Karena jalan utama di sebelah utara rusak, jalan yang aku lalui sekarang sangat macet karena kendaraan yang padat dan aku hanya bisa mengemudi dengan sangat pelan. Aku sangat tidak suka situasi seperti ini karena membuatku terlambat bertemu dengan Delisa dan anak-anak. Semoga mereka sedang bersenang-senang dan bahagia ketika aku datang nanti. Intinya, ada banyak harapan yang semoga menjadi kenyataan.Aku merasa heran kenapa Bella dan yang lainnya masih belum menghubungiku hari ini. Biasanya mereka tidak seperti ini karena biasanya di jam segini Bella sudah mengirimkan banyak foto terkait aktivitas yang dilakukan oleh Delisa atau jika tidak, dikirim oleh yang lainnya. Baik di waktu pagi, makan siang, ataupun sore hari. Namun hari ini benar-benar tidak ada pesan dari mereka sama sekali. Meskipun pikiranku terarah kepada hal yang tidak-tidak, aku berusaha untuk berpikir positif karena tidak mungkin terjadi sesuatu pada mereka saat aku berada di dekatnya.Setelah memilih untuk melewati
"Sudah tahu punya istri lebih satu dan tidak bisa berbuat adil itu adalah dosa yang tidak terkira dan bisa mengantarkan dirimu ke gerbang kehancuran, tetapi masih coba-coba untuk melakukannya. Sekarang rasakan saja," gerutu mama membuatku tak bisa berkutik."Makanya kami minta kamu untuk berpikir matang, karena apa? Karena kami tidak mau hal yang sama, kehancuran beberapa tahun lalu yang menimpa papamu kembali ke anak-anak Mama. Mama ingin semuanya cukup sampai di sana saja dan tidak akan yang mengalaminya lagi, namun ternyata kamu malah menginginkan hal demikian kembali terjadi. Itu pun kepada dirimu sendiri," lanjutnya.Setelah menghancurkan banyak barang di rumah, aku langsung pergi ke rumah orang tuaku. Siapa tahu dia datang ke sini lebih dulu dan mengatakan apa yang sebenarnya sudah terjadi. Namun baru saja sampai di sini, aku sudah mendapatkan tatapan sinis dari semua orang.Ternyata mereka semua sudah menduga aku akan mengalami kejadian ini. Ah, sialan! Ini semua gara-gara Rat
"Siapa yang tahu tentang rumah ini selain kamu? Apa ada teman atau keluargamu yang tahu?" tanyaku kepada Kak Dion ketika anak-anak sudah tidur dan saat ini kami tengah makan bersama di ruang tamu. Kak Dion terdiam sejenak, lalu berucap, "Tidak ada yang tahu selain aku. Aku punya banyak Villa dan Ini hanya salah satunya, bukan satu-satunya." Aku mengganggu cepat sambil mengucapkan terima kasih karena dia sudah bergerak lebih dulu sebelum aku mempersiapkannya. Ternyata dia memang benar-benar ingin membantuku terlepas dari Mas Rayan, Karena dia sudah tahu seperti apa pria itu sebenarnya. Aku benar-benar tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan selain mengucapkan terima kasih karena dia sudah mengorbankan banyak hal, bahkan sampai harus meninggalkan keluarga Mas Rayan yang selama ini sudah merawatnya. Akan tetapi, aku yakin kali ini orang tua Mas Rayan akan setuju terhadap keputusannya, karena mereka juga sangat ingin aku didampingi. Apalagi anak-anak masih sangat kecil dan aku jug
"Salah satu direktur keuangan PT Hidayah Kontruksi dipecat secara tidak hormat karena dianggap sudah menyelewengkan dana perusahaan."Aku yang sedang ada di dapur buru-buru ke ruang tamu untuk mendengar berita di salah satu stasiun televisi lebih lanjut lagi.Tidak mungkin orang yang dimaksud di dalam berita itu Mas Rayan bukan? Seminggu lalu, Kak Dion memang mengatakan bahwa dirinya akan membuat Mas Rayan kehilangan banyak hartanya. Lima hari yang lalu, dia juga sudah pergi dari sini dan pulang ke rumahnya yang sebenarnya."Rayan Alkes Muhammad, diduga sudah melakukan penyelewengan dana perusahaan. Oleh karena itu, dia langsung diberhentikan secara tidak hormat karena kesalahannya itu. Pihak perusahaan tentu tidak akan membuat keputusan tanpa alasan dan ternyata benar, Rayan Alkes Muhammad punya banyak aset yang bernilai tinggi hingga hampir setara dengan pemegang saham tertinggi di PT Hidayah kontruksi."Aku memantau berita itu dan ternyata Kak Dion benar-benar sudah menjalankan r
"De, kamu enggak merasa ada yang aneh gitu dengan suamimu?" tanya Via-sahabatku.Aku mengangguk cepat. "Dia masih bersikap seperti dulu kita baru menikah. Jadi untuk apa aku curiga?"Via lagi-lagi hanya mengusap wajahnya dengan kasar.Dalam satu bulan ini, dia sudah mengajakku bertemu sekitar enam atau tujuh kali. Namun aku hanya bisa bertemu dengannya hari ini di sebuah mall yang tidak jauh dari rumah. Bukan karena aku tidak rindu dengan sahabat, hanya saja aku tidak suka kalau setiap bertemu dengannya, dia selalu melayangkan pertanyaan yang sama.Yaitu tentang kecurigaan pada suamiku. Suami yang sangat menyayangi aku serta anak-anak, tidak pernah marah, kurang memberikan uang, atau yang lainnya. Dia benar-benar suami yang nyaris sempurna membuatku merasa apa yang dikatakan Via sangat tidak masuk akal."Ada apa? Cerita saja kalau memang ada sesuatu. Mungkin nanti kamu akan merasa lega," ucapku lagi berusaha memberinya solusi karena wajah Via terlihat sangat tertekan.Wajah Via menja
Hari yang dijanjikan pun tiba dan anak-anak langsung aku mandikan dengan kedua tanganku sendiri meski ada pengasuhnya. Entah kenapa sejak berbicara dengan Via beberapa hari lalu, kalau semua orang yang bekerja di sini adalah orang-orang suamiku, aku enggan untuk berbicara banyak dengan mereka.Sekarang suamiku masih dinas yang katanya memang dua Minggu. Itu permintaan atasannya atau top manajer di perusahaannya. Aku juga tidak bertanya lagi karena dari sejak dulu juga memang selalu begini."Kita mau ke mana, Ma?" tanya anak lelakiku yang baru keluar dari kamarnya. Dia adalah anak pertama, sekarang usianya sudah menginjak delapan tahun."Jalan-jalan, Bang. Emang enggak mau kali-kali jalan sama Mama?" Aku malah kembali bertanya dengan senyuman yang merekah.Sejujurnya bukan hanya anak-anak yang terlihat tidak biasa ketika aku memutuskan untuk memandikan kedua si kecil, namun para pekerja juga begitu. Mereka menatapku dengan penuh keanehan seperti aku baru melakukan hal yang langka."Gi
"Benar buku raport itu milik sekolah Abang?" tanyaku kembali memastikan."Iyalah, Ma. Warnanya aja sama kek punya Abang, kok. Udah enggak bisa diragukan lagi. Abang yakin banget itu raport sama seperti kelas Abang," jawabnya meyakinkan.Kali ini aku tidak lagi bertanya. Semuanya sudah cukup jelas. Hanya tinggal memastikan apa benar suamiku menikahi wanita lain tanpa paksaan atau tidak. Setelah tahu semuanya, tentu aku akan mulai menjalankan rencana.Sebenarnya ini adalah rencana untuk mengeluarkan salah satu temanku dari jeratan suami yang suka selingkuh, namun dia menolaknya. Aku sama sekali tidak menyangka kalau rencana ini akan aku gunakan untukku sendiri.Ternyata dunia ini memang tidak selebar yang kita kita. Memikirkannya saja sudah membuatku lelah. Namun aku harus tetap kuat untuk anak-anak. Mereka sangat membutuhkan diriku di waktu-waktu seperti ini."Kira-kira itu raport siapa ya, Ma?" Dia menatapku bingung."Yah enggak tahu, Abang. Kan, yang lihat Papa waktu itu juga Abang.
Aset? Tentu saja. Hanya anak-anakku yang berhak mendapatkan semua yang sudah dia dapatkan selama ini. Mengurus anak adalah tanggung jawabnya meski dia menikah lagi, jadi wanita yang akan menjadi istrinya nanti tidak akan pernah mendapatkan apa pun.Akan aku pastikan itu terjadi tanpa membuat anak-anakku terluka ataupun membuat Mas Rayan curiga.Aku mendekat ke arah Gibran dan memeluknya."Mama mohon kerja samanya, ya," ucapku sambil membisikkan beberapa kata yang tadi sudah disepakati."Iya, Ma. InsyaAllah Abang enggak akan lupa," ucapnya bersemangat."Oke, Mama percayakan semuanya sama Abang. Mama juga enggak akan lama dan akan ganti baju dulu," ucapku menegaskan setelah melihat matanya menatap pakaianku dengan tajam.Dia pun mengangguk dan aku kembali masuk ke kamar Via, lalu keluar setelah berganti dress."Nah, ini cantik banget. Seperti bukan Mama yang biasanya. Abang yakin kalau Papa bertemu Mama juga akan sadar kalau istrinya ada di hadapannya," pujinya berlebihan."Anak kecil