JATUH MISKIN SETELAH MENIKAH LAGI Rayan, pria yang awalnya memiliki segalanya langsung jatuh miskin setelah menikah lagi. Bagaimana kehidupan Rayan selanjutnya dan apakah istrinya bertahan atau memilih berpisah?
Lihat lebih banyak"De, kamu enggak merasa ada yang aneh gitu dengan suamimu?" tanya Via-sahabatku.
Aku mengangguk cepat. "Dia masih bersikap seperti dulu kita baru menikah. Jadi untuk apa aku curiga?"Via lagi-lagi hanya mengusap wajahnya dengan kasar.Dalam satu bulan ini, dia sudah mengajakku bertemu sekitar enam atau tujuh kali. Namun aku hanya bisa bertemu dengannya hari ini di sebuah mall yang tidak jauh dari rumah. Bukan karena aku tidak rindu dengan sahabat, hanya saja aku tidak suka kalau setiap bertemu dengannya, dia selalu melayangkan pertanyaan yang sama.Yaitu tentang kecurigaan pada suamiku. Suami yang sangat menyayangi aku serta anak-anak, tidak pernah marah, kurang memberikan uang, atau yang lainnya. Dia benar-benar suami yang nyaris sempurna membuatku merasa apa yang dikatakan Via sangat tidak masuk akal."Ada apa? Cerita saja kalau memang ada sesuatu. Mungkin nanti kamu akan merasa lega," ucapku lagi berusaha memberinya solusi karena wajah Via terlihat sangat tertekan.Wajah Via menjadi semakin pucat. Kepalanya menengok ke arah kanan dan kiri seperti memastikan tidak ada seseorang yang sedang memantaunya. Hal ini membuatku heran. Apa yang dia lakukan?"Via, kita orang biasa. Enggak mungkin ada orang yang ngikutin," ucapku berusaha membuatnya tenang, namun dia malah makin panik."Lu enggak tahu apa yang gue tau, jadi gak panik kek gue. Cuman gue harap walau nanti Lu tau, teteplah tenang seperti Delisa yang gue kenal, ya?" pintanya sambil menggenggam kedua tanganku."Kenapa cara bicaramu begitu?" tanyaku lirih. "Tanganmu juga keringetan."Via kembali melihat ke segala arah, lalu mendekat ke arahku. "Kita memang orang biasa, De. Namun tidak dengan suamimu. Dia orang hebat dan punya banyak orang yang kerja buat dia. Jadi kita harus hati-hati," ucapnya yang mulai membaik. Tidak terlalu memprihatinkan seperti tadi.Jujur saja, aku jadi ikut-ikutan panik seperti dirinya. Namun, aku tetap berusaha tenang agar tidak membuat keadaan Via semakin berantakan.Aku bahkan membantunya untuk memantau orang-orang sekitar dan tidak ada yang mencurigakan. Semuanya masih sama seperti tadi, bahkan masih seperti beberapa waktu ini ketika kita datang."Suamimu masih dinas, kan? Katanya dia dinas di mana?" tanyanya lagi-lagi membicarakan pria yang sudah menjadi imam di dalam hidupku sepuluh tahun pernikahan."Iya." Aku menjawab singkat dengan perasaan sedikit kesal. "Kalau cuman bicara seperti ini, kenapa enggak di rumahku saja? Dekat ini.""Enggak bisa, Dek. Semua orang yang bekerja di rumahmu ada di pihak suamimu. Kali ini aku benar-benar mau mengatakan semuanya. Aku sudah tidak sanggup melihat kamu dibodohi oleh pria licik itu," ucapnya geram sambil menahan amarah yang memuncak."Pria licik? Suamiku?" tanyaku sambil menatapnya lekat untuk mendapatkan penjelasan. "Jelaskan semuanya maksud dari ucapanmu selama ini."Mas Rayan memang bukan pria yang sempurna, namun aku juga demikian. Jadi, aku tidak pernah berharap rumah tanggaku akan seperti orang-orang yang mendekati sempurna.Sebelum mengatakan sesuatu, Via kembali duduk dengan tegak seolah tidak ada apa pun. Dia juga mengambil buku menu yang ada di hadapannya, lalu mengangkatnya hingga wajahnya tidak kelihatan."Suamimu berpacaran dengan teman kantorku," ucapnya pelan, namun kedua telingaku mendengarnya sangat jelas."Jangan katakan yang tidak-tidak! Aku tahu betul kalau selama ini sikap suamiku dingin terhadap wanita. Bukankah selama ini padamu juga begitu? Hanya padaku dia bersikap lembut. Jadi tidak mungkin dia menikah lagi," cecarku tidak terima.Via kembali menurunkan buku menu itu, lalu memelukku.Dia berbisik, "Aku mohon jangan bicara yang keras-keras. Aku sungguh takut kalau di tempat ini ada orang-orang suamimu yang mendengar pembicaraan kita," ucapnya lagi-lagi memasang wajah ketakutan."Aku mohon," pintanya lagi dengan suara yang sudah bergetar.Kali ini aku mengangguk dan memilih untuk tidak bertanya. Sementara ini memang hanya Via yang selalu ada di sisiku. Jadi tidak ada salahnya jika sekarang aku mendengarkan lebih dulu ceritanya.Via mengambil sesuatu dari dalam tasnya. "Ini adalah undangan pernikahan suamimu dengan teman kantorku. Diadakan siang hari dengan tema topeng," ucapnya dan tubuhku langsung gemetar ketika melihat nama suamiku dan kedua orang tuanya ada di sana. Bahkan nama adik-adiknya juga dimasukkan."Kalau kamu masih tidak percaya, mari kita pergi ke sana Sabtu nanti. Anak-anakmu bawa semuanya keluar dari rumah agar para pekerja yang ada di rumah tidak ada yang curiga dan titipkan di rumah orang tuaku," lanjutnya menyampaikan rencana, namun aku tidak meresponnya.Telingaku berdenging dan tubuhku gemetar. Pria yang selalu bertutur kata lembut dan sering mengucapkan kata-kata cinta, kini namanya ada di surat pernikahan dengan wanita lain."Mau atau tidak?" tanyanya lagi."Aku setuju. Jalankan seperti rencanamu!""Mas tahu hati kamu tidak akan langsung sembuh seperti dulu, namun Mas harap kamu bisa melupakan semua tentang Ratih. Terlebih sekarang dia sudah masuk ke penjara," ucapku berusaha membuatnya yakin karena Delisa terdiam cukup lama."Entahlah, Mas. Aku tidak tahu aku bisa percaya lagi sepenuhnya padamu atau justru akan hilang selamanya, yang jelas meski Ratih di penjara sekalipun, aku tetap saja cemburu. Ada luka yang tidak bisa dijelaskan dan ada kehancuran jiwa yang selalu coba aku tahan," ungkapnya membuatku terdiam.Kata-kata yang diucapkan Delisa mengandung arti yang dalam dan indah, namun menusuk. Aku tahu betul letak kesalahanku dana kalau posisinya dibalik, aku juga tidak yakin akan memaafkan Delisa dengan muda. Keputusanku sudah bulat. Dapat atau tidak maaf darinya, aku tetap akan melakukan yang terbaik sebagai seorang suami dan ayah untuk anak-anak. Aku akan menebus semua kesalahan yang pernah kulakukan dulu, termasuk waktu yang sudah aku buang sia-sia."Aku tahu semuanya b
"Sayang bangun, sudah saatnya salat malam," bisik Mas Rayan tepat di telinga membuatku agak merinding.Langka sekali dia melakukan ini, lalu sekarang kenapa tiba-tiba melakukannya? Apa dia tahu kalau aku masih marah dengan kebiasaannya yang suka berbohong itu?Tanpa membalasnya perkataannya, aku langsung bangun dan pergi ke kamar mandi. Karena masih malas melihat wajah serta mendengar suaranya, aku sengaja berlama-lama.Akan tetapi, belum ada lima menit, dia kembali mengetuk pintu kamar mandi."Sayang, jangan lama-lama kalau di kamar mandi," ucapnya dan daripada membalas dengan perkataan, aku langsung menyalakan shower saja. Agar dia tahunya aku tengah mandi, padahal enggak.Suaranya kembali tidak terdengar dan aku hanya bisa menghela napas lega. Semoga ketika aku keluar dari sini, dia sudah berubah normal seperti biasanya. Meski dia berubah menjadi lebih baik, namun tetap saja aku masih tidak terbiasa. Kek geli gitu.Dulu, aku biasa mandi di jam segini. Namun sejak dia dinas, ya mes
"Anakku punya sikap yang baik, tidak mungkin dia melakukan sesuatu hal yang membuatnya harus di penjara. Dia juga punya anak kecil!" lagi-lagi Ibunya Rina berteriak dan hal ini membuatku jengah.Sementara Dion hanya menatapku tak percaya. Untuk orang yang tidak tahu tentangnya, pasti akan berpikir kalau dia lebih baik dariku. Aslinya, justru dialah yang lebih berengsek. Aku tidak mengatakan ini untuk memuji diriku sendiri, tetapi mana ada pria baik yang menempatkan seorang wanita di rumahnya? Apa dia tidak paham ilmu agama? Padahal, di keluarga kita diajarkan tentang batas-batas dengan yang bukan mahram.Karena sebelumnya Delisa juga dihasut olehnya agar bisa menumbangkan aku dengan kedok menolongnya, jadi aku yakin dia juga yang ada di belakang layar atas pemecatanku. Sudah lama sekali dia bilang iri padaku dan ingin merebut semuanya.Sayangnya dia tidak bisa melakukan hal itu, karena aku lebih dulu sadar kalau cintaku pada Ratih tidak nyata. Justru di alam bawah sadar pun, aku hany
"Aku ingin anak-anak punya kehidupan yang layak, meskipun nanti mereka harus jauh darimu. Karena sekarang kamu bisa mengatakan akan selalu ada di sisi kami, Mas. Namun tidak dengan nanti. Siapa tahu nanti kamu juga sama seperti yang sudah, tiba-tiba punya wanita yang dicintai," tegas Delisa tanpa basa-basi.Kini, dia sadar kalau kebahagiaan anaknya sedang dipertaruhkan. Oleh karena itu, Delisa bahkan tidak memikirkan tentang perasaan dan harga dirinya. Karena bagi seorang ibu, kebahagiaan anak-anaknya merupakan hal yang paling utama.Rayan mengangkat wajahnya dan menatapnya lekat. "Aku bersedia. Asal kamu mau memaafkan aku dan kembali ke kehidupan kita seperti sebelumnya, aku akan melakukan semua yang kamu katakan.""Penuhi dulu janjimu, baru kamu boleh membatalkan sidang perceraiannya, Mas." Delisa kembali bicara dengan tajam tanpa ingin melihat cinta yang ada di mata Rayan.Hati dan jiwanya sudah membeku, hingga cinta yang sempat ia miliki juga ikut pergi. Begitupun dengan perasaa
"Mau bertemu dengan Rayan?" tanya papa mertua."Iya, Sayang. Tidak ada salahnya memberikan dia kesempatan kedua. Bukankah kamu juga tidak mau kalau papanya anak-anak ada dalam kapal yang sama dengan wanita penjahat itu?" sahut ibu mertuanya berusaha membujuk.Apa yang terjadi padanya beberapa waktu lalu sudah membuatnya trauma. Dia yang bahkan enggan memikirkan tentang perusahaan, rela ikut dengan suaminya yang di tempat itu. Padahal, papanya Rayan juga sudah lama memutuskan untuk tidak ikut campur lagi. Akan tetapi, apa yang sudah Ratih lakukan benar-benar menimbulkan luka yang mendalam.Setelah kejadian itu papanya Rayan mendadak datang lagi ke perusahaan yang tengah diurus oleh anak keduanya, itu pun dengan membawa istrinya. Sang anak tentu bahagia dengan kedatangan kedua orang tuanya, ditambah rumahnya dengan orang tua juga jauh karena dia sudah punya rumah sendiri.Namun demikian, dia tetap menyelidiki apa yang menyebabkan kedua orang tuanya tiba-tiba tertarik dengan perusahaan.
"Keputusan ada di tangan kamu, Delisa. Tapi kalau Rayan menang bisa melupakan Ratih dan bisa memegang janjinya untuk tidak kembali melakukan kesalahan yang sama, maka menurutku tidak ada salahnya memberikan dia kesempatan kedua," terang Via.Delisa hanya diam sambil mencerna kata-katanya."Kalau dia masih belum menceraikan Ratih?" tanya Delisa lirih setelah dirinya mulai tenang."Maka minta Rayan untuk memindahkan semua aset atas nama kamu," tegas Via. "Buat dia jadi gembel hingga tidak bisa melakukan aktivitas apa pun tanpa izin darimu.""Mama setuju dengan keputusan Via, Sayang. Ini memang kesempatan langka yang tidak boleh disia-siakan," sahut mama Rayan yang tiba-tiba masuk. "Maaf kalau Mama sudah lancang mendengarkan obrolan kalian, namun untuk kali ini saja kamu mau mendengarkan kami, Sayang.""Kita bicara di luar saja, jangan sampai mengganggu anak-anak," terang Papa Rayan membuat semuanya mengangguk.Mereka pun kembali ke ruang keluarga dan membicarakan tentang rencana yang d
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen