Share

PART 03

                                                  

      Lalu body guard satunya lagi menambahkan, “Bos kami adalah orang yang sangat penyabar. Tapi kesabaran manusia tetap ada batasnya. Itu yang harus Nyonya waspadai.” Lalu mendekatkan pipinya di samping pipinya si wanita cantik dan berkata dengan suara pelan, “Kami mampu melenyapkan apa pun tanpa bekas, wuiisshh, seperti asap,  jika bos kami menginginkannya. Karena itu...ayuk, ikutlah kami, Nyonya Muda.”

       Si wanita dengan suara tinggi menolak: "Tidak! Saya tidak mau ikut!"

      "Pokoknya kamu harus ikut!" si laki-laki ber-tuxedo setengah membentak dan memaksa. "Aku peringatkan  kamu sekali lagi, tolong jangan membuat kesabaranku menjadi benar-benar hilang! Aku bisa bertindak tanpa welas terhadap kamu di sini!"

       "Kamu mesti gitu, Mas," ucap si wanita cantik yang dipanggil dengan sebutan Nyonya Muda itu. "Katanya Mas mencintai aku dan nggak mau kehilangan aku, tapi kamu selalu menyakiti aku secara lahir dan batin! Aku ini manusia, Mas, bukan seonggok boneka seperti dulu sering Mas bilang! Jadi, apa pun yang akan Mas lakukan terhadap aku di sini, aku tetap tidak akan mengikuti Mas lagi! Titik!!"

      Si pria menghela nafas panjang dan mengusap wajah gusarnya, lalu, "Mau ikut aku baik-baik tidak! Kalau tidak mau ikut secara baik-baik, terpaksa aku akan menyeretmu! Mau!"

       "Mas bunuh aku pun aku tak akan ikut!" si wanita bersikeras menolak.

      "Oh begitu ya? Baik!" Habis berucap demikian, laki-laki berjas tuxedo  mencengkeram pergelangan tangan kanan si wanita dengan kuat dan hendak menyeretnya.

       Si wanita sontak memberontak dan berteriak, “Laki-laki bajingan tak beradab!”Lalu dengan sebuah keberanian yang luar biasa ia menggigit tangan si pria kuat-kuat.

       Mendapat gigitan yang kuat itu, membuat si pria ber-tuxedo berteriak nyaring dan melepaskan cengkeraman tangannya.

       "Benar-benar perempuan iblis!" ucapnya geram. Bersamaan dengan itu ia mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan akan dilayangkan pada kepala atau pelipis si wanita. Si wanita menjerit keras sembari menunduk dan melindungi kepalanya dengan kedua tangan halusnya.

       Namun saat tangan besar dan berbulu itu akan menghantam keras bagian kepala si wanita cantik dan menggegerkan otaknya, tiba-tiba satu tangan yang jauh lebih kekar mencengkeram tangan si pria ber-tuxedo dari arah belakang. Si pria ber-tuxedo merasakan tangannya seolah-olah terkena cengkeraman jemari tangan sebuah robot baja, sehingga ia benar-benar nyaris tak mampu menggerakkan tangannya. Saat ia menoleh, satu wajah seorang pria nyaris menempel dengan wajahnya, tersenyum, dan melototinya dengan tajam. “ Hei, dengar, Tuan Arogan! Seorang waria pun tidak akan mau menzolimi seorang wanita yang lemah, lebih-lebih di muka umum seperti ini!" Satu gumpalan besar ludah si pemuda bertengger di wajahnya.

        Si Tuan Arogan pun langsung mengatupkan kedua matanya rapat-rapat. Amarahnya langsung membakar rongga dadanya akibat mendapat perlakuan dan hinaan yang demikian rupa itu dari seorang pemuda asing itu. Dengan kasar ia melepaskan pergelangan tangannya dari cengkeraman sang pemuda asing, yang tak lain adalah Jasman, dengan sebuah sentakan keras, bahkan berkali-kali. Namun cengkeraman tangan si pemuda tetap kuat pada pergelangan tangannya. Maka sadarlah si Tuan Arogan, bahwa ia sedang berhadapan dengan seorang pemuda berilmu sangat tinggi.

       Ketika Jasman melepaskan cengkeraman tangannya, si Tuan Arogan, langsung mengusap air ludah yang menempel di wajahnya, sebelum berkata, "Kamu ini siapa, berani ikut campur urusan saya! Kurang ajar sekali! He, mau sok jadi pahlawan kesiangan, ya!?"

       Hm? Jasman menatap heran terhadap si Tuan Arogan. Heran bercampur jengkel. Namun ia mencoba bersabar dan berkata dengan nada renda, "Ah, sorry,  Tuan Arogan, saya mulanya tak mau peduli urusan sampeyan dengan Mbaknya. Tetapi karena sampeyan mau bertindak zalim terhadap Mbaknya, maka sebagai manusia yang beradab saya harus peduli dan mencegahnya. Ingat, bos, mencegah dengan ikut campur itu adalah dua hal yang berbeda!"

       "Ah, pandai berceloteh kau!"

     “Eits...!” Jasman meletakkan teluncuknya di depan mulutnya. “Saya ini seorang calon sarjana, bukan calon balita!”

         Lalu kepada si wanita yang dizolimi Jasman menoleh dan bertanya, "Maaf, apakah mbaknya butuh semacam perlindungan dari saya? Jika mbaknya memberi saya semacam kuasa untuk melindungi mbaknya, maka saya siap memberinya dengan ikhlas lillahi ta ala. Bukannya apa-apa, karena saya sangat benci kepada laki-laki yang sok perkasa kepada perempuan macam mereka ini"

      Mendapat tawaran pertolongan perlindungan dalam situasi yang sangat dibutuhkannya seperti saat ini, tentu si wanita muda tak menyia-nyiakannya.  Dan tanpa ditawari untuk kedua kalinya, wanita yang memiliki wajah mirip-mirip wajahnya artis Dian Sastrowardoyo itu berkata, "Iya Mas, lindungi saya. Saya sangat takut...!" Lalu tanpa sungkan ia berdiri di belakang Jasman dan memegang lengan jaket si pemuda dengan erat.

      "Sampeyan sudah dengar kan? Mbaknya ini sudah meminta saya untuk melindunginya. Artinya, sampeyan sejak saat ini jangan pernah berpikir lagi untuk mengganggu hidup beliau. Jika tidak, sampeyan akan berhadapan dengan saya. Paham!?"

     “Ah, bocah calon sarjana yang sombong!”bentak si Tuan Arogan. Satu anggukan pelan kepalanya menjadi sebuah kode kepada kedua body guard-nya agar melakukan suatu tindakan.

       Kedua body guard-nya yang bertampang garang itu pun paham dengan kode itu, dan tanpa membuang-buang waktu lagi keduanya langsung menyerang Jasman secara serentak dengan mengiblatkan  tendangan keras ke arah Jasman.

       Sebagai seorang pemegang sabuk hitam dari beberapa aliran ilmu beladiri, Jasman sudah sangat paham dengan serangan seperti itu. Dan di luar perkiraan kedua body guard, dengan satu gerakan tendangan menyamping yang sangat cepat, kakinya mendahului gerakan kaki dari kedua lawannya, dan tepat menghantam dada dan rahang kedua musuhnya secara beruntun dan sangat keras.

       Buggh!!

       Heggh!!

       Tak ayal, tubuh kedua sang body guard mencelat ke belakang dan jatuh bertumpangan di samping pintu masuk kedai. Kejadian itu membuat semua yang ada dalam kedai itu sontak berteriak histeris dan berhamburan keluar.

       Tetapi hebatnya, walaupun keduanya merasakan keras dan sakitnya bagian tubuh tendangan si pemuda, tetap juga keduanya bangkit sembari menatap tajam kepada Jasman dengan wajah yang menampakkan amarah hatinya yang luar biasa. Lalu tanpa dikomando keduanya pun kembali maju ke depan untuk melakukan serangan terhadap Jasman.

      Belum lagi keduanya sempat melancarkan serangan, dengan gerakan cepat Jasman mengambil segelas air teh di atas meja panas milik pelanggan restoran, lalu air teh panas itu disiramkan kewajah kedua lawannnya. Keduanya cepat menutup wajahnya dengan pergelangan tangannya masing-masing, namun justru saat itu satu tendangan lurus keras dan kilat Jasman kembali menghantam rahang mereka. Keduanya terpental ke belakang dan jatuh membentur lantai restoran yang terbuat dari marmar hitam.

       Si Tuan Arogan amat tercekat. Bagaimana bisa kedua body guard andalannya itu dua kali menderita hanya dengan gerakan satu kaki si pemuda?  Dia semakin sadar, bahwa si wanita cantik yang dikerjarnya sedang mendapat pertolongan dari malaikat maut yang berwujud seorang pemuda!

       Mungkin karena gengsi atau memang sudah terlanjut sombong, si Tuan Arogan bukannya ciut nyalinya. Amarahnya masih tersangkut di ubun-ubun kepalanya. Dengan sebuah sikap pengecutnya, ia mencoba memanfaatkan kelengahan si ‘malaikat maut’, dan dengan sebuah gerakan cepat ia mengarahkan pukulan hook tangan kanan ke leher samping si pemuda.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status