"Hah, jadi Anda sedang mengancam saya? Atas dasar apa? Saya dan Anda tidak punya hubungan yang membuat saya harus patuh atau menjawab pertanyaan Anda dengan benar. Jadi, kenapa Anda malah mengucapkan kata-kata yang begitu menakutkan seperti itu?" cecar Via dengan suara yang mulai tegas membuatku kembali sadar dan mendekat ke arah ponsel.Untung saja aku sudah menyentuh pengeras suaranya. Jadi meski ponsel ada di bawah, aku masih bisa mendengar percakapan mereka. Setelah benda pipih ini ada di tangan, aku kembali mematikan pengeras suaranya dan berbaring di tempat tidur dengan kepala dan tubuh ditutupi selimut.Jangan sampai suara dari ponsel ini terdengar oleh orang-orang yang ada di luar. Ditambah aku sendiri tidak tahu siapa saja orang yang ditugaskan untuk memata-matai aku dan jumlahnya berapa.Jadi, aku harus berhati-hati agar semuanya tidak tampak mencurigakan. Meskipun aku benar-benar terkejut dengan sikap Mas Rayan yang berani menghalalkan segala cara, tetap saja aku tidak bol
Hah, ternyata dugaanku benar. Hanya aku yang tidak tahu apa-apa di sini. Teganya kalian berkhianat setelah apa yang kulakukan selama ini.Sepertinya aku harus merekrut beberapa orang lagi yang kesetiannya tidak diragukan lagi, karena aku benar-benar lelah kalau harus mengamati orang-orang ini sendiri.Setelah beberapa detik, tanpa sengaja aku melihat wajah Bella yang ketakutan. Aku pun mendekat padanya."Ah, Bu, ini tidak seperti yang Ibu duga," ucapnya panik seolah dia tahu apa yang ada di pikiranku. Padahal, dia tidak tahu apa-apa."Memangnya apa? Kenapa kamu mendadak panik seperti ini?" Aku menatapnya sambil memasang tampang heran dan mengamatinya.Ternyata dia terlihat lebih gugup dari yang aku duga. Yah, memang sudah seharusnya seperti itu. Siapa suruh dia menjadi pencuri di rumah tuannya sendiri. Padahal, aku selalu membela mereka kalau dimarahi Mas Rayan.Pantesan beberapa waktu ini aku tidak pernah melihat ataupun mendengar salah satu dari para pekerja dimarahi, ternyata suda
"Benar, kan, kau menguping?" Wanita itu kembali bertanya sambil mengacungkan telunjuknya ke arahku dan tatapannya benar-benar merendahkan. "Mereka memang pasangan yang serasi, namun aku sungguh tidak tahu kalau di mini market secuil ini pun masih bertemu dengan orang yang menjadi penggemar mereka. Seperti selalu mengikutinya ke mana pun," lanjutnya sambil memuji fisik, wajah, dan kekayaan mereka berulang-ulang.Hal itu sungguh tidak bisa membuatku menahan tawa, jadi aku tertawa kecil."Kenapa kau begitu? Apa kau tidak terima dengan apa yang baru saja aku katakan? Kenapa?" cecarnya tak terima. "Hah, padahal kau hanya tinggal duduk manis, sambil melihat keduanya dari jarak dekat. Mereka orang-orang baik, jadi tidak akan pernah melarangmu untuk melihatnya."Jadi dia pikir aku aku adalah penggemar mereka? Benar-benar di luar dugaan."Oh ya? Maaf, Anda siapa? Kenapa Anda begitu yakin kalau saya adalah penggemar mereka?" tanyaku mulai bersikap seperti biasa karena melihat pasangan itu sud
"Kalau bisa jangan hanya ditanyakan, Mas. Langsung beli saja kalau uangnya ada. Soalnya sayang, kapan lagi bisa beli kontrakan banyak pintu," lirihku meracuni.Setelah mengatakan itu, aku masuk ke dapur untuk membawa makanan kesukaannya."Wah, kapan buatnya?" tanyanya semringah."Tadi pagi. Bella dan yang lainnya juga tahu. Kebetulan tadi aku mau makan yang anget dan manis, terus bikin. Ini barusan sudah aku hangatkan di microwave." Aku mengambil satu potong dan menyuapinya.Seperti biasa dia makan dengan lahap tanpa mengatakan apa pun lagi. Kali ini giliran aku yang banyak bicara."Niatku ingin beli kontrakan agar nanti kita enak, Mas. Di masa tua akan terus menerima uang meski tidak bekerja, terus aku bisa membuat martabak cokelat ini tanpa harus bekerja panas-panasan di luar. Ditambah kalau atas nama anak, dia juga jadi belajar caranya mengelola keuangan," jelasku pelan, namun pasti.Mas Rayan mengangguk cepat. "Kamu benar. Hanya di depanmu aku berani mengatakan banyak makanan kes
Untuk menghilangkan segala kegelisahan tadi malam, kini aku memilih untuk menemui ibunya Via terlebih dahulu. Selama ini beliau selalu menjadi orang yang bijak dan membuatku lebih berani dalam menjalani hidup, aku rasa sekarang juga merupakan solusi yang tepat jika aku datang ke rumahnya.Yah, benar. Sebelum bertemu ustazah, alangkah baiknya aku memantapkan hati terlebih dahulu. Jadi, pagi menjelang siang aku kembali meminta Bella untuk memandikan anak-anak."Kamu dan yang lainnya tidak perlu ikut, ini adalah momen aku dan anak-anak sebelum nanti aku kembali disibukkan dengan kepulangan Bapak," pintaku padanya.Kali ini dia mengangguk cepat tanpa ragu, tidak seperti sebelum-sebelumnya. Mungkin sekarang dia sudah percaya bahwa aku tidak akan melakukan apa pun yang membuat Mas Rayan marah.Sejujurnya aku lebih benci diriku goyah seperti ini daripada langsung pergi meninggalkan semua kemewahan. Hanya saja kalau dirinya masih memiliki banyak uang, aku rasa dia akan bisa menemukan aku den
"Siapa, Mas?" Belum juga Mas Rayan mendekat ke arahku, wanita itu sudah memanggilnya dengan mesra. Sementara anak-anak langsung berlari ke arah pria yang ada di hadapanku ini dan mempertanyakan apa dirinya sudah pulang dinas, lalu menginap di sini.Sekarang Mas Rayan terlihat sangat tertekan. Di satu sisi ada aku yang minta penjelasan, di sisi lain ada wanita itu yang tengah mendekat ke arah dini. Ditambah anak-anak juga kau diperhatikan.Rasakan, Mas. Ibu belum seberapa dan akan aku pastikan nanti kamu berada di posisi yang bahkan membuatmu tidak bisa mengeluarkan satu patah kata pun.Wanita itu mendekat ke arah kami dan kedua matanya tidak lepas dariku. Bisa saja dia sudah tahu sejak lama kalau aku adalah istri dari suaminya, namun sangat disayangkan aku justru baru tahu tentang dirinya."Mas," panggil wanita itu lagi. Namun kali ini nada bicaranya agak rendah.Kami sama-sama terdiam dan kalau aku masih tetap seperti ini, justru akan membuat mereka curiga."Mas apa yang kamu lakuk
"Lihat, istrimu sepertinya lebih perhatian kepada pria lain, Mas. Sudah aku katakan berulang kali, kalau kamu tidak menikah denganku, maka kamu akan lebih menderita," ucap Ratih, lalu pergi begitu saja ke kamarku sewaktu lajang.Padahal, aku sudah bilang agar dia tidak bertindak sembarangan karena aku tidak mau membuat Delisa curiga. Namun tetap saja dia tidak mau mendengarkan aku.Ketika aku hendak mencegahnya, mama lebih dulu menatapku tajam dan papa juga memintaku untuk duduk di ