Share

Pelipur Lara

"Jangan ngaku cantik kalau belum kena labrak istri orang!" kata-kata itu sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya, dan sudah menjadi semboyan dalam hidupnya semenjak dia berkecimpung terjun ke dunia malam, bekerja karaoke sebagai LC (Ladies Company) di salah satu hotel besar di kota metropolitan, Jakarta.

Menemani customer menyanyi, minum alcohol, kadang harus mengkonsumsi narkoba, keluar masuk kamar hotel hanya untuk membuat costumernya puas dan senang. Dia sudah tidak memikirkan lagi soal badan dan kesehatannya, siang jadi malam, malam jadi siang, situasi dan kondisi hidupnya sudah tidak normal lagi, terbalik.

Memang tidak semua lc diharuskan jadi lc++, tapi Flower Violetta memilih menjadi Lc++ karena dia telah menyandang status sebagai seorang janda, dan harus menghidupi kedua putri cantiknya yang kembar Alana dan Alena, yang ikut dengannya setelah bercerai dengan mantan suaminya Eugene White.

Melihat kedua putrinya tidur dengan lelapnya, membuat mata wanita berusia 29 tahun itu tidak terasa mulai berkaca-kaca dan basah karena bulir-bulir bening mulai menetes perlahan-lahan membasahi pelupuk dan pipi mulusnya, mengingat nasib kedua putri tercintanya yang harus tumbuh dan hidup tanpa sosok seorang ayah dan menjadi anak korban broken home dan korban dari ke egoan kedua orangtuanya.

Dadanya terasa sakit, dia menahan sesaknya sehingga membuat dia terisak-isak "maafin mimi sayang, kalian berdua harus jadi korban karena ego kedua orangtua kalian yang bodoh ini, tapi itu semua di luar kuasa dan kendali mimi kalian yang lemah dan rapuh ini." gumamnya pelan dengan bibir yang gemetaran, sambil membelai lembut rambut kedua putrinya yang comel dan sesekali dia menyeka bulir-bulir bening di pipinya dengan telapak tangannya.

Kemudian dia mencium kening kedua putri blasteran tercintanya.

"Good nite dan sweet dream my baby, love u both! Muah! Muah!" lalu ia menyelimutinya sebelum mematikan lampu kamarnya, dia pun merebahkan tubuh seksinya di singgasana peraduannya.

Belum berhenti sampai disitu, bulir-bulir bening masih berjatuhan di kedua pipinya, sungguh sangat membuat sesak dadanya, dia mengepalkan tangan kanannya dan memukuli dadanya pelan-pelan, seketika dia teringat kejadian 3 tahun yang lalu saat dia dan mantan suaminya yang berkebangsaan Itali memutuskan untuk berpisah dan bercerai.

******

Bulir-bulir bening mulai membasahi kedua pelupuk mata dan pipinya, rambut panjangnya yang terurai melayang-melayang kena hembusan angin pantai yang bertiup kencang.

"Jadi keputusanmu sudah bulat, kau lebih memilih warisan orang tuamu dari pada aku dan kedua putrimu, tidak kusangka kau ... kau lelaki yang gila harta dan berhati dingin, ingat ya, kau akan menyesali keputusanmu ini Eugene White!" terucap sumpah serapah dari bibirnya dengan lantang dan penuh amarah yang meletup-letup.

Eugene melepaskan kedua tangannya yang menarik bajunya dari belakang, dan menoleh ke arahnya.

"Keputusanku sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat lagi, aku bisa menikah lagi dengan wanita yang satu keyakinan, punya anak lagi, dan disetujui kedua orangtuaku, dari pada aku harus kehilangan warisanku karena namaku dicoret dari pewaris satu-satunya keluarga besarku, karena mempertahankanmu dan masuk agamamu!" ucapnya dengan nada tinggi dan melirik sinis ke arahnya lalu berjalan pergi meninggalkannya.

Sedangkan ia masih berdiri terpaku, mematung, mengepalkan kedua tangannya sambil menangis tersedu-sedu memandanginya berlalu pergi dari hadapannya.

******

Mengingat kejadian saat itu membuatnya semakin larut dalam kesedihannya malam itu. Benar-benar sebuah tragedi yang tidak akan terlupakan, dan menjadi kenangan pahit yang kadang membuatnya trauma untuk membangun kembali biduk rumah tangga, bila tidak ingat dengan keberadaan malaikat kecilnya, kedua putrinya yang memberinya kekuataan untuk menjalani dan menghadapi getirnya hidup yang penuh dengan lika liku, sandiwara, angkara, deru debu, dan mereka berdua menjadi pelipur lara baginya.

