Film kartun Rapunzel dimulai Alana dan Alena sangat bersemangat sampai mata mereka berdua tidak berkedip, mulutnya tidak berhenti mengunyah popcorn mereka berdua duduk di tengah-tengah. Sebelum masuk duluan ke dalam bioskop dia menyuruh bi Minah untuk membawa mereka berdua ke kamar mandi biar tidak bolak-balik karena mau buang air kecil.Meski pun sudah punya buntut dua dia pribadi masih suka nonton kartun. Pria bertubuh kekar itu menempelkan telapak tangannya mengusap wajah wanitanya, "Serius amat nontonnya." seketika dia menoleh ke arahnya dengan bibir yang mengerucut, dia mencubit kecil pahanya dan melanjutkan kembali nontonnya."Aw, pedes banget tangannya padahal cubitnya kecil." wajahnya meringis, dia mengusap-ngusap pahanya. "Anak sama emak sebelas dua belas sudah punya buntut dua juga masih doyan kartun, dasar!" batinnya, pria berumur tiga puluh lima tahun itu geleng-gelengkan kepalanya.Akhirnya
Matanya menatap langit-langit sebelah tangannya ia simpan di kepalanya menutupi bagian dahinya pikirannya melanglang buana memikirkan sampai kapan ia harus menjalani hubungan seperti ini dengan pria yang membuat setiap wanita luluh, kasmaran bila mendengar suaranya yang mengandung getar-getar asmara sehingga membuat semua wanita jatuh cinta kepadanya. Kadang ada kalanya ingin mengakhiri semua tapi dia selalu tidak mampu dan merasa berat hati tidak ingin melepasnya dan kehilangannya.Dia sontak kaget ketika kedua putrinya menghampirinya segera ia membuyarkan lamunannya. "What u doing (lagi apa) mih?" tanya putrinya yang besar, mereka berdua menindih tubuhnya."Eh beratnya anak-anak mimi." dia langsung memeluk kedua putrinya. "Kan mamamnya banyak biar sehat." sahut putri kecilnya, dia mencubit pelan pipi keduanya.Mereka langsung merubah posisinya kembali duduk tangannya merangkul pundak kedua putrinya me
Film kartun Rapunzelnya lima belas menit lagi sudah mau kelar, tiba-tiba putrinya yang kecil Alena langsung berdiri dan mukanya meringis."Mih pengen pipis." badannya digoyang-goyangnya. Seketika dia langsung berdiri menggendong putri kecilnya berjalan cepat ke luar bioskop ke kamar mandi takut anaknya tidak bisa nahan. Dia pun sekalian buang air kecil kamar mandi belum terlalu penuh jadi gak harus antri. Kemudian dia menggendong kembali putrinya ke dalam bioskop. Sekembalinya dia dari kamar mandi tidak lama filmnya selesai.Dari kursinya dia menoleh ke kursi sebelah dan kursi sebrang tempat sahabat-sahabatnya duduk. "Kita keluarnya belakangan saja yak." serunya lantang matanya melirik ke arah pintu keluar.Semua sahabat-sahabatnya mengangguk dan mengacungkan jempol kanannya ke arahnya saat semua sudah keluar bioskop dan tinggal mereka orang mereka beranjak dari duduknya berjalan pelan ke luar bioskop.
Kepalanya sudah sedikit pusing dia merebahkan badannya di sofa dan memejamkan kedua matanya sembari ngedumel sendiri dalam hatinya. Marah, cinta, cemburu, bete, galau, gundah gulana, bimbang, kangen, perasaan jadi tak menentu bercampur aduk semua menjadi satu."Ada apa dengan dia? Kadang dia ngangenin, kadang dia ngeselin, kadang dia konyol, kadang dia manja, kadang dia lembut, kadang ngebetein banget bikin badmood tapi kalau sudah dateng romantisnya ... Bikin meleleh! Ah entahlah! Suka bingung sendiri ngadepinnya tapi satu hal yang aku tahu dan aku suka darinya dia tidak pernah berbohong! Dia tidak pernah menutupi hal sekecil apa pun tentang sesuatu dan segalanya dariku. Then i feel like he so complette me with his love." gerutunya, dia menarik nafasnya dalam-dalam. Huft! Hela nafasnya berat berulang kali.Matanya membelalak melirik kanan kiri seketika ia merubah posisi badannya kembali duduk dia raih gelas yang tinggal berisi seteng
Alana tiba-tiba membisikkan sesuatu ke kuping sebelah kirinya Alena, ia hanya angguk-angguk mendengar omongan yang dibisikkan. Setelah selesai membisikkan sesuatu Alena menoleh ke arahnya tersenyum lebar dan mengacungkan kedua jempolnya ke arahnya lalu mereka berdua mengadukan kedua telapak tangan mereka hingga menimbulkan suara atau kita lebih mengenalnya dengan istilah tos!Pembantunya mengerutkan dahinya dengan raut wajah heran melihat putri-putri majikannya di sofa."Apa yang dibisikkin nona besar ke nona kecil? Ah gak ngerti deh saya sudah siang nih waktunya buat mereka makan siang!" batinnya, bi Minah kembali ke dapur menyiapkan makan siang untuk anak-anak majikannya. "Non besar non kecil sudah waktunya makan siang." seru bi Minah sembari menata meja makannya. "Oke bi." sahut mereka berdua serempak. Alana melirik jam di dinding. "Sudah setengah satu ayo kita mamam siang dede." ia menggandeng sebelah tangan
"Sama-sama non besar alhamdulillah kalau non besar sudah baikan." ia menyudahi pijitnya menutup kembali baju anak majikannya, ia tersenyum lebar. Alena pun tersenyum lebar ia merasa senang kakak kembarannya baik-baik saja.Sehabis mengurusi anak majikannya yang besar ia beranjak dari sofa berjalan ke arah meja makan dan membereskan bekas makan kedua putri majikannya dan langsung mencuci piring. Alena berpindah posisi duduknya ke samping kakak kembarannya lalu memberikan buah apel hijau kepadanya yang baru saja dia ambil di lemari es sebelumnya. "Thank you my lovely sister (terima kasih adikku tercinta) kalau kaka minum tolak angin nanti rencana kita gagal dong. Inget jangan bilang mimi kalau tadi kaka masuk angin, oke!" matanya menatap tajam ke arahnya dengan mulutnya yang menggigit buah apel hijaunya."Oke tapi benerkan kaka sudah gak masuk angin lagi sudah sembuh? Dede gak mau kaka sakit." tanyanya memastikan sembari mengunyah apel hijaunya, wajahnya penuh kekhawati
"Ya sudahlah tapi ini yang terakhir ya minta nonton Rapunzelnya nanti kalau sudah keluar vcdnya mimi belikan tapi nanti kaka minum tolak anginnya pas mau masuk bioskopnya ya terus pake jaket ya." dia merentangkan kedua tangannya dan tersenyum simpul, kedua putrinya langsung memeluknya erat. "Jangan nakal jangan bikin mimi marah jangan bikin mimi khawatir ya mimi cuma punya kaka sama dede di dunia ini mimi gak mau kaka sama dede kenapa-kenapa apalagi kalau sampai kalian berdua sakit memang mau lihat mimi sedih?" ucapnya lemah lembut sembari membelai-belai rambut dan punggung kedua putrinya, mereka berdua duduk di paha kanan kirinya. Mereka berdua hanya mengangguk dan menggelengkan kepalanya mendengar celotehan miminya.Kedua putrinya mencium kedua pipinya bergantian dia pun menciumi pipi kedua putrinya dan memeluk erat mereka berdua. Kemudian dia melirik ke arah jam di dinding. "Bi nanti siapin mereka dua jam lagi ya jam lima sore n
"Masih sejam'an lagi filmnya besok mulai masuk kerja nih. Tapi besok hari minggu apa harus masuk juga atau besok offnya duluan? Lihat besok deh! Kalau mager anggap saja off duluan sehari. Ah mikirinnya bikin kram otak. Lagian ada atm berjalan ini." pikirnya, dia mengerlingkan matanya menghisap rokoknya dan itu batang keduanya sembari buang air besar."Lega ... Untung lagi di lobby coba kalau lagi di dalem bioskop apa gak ngepot aku jalannya kalau sampai kecepirit gimana? Kan gak lucu yang ada malu-maluin saja!" gerutunya sambil bercermin, dia mencuci tangannya dengan sabun yang tersedia di wastafel dan mengeringkan tangannya di bawah alat pengering untuk tangan lalu dia mengelus-ngelus perut geleng-gelengkan kepalanya sembari cengangas-cengenges membayangkan jika sampai kecepirit. Usai merokok dan buang air besar dia bergegas berjalan keluar kamar mandi kembali ke dalam bioskop. Dia memperhatikan kedua putrinya nonton dengan kedua mata y