia ceritakan, kalau dia dulu tidak mencintai istrinya.Berarti sekarang udah cinta atuh? Duh A, Jani patah hati boleh enggak?Selain itu, Ibu juga bercerita panjang lebar mengenai apa saja yang ter
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status