Wanita janda beranak dua itu menangis sampai tertidur.

Ayam berkokok memecah pagi yang dingin di kota kembang itu sehingga membuat Flower tersadar dari tidurnya di singgasana peraduannya, dia melirikkan matanya ke jam dinding yang ada di kamarnya, "jam setengah 5." batinnya.

Seketika dia langsung beranjak duduk dan matanya langsung terbelalak, lirik kanan lirik kiri. "Aku kan udah janji sama anak-anak mau bawa mereka jalan, muter-muter Bandung hari ini, kemana aja ada dah yang penting mereka senang, bentar aku kumpulin nyawa dulu." gumamnya semangatin dirinya sendiri sembari tepok jidat.

Tring!

Diraihnya ponselnya yang sedang dia charger di samping singgasana peraduannya.

"Jangan elo temuin lagi laki gue Si Andra, lihat aja apa yang akan gue lakuin kalo elo masih berhubungan sama laki gue, dasar jablay murahan!" dia terkejut membaca pesan line dari istrinya Si Andra.

Dia berdecak dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ebusyet, pagi-pagi buta masih lanjut aja nih orang labraknya, dasar nenek gayung setres!" celotehnya geram.

Pesan line itu berhasil merusak suasana hatinya di pagi itu menjadi bete.

"Bodo amat ah, emang aku pikirin! Aku pengen tahu apa yang bisa dia lakuin kalo gue masih berhubungan sama Si Andra?" pikirnya picik, dia mengerutkan dahinya mengerlingkan matanya dan tersenyum sinis.

Dia tidak memperdulikan ancaman dari istri Si Andra yang dia panggil nenek gayung. Dia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya.

Huft! Hela nafasnya berat berulang kali.

Labrakan itu memotifasinya untuk mendapatkan lelaki yang sudah membuatnya bisa jatuh cinta kembali, apalagi sampai diancam, semakin dia maju. Dia tidak membalas pesan linenya itu, dia cuekin. Lalu dia membangunkan bi Minah.

"Bangun bi, bikin nasi goreng mentega, kasih telur sama sosis buat sarapan, terus bikin susu buat anak-anak ya," perintahnya, terus dia melangkahkan kakinya ke kamar mandi.

Bi Minah langsung beranjak dari singgasana peraduannya.

"Siap bu bos." sahutnya, terus dia langsung ke dapur mengerjakan perintah bosnya.

"Morning my sweet baby." ucapnya dengan senyuman manis.

"Morning mimi." sahut kedua putri kembarnya serempak, dengan muka bantalnya.

Mereka berdua langsung di urus oleh bi Minah, dimandikan, di pakaikan baju yang modelnya sama hanya beda warna, Alana pake baju gambar Elsa Anna Frozen warna ungu rambutnya dikuncir kuda, kalo Alena baju frozennya warna pink rambutnya dikuncir dua, lalu sarapan dan meminum habis susunya.

Flower tersenyum simpul melihat kedua putrinya.

"Aih comelnya putri-putri mimi, pinter, makannya banyak, minum susunya habis." pujinya sembari mencubit pelan dan mencium pipi kedua malaikatnya.

Mereka berdua pun memeluknya.

Sepanjang jalan mutar-mutar Bandung, mereka singgah ke rumah strawberry, Alana dan Alena senang memetik buah strawberry, ada yang di makan langsung di tempat ada juga yang dibawa pulang, rasa strawberrynya ada yang manis ada yang asam, membuat kedua anak kembar yang comel itu bergidik sambil memejamkan matanya saat menggigitnya.

"Acem!" celetuk mereka berdua serempak. Dia tersenyum lebar melihat kelakuan lucu kedua putrinya.

Untuk sesaat dia melupakan kejadian yang sejak kemarin membuatnya bete, kesal, geram, bikin emosi, tapi ada lucunya juga, kalo inget omongan labrakan dari istri-istri para customernya terutama istrinya Si Andra, bikin dia tertawa terbahak-bahak sampai perutnya terasa kram.

Di pertengahan jalan mereka mampir ke toko oleh-oleh khas Bandung, membeli brownies, bolen pisang dan tape, bolu susu Lembang, keripik dan kerupuk berbagai jenis, dan tidak lupa beberapa cemilan yang pedas.

Putri pertamanya menunjukkan kemasan keripik kentang varian lada hitam.

"Kaka mau ini mih,"

"Dede mau juga," sambung putri bungsunya dengan mata yang memelas.

"Itu pedes sayang, kamu berdua gak akan kuat," sahutnya, diambilnya kemasan kentang dari tangan putrinya dan menaruh kembali ketempatnya.

Seketika,

"Kaka sama dede kuat pedes kok mih," seru kaka, mimik wajah kedua putrinya berubah jadi datar dengan bibir yang mengerucut.

"Ya udah kalo emang kuat pedes, masing-masing ambil 3 ya," perintahnya.

"Mau 5," pinta mereka berdua serempak sembari menunjukkan kelima jari tangannya sebelah kanan ke arahnya, lalu saling bertatapan dan nyengir kuda.

"Oke baby." dia mengiyakan permintaan kedua malaikat kecilnya sembari melipat kedua tangannya di dada, mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum lebar.

Bi Minah hanya senyam-senyum mendengar dan melihat percakapan majikan dan kedua putri kembarnya.

"Tuh bocah dua masih kecil udah pada pinter ngomongin apa yang mereka suka sama gak, plus pinter nego, siapa yang ngajarin? pinter amat anak-anakku." pikir dan batinnya, dia merasa kaget tapi memuji kedua putrinya.

"Yeay, thank u mimi." sorak Alana dan Alena kegirangan senang, mereka langsung ambil masing-masing 5 dan memasukkannya ke keranjang belanja yang dibawa oleh bi Minah, bi Minah tersenyum lebar lihat kelakuan kedua anak kembar majikannya yang cantik, lucu, dan pintar.

"Menggemaskan sekali lihatnya, mereka berdua anak-anak yang pinter, masya Allah" ucap batin bi Minah takjub.

Tiba-tiba ponselnya berdering, dilihatnya layar ponselnya tertera nama Si Botsy Andra, lalu diangkatnya.

"Halo, asalamualaikum," sapanya dengan santai.

Dengan nada datar Si Andra membuka obrolan.

"W*'alaikumsalam, lagi dimana, masih di Bandung ya Okem ku sayang?"

Langsung dijawabnya dengan cepat.

"Iya, kenapa?"

Disahut cepat juga sama Si Andra.

"Gak pp, kangen aja, kapan balik Jakarta, gimana kabar putri-putri cantikku, hujan gak di situ, terus masih telepon gak istriku?" dia mencecarnya dengan pertanyaan.

"Rencana mau ajak anak-anak ke pemandian air panas dulu, terus itu Si Nenek Gayung cuma sms aja tadi pagi, ngancem aku!" jelasnya sembari membayar belanjaan di kasir.

"Waduh, dia ancem gimana? biarin aja jangan didengerin anggap aja orang gila," katanya mencoba menenangkannya lagi.

"Woles, siapa juga yang ladenin tuh nenek gayung, ntar aku kirim deh chatnya biar dirimu baca sendiri, udah dulu ya lagi repot nih," katanya sembari berjalan ke luar toko.

"Ntar kirim aja chatnya aku mau lihat, ya udah hati-hati ya Okem sayang, muah." pungkasnya mengakhiri teleponnya.

Mereka berdua pun menutup teleponnya.

"Sebenarnya sih mamahnya yang mau berendam air panas bukan anak-anaknya, lagian telepon aku mau ngapain, kan tadi udah aku chat di line, aku kirain telepon mau ngomongin apa gitu itu Si Botsy, ujung-ujungnya dia nanyain bininya, malesin banget! Mungkin dia khawatir sama aku, anggap aja seperti itu, ah sudahlah!" gumamnya pelan mencoba berpikir positif, ada timbul sedikit rasa panas di hati karena cemburu, lalu dia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya.

Huft! Hela nafasnya berat.

Kemudian dia menghidupkan mesin mobilnya kembali, menyuruh bi Minah memasukkan semua belanjaannya ke bagasi dan kedua anaknya ke dalam mobil.

Sore itu langit tiba-tiba berubah menjadi gelap, mendung. Angin bertiup lumayan kencang, suara petir dan geledek saling bersahut-sahutan.

"Yah, mau hujan, gimana mau berenang mandi air panas ke Ciater, oh iya pesen villanya aja deh, berendam air panasnya di villa aja." pikir dan gerutu batinnya.

Dia mengerutkan dahinya sembari berdiri di samping mobilnya memegang pintu mobilnya, melihat ke atas langit, kemudian dia masuk ke dalam dan menutup pintu mobilnya.

Terus ia memakaikan sitbelt pada Alena yang duduk di bangku depan, yang satunya Alana duduk di belakang sama pembantunya, seperti biasanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status