Share

Terpukau Dan Terpesona

Film kartun Rapunzel dimulai Alana dan Alena sangat bersemangat sampai mata mereka berdua tidak berkedip, mulutnya tidak berhenti mengunyah popcorn mereka berdua duduk di tengah-tengah. Sebelum masuk duluan ke dalam bioskop dia menyuruh bi Minah untuk membawa mereka berdua ke kamar mandi biar tidak bolak-balik karena mau buang air kecil.

Meski pun sudah punya buntut dua dia pribadi masih suka nonton kartun.

Pria bertubuh kekar itu menempelkan telapak tangannya mengusap wajah wanitanya, "Serius amat nontonnya." seketika dia menoleh ke arahnya dengan bibir yang mengerucut, dia mencubit kecil pahanya dan melanjutkan kembali nontonnya.

"Aw, pedes banget tangannya padahal cubitnya kecil." wajahnya meringis, dia mengusap-ngusap pahanya.

"Anak sama emak sebelas dua belas sudah punya buntut dua juga masih doyan kartun, dasar!" batinnya, pria berumur tiga puluh lima tahun itu geleng-gelengkan kepalanya.

Akhirnya dia tidak menggoda kekasihnya lagi dia mengunyah popcorn dengan cepat pandangannya lurus ke depan.

Tidak terasa dua jam berlalu penonton mulai berhamburan keluar kedua putrinya bercanda dan bersenandung lagu-lagu di film Rapunzel mereka keluar bioskop paling terakhir.

"Laper gak?" tanya Andra, Flower hanya mengangguk.

"Yuk makan om tapi Lana mau Pizza." dia menggandeng tangannya.

"Lena juga mau Pizza om." dia menggandeng tangan miminya.

Andra mengacungkan jempol kanannya, dia jongkok kemudian meminta putri pertama kekasihnya naik di punggungnya. Flower juga menggendong putrinya yang satu lagi dia dudukkan di pinggang rampingnya. Sepanjang jalan mereka bersenda gurau sambil sesekali meniru Pascal dan Maximus hewan yang di film Rapunzel.

Alana dan Alena di gendong sampai outlet pizza.

Di Pizza...

Flower dan bi Minah mengambil salad dan soup di meja dekat pintu masuk kedua putrinya duduk di sofa main game di ponsel dan Andra memesan Pizzanya.

Sejenak dia tergugu kembali melihat keakraban kedua putrinya dengan Andra kadang telintas di pikiran dan niat di hatinya hasrat untuk menjadikan dia sebagai suami dan ayah untuk kedua putri tercintanya. Tapi lagi-lagi dia mengurungkan niatnya jika teringat tragedi di pantai tiga tahun lalu.

Sedang menikmati kebersamaan mereka tiba-tiba ponsel Andra yang diletakkan di meja berdering. Wanita yang duduk berhadapan dengannya tidak sengaja terlihat nama yang tertera di layarnya.

"Puspitasari, Si Nenek Gayung telepon." gerutunya, wajahnya berubah datar. Mereka berdua saling bertatapan.

"Angkat saja berisik." dia membuang muka seolah tidak perduli, Andra tersedak.

Uhuk! Uhuk!

Diraih ponselnya dia melangkahkan cepat kakinya dia melirik sinis ke arah pria berkepala plontos itu yang berlalu dari hadapannya. Dia menerima telepon di luar outlet.

"Sabar-sabar Flower aku harus extra sabar pake banget." gumamnya pelan.

Dari kejauhan dia telepon sesekali melemparkan senyum wanita itu mengerlingkan matanya wajahnya sangat datar. Lumayan lama istrinya telepon membuat wajahnya semakin ketekuk walaupun dia sembunyikan dibalik senyuman.

Dia tidak bisa menghindari dan menutupi api yang membara, membakar, bergejolak dan meletup-letup dalam hatinya.

Ketika rasa cemburu itu hadir rasanya seperti Jailangkung yang datang tak dijemput dan pulang tak diantar sangat menyeramkan, horor!

Huft! Hela nafasnya berat berulang kali.

Andra kembali duduk di sofa dia meneguk habis lemon teanya dan menghabiskan Pizza yang ada di piringnya namun tatapan matanya kosong. Flower terdiam.

"Om misi dong Lana mau pipis." celetuknya, Andra sontak kaget dan tersadar dari lamunannya.

"Eh iya sayang." dia langsung menggeserkan kakinya ke samping kirinya.

Alana memiringkan badannya sedikit disusul oleh Alena dan pembantunya.

"Barusan Si Andra ngelamun ya kok dia kaget denger suara Si Alana apa yang dia lamunin?" Flower penasaran dan wajahnya semakin kaku seperti kanebo kering.

"Ada apa? Kamu ngelamun ya barusan? kok denger suara Alana saja kaget terus wajahmu pucat. Emang tadi istrimu ngomongin apa sih?" selidiknya, sorot matanya benar-benar penuh curiga.

Andra menghela nafasnya berat.

"Gak ada apa-apa sayang." Andra tersenyum tipis, ia tidak mau membuat Flower tambah bete.

"Bohong! I don't believe that! (aku tidak percaya itu)" timpalnya secepat kilat, dia menatapnya tajam bibirnya menyungging sinis.

Andra tersenyum lebar, "Kamu tambah cantik deh kalau lagi ngambek." candanya, dagunya di toel manja.

Spontan dia memalingkan wajahnya bibirnya manyun dan kedua tangannya dilipat di dadanya.

"Huh!"

Andra berpindah posisi dia duduk di sebelah kanannya lalu dia merangkul pundaknya dengan tangan kirinya kemudian mengacak-ngacak pelan rambutnya.

"Jangan marah-marah tuan putri nanti cepet keriput mukanya lagian malu di sini rame nanti aku telepon ya kalau sudah di rumah atau besok aku ke apartemen lagi? Nanti kita bicara empat mata dari hati ke hati." ucapnya lemah lembut kemudian dia mencium lembut keningnya.

Flower hanya menganggukkan kepalanya dan memeluknya. Mereka lupa kalau di situ ramai seketika mereka melepaskan rangkulannya dengan wajah tersipu malu melirik kanan kiri.

Saat dia bicara dengan nada lemah lembut suaranya yang serak parau dan berat sangat enak didengar, sexy!

Hingga sangat menyejukkan jiwa siapa pun yang mendengarnya pasti akan meleleh dan hatinya akan luluh lantak karenanya, terpukau!

Sungguh pria yang sangat mempesona sehingga membuat setiap wanita terpesona!

Sekembalinya kedua putrinya sama bi Minah mereka langsung menuju parkiran, dia melajukan mobilnya santai. Setelah membawa masuk belanjaan ke dalam apartemen dia langsung berpamitan pulang.

Karena baru selesai cuti hari raya dia memutuskan untuk masuk kerja lusa dia termasuk tipe orang yang mandiri dan pekerja keras kalau sudah bekerja sangat rajin sampai lupa waktu. Karena itu dia pergunakan waktunya sebaik mungkin saat libur dengan kedua putri tercintanya. Dia berdua dengan pembantunya membereskan belanjaan dan anak-anak menonton di ruang tv.

Kring ... Kring ... Kring ...

Alana melirik ponsel miminya yang ada di meja sofa dia cek siapa yang telepon.

"Mih om Andra telepon." dia membawa ponsel dan memberikan kepadanya.

"Maaci sayang." dia mengangkatnya sambil menata belanjaan di lemari es.

"Aku sudah di rumah ya sayang nih lagi di garasi jangan chat lagi ya nanti tunggu aku duluan yang chat dan telepon kamu." ia berbicara dengan nada pelan-pelan takut ketahuan istrinya.

"Baiklah aku juga masih beresin belanjaan nih." sahutnya datar.

"Ya sudah good nite and sweet dream baby luv u muah! (selamat malam dan mimpi indah sayang aku mencintaimu muah!)"

"Good nite and sweet dream luv u too muah! (selamat malam dan mimpi indah aku juga mencintaimu muah!)" mereka pun menutup teleponnya.

Andra menghapus semua pesan dan panggilan telepon ke Flower di ponselnya. Semenjak istrinya melabrak Flower ponselnya sering dicek olehnya. Dia segera memasuki rumahnya tangannya menjinjing plastik membawa Pizza untuk istri dan ke empat putranya dengan pasang muka tanpa dosa dan tersenyum lebar menghampiri mereka yang sedang berkumpul di ruang tv.

Flower pindah ke sofa merebahkan badannya terus meluruskan dan menggoyang-goyangkan kakinya yang di atas tumpukkan kaki dia sebelahnya lagi di sofa.

"Katanya dia nanti mau bicara empat mata atau dia lupa? Ah sudahlah lupakan saja aku harus banyak-banyak sabar, sabar-sabar ya hati." batinnya, dia mengelus-elus dadanya memejamkan matanya sambil menarik nafas dalam-dalam.

Huft! Hela nafasnya berat berulang kali.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status