Share

Part 5. Ada sesuatu yang tidak baik

 “Program hamil itu gimana, Dok?” tanya Faris.

Dokter mengangguk kemudian mulai memaparkan. “Jadi, kalau kalian ikut program hamil, memang ada serangkaian hal yang harus dilakukan guna untuk menunjang terjadinya kehamilan. Contohnya seperti tadi, istri Anda baru saja menjalani langkah awal pemeriksaan USG Transvaginal, lalu setelah ini saya akan memberikan surat rujukan agar pasien melakukan tes laboratorium seperti hormon, juga untuk suami langkah awalnya adalah analisis sperma.” 

“Perlu dicatat: untuk program hamil, bukan hanya istri saja yang harus melakukan rangkaian pemeriksaan, melainkan suami juga. Dalam hal ini, kesehatan dan kesuburan suami dan istri itu sangat penting. Keduanya harus berkesinambungan.” Dokter menjelaskan.

Friska dan Faris mengangguk. 

“Gunanya analisis sperma itu apa?” tanya Faris lagi.

“Hal itu untuk melihat kesuburan dari sisi pria. Dari hasil analisis sperma kita bisa melihat jumlah, gerakan, struktur serta bentuknya. Karena dari beberapa kasus, jumlah sperma yang kurang atau pergerakannya yang rendah, bisa menjadi indikasi adanya masalah kesuburan bahkan menyebabkan sulitnya terjadi pembuahan dan kehamilan,” ujar Dokter Zafriel. 

Faris mengangguk tanda mengerti, kemudian bergantian Friska yang bertanya.

“Kalau untuk istri, rangkaian pemeriksaannya ada apa lagi, Zaf?” tanyanya. Ia selalu menggunakan panggilan nama singkat, karena lebih nyaman seperti itu baginya. Mengingat mereka adalah teman yang cukup dekat kala itu.

“Kalau untuk istri biasanya kita akan melakukan USG Transvaginal yang barusan dilakukan, kemudian tes hormon. Oh ya, tes hormon ini juga berlaku untuk suami ya. Kemudian untuk istri ada namanya pemeriksaan HSG atau Histerosalpingografi. Itu adalah sebuah pemeriksaan radiografi atau biasa disebut dengan rontgen. Ini manfaatnya adalah untuk mengetahui kondisi rahim dan saluran indung telur. Apakah ada penyumbatan, penyempitan atau masalah lainnya yang menyebabkan seorang wanita sulit hamil atau infertilitas.” Zafriel dengan detail terus memaparkan.

“Itu cara pemeriksaannya gimana? maksudnya cuma pake alat di tempel di perut atau kayak USG tadi ada alat yang dimasukkan melalui vagina?” tanya Friska penasaran cenderung takut.

Zafriel tersenyum lebar lalu kembali menjelaskan. “Ya, memang ada alat yang di masukkan kembali melalui vagina, sebuah alat seperti kateter fleksibel atau selang kecil yang dimasukkan hingga menjangkau rahim. Kemudian ada cairan pewarna kontras yang disuntikkan untuk menunjukkan struktur dalam rahim dan saluran tuba serta ukurannya pada monitor. Zat kontras itu juga akan bergerak ke bagian-bagian rahim sehingga mempermudah dokter melakukan analisa pada bagian yang sedang diperiksa. Begitu pemaparan mudahnya, Fris.” 

“Aduhh! sakit gak tuh prosesnya?” Friska melebarkan mata. Membayangkannya saja sudah membuat ngilu.

“Sebelum dilakukan tindakan, pasien akan diberi obat anti nyeri, kok. Memang pasti akan ada rasa sakit seperti kram saat datang bulan, tapi itu gak akan berlangsung lama.” 

Friska mengangguk paham. “Begitu ya, lama gak prosesnya?” 

“Tidak terlalu lama, paling hanya memakan waktu sekitar 30 menit saja.” 

“Ohh,” Friska mengangguk. “Apa pemeriksaan itu bisa dilakukan kapan saja?”

“Untuk HSG disarankan datang 7-10 hari setelah hari pertama haid terakhir. Dan sebelum masa subur, itu adalah waktu terbaik untuk melakukan pemeriksaan,” jawab dokter.

“Berarti masih lama ya. Sekarang aja kan aku belum haid!” kata Friska.

“Terus kalau untuk analisis sperma apakah ada waktu tertentu untuk melakukan pemeriksaannya?” Giliran Faris yang bertanya.

“Bisa kapan saja. Tapi dengan beberapa catatan. Kondisi tubuh harus sedang sehat, kemudian sebelum pemeriksaan tidak melakukan hubungan suami istri atau abstinensia seksual artinya tidak ejakulasi dengan cara apa pun selama 3-4 hari, bahkan ada beberapa literatur resmi seperti WHO yang menyarankan sekitar 2-7 hari. Ini sederhana, agar hasil analisis sperma benar-benar akurat,” papar dokter.

“Loh, terus dengan cara apa dong air maninya bisa keluar?” tanya Faris lagi dengan alis yang berkerut.

“Nanti pada hari pemeriksaan, akan disediakan tempat untuk melakukan ejakulasinya. Lalu, air mani harus segera ditampung di sebuah wadah steril yang sudah disiapkan.” 

Sebuah perbincangan ini bukan lagi hal tabu bagi mereka yang sudah dewasa, terlebih pada dokter yang ahli dalam bidangnya. Bagaimanapun Friska dan Faris harus mengetahui banyak hal mengenai kesehatan dan rangkaian pemeriksaan jika segera ingin punya anak.

“Ohh, berarti dalam waktu dekat ini sudah bisa untuk ke lab kan, Dok?” tanya Faris.

“Bisa,” jawab dokter.

Namun, saat sedang seru bercakap-cakap dengan dokter, ponsel Friska kembali berdering. Asistennya melepon. Ia kemudian beranjak sebentar untuk menerima panggilan tersebut. Dokter dan Faris pun mempersilakan.

“Jadi, sekarang istri saya hanya melakukan USG lalu diresepkan obat dan vitamin?” tanya Faris lagi.

“Iya. Ini resep dan surat rujukan lab-nya ya.” Dokter Zafriel menyerahkan dua lembar kertas yang berisi resep obat dan satu lagi sudah dikemas rapi dalam amplop putih berisi surat rujukan dokter.

Faris mengangguk dan mengambilnya. Karena sudah tidak ada lagi yang akan ditanyakan, pun Friska yang masih sibuk dengan ponselnya, akhirnya Faris menyudahi sesi konsultasi bersama dokter kandungan tersebut.

“Kayaknya istri saya bakal lama banget kalau udah ditelepon sama asistennya. Kalau begitu, konsultasi sekarang ini saya rasa sudah cukup, Dok.” 

Zafriel tersenyum lebar dan berkata, “Baik, tidak masalah. Yang penting jangan lupa saran dan instruksi yang saya berikan ya.”

Faris mengangguk cepat lalu berdiri dan berjabat tangan dengan dokter. “Oke, terimakasih dokter ....”

“Dokter Zafriel.” Dokter itu langsung menyambung kalimat yang terjeda dari Faris. Tampaknya ia lupa siapa nama dokter di hadapannya.

“Oh iya, dokter Zafriel. Terimakasih dokter Zafriel Adiningrat!” ujar Faris setelah membaca kembali name tag dokter yang tergeletak di sisi meja itu.

Kemudian ia keluar dari ruangan dan menuju meja pembayaran, sekaligus menebus obat serta bertanya-tanya pada staf perawat mengenai lab tempat ia akan melakukan pemeriksaan lanjutan.

Friska menilik ke arah suaminya yang sedang menyelesaikan administrasi, langsung melangkah mendekat dan menepuk bahu pria itu, memberikan kode bahwa ia akan lebih dulu memasuki mobil. Tangan kanannya pun masih sibuk memegang ponsel.

Lalu Friska dengan tergesa-gesa melangkah cepat menuju parkiran sehingga ia tak sengaja menyenggol bahu seorang perempuan. 

“Eh, maaf-maaf!” katanya sembari menangkupkan tangan di dada.

Perempuan dengan rambut hitam ikal dan mengenakan jas snelli itu hanya tersenyum dan melanjutkan langkahnya. Friska terus memperhatikan karena merasa tak enak hati, sampai perempuan itu berhenti di depan ruangan tempat di mana Friska baru saja melakukan pemeriksaan dengan dokter kandungan.

Perempuan cantik berambut ikal itu masuk dan lalu menghilang dari pandangan Friska. Tak lama Faris yang sudah menyelesaikan administrasi dan menebus obat-obatan, segera menyusul istrinya ke dalam mobil. Lantas mereka beranjak meninggalkan rumah sakit dan menuju lokasi syuting tempat di mana Friska sebagai seorang produser dan sutradara sudah di nanti-nanti kedatangannya.

“Udah jam 10 malam, Fris. Kamu selesai jam berapa nanti?” tanya Faris di sela-sela perjalanan.

“Belum tau. Kalau gak ada hambatan apa-apa, mungkin kita bisa pulang sebelum subuh.” Friska menghela napas, terlihat jelas wajahnya pun tampak lelah.

Sebelumnya, Faris dan Friska sudah mampir ke sebuah restoran cepat saji untuk menyantap makan malam. Setelah itu Friska meminum obat dan vitamin yang diberikan oleh dokter.

Lengang sejenak. Faris fokus mengendarai mobil. Sementara Friska kembali sibuk dengan ponselnya. Kali ini, ia iseng-iseng membuka sosial media, melihat beberapa unggahan story dari teman dan orang-orang terdekatnya.

Awalnya tidak ada yang aneh dari semua itu. Sampai tiba ia menggulir ke sebuah akun sosial media milik mertuanya. Matanya sontak melebar dan jantungnya berdegup cepat saat melihat Farida mengunggah video saat makan malam bersama seorang wanita yang tak asing untuknya.

“Gladies ….” Friska bergumam dengan hati yang berdesir nyeri. Sementara Faris menoleh cepat saat istrinya menggumamkan nama itu.

**

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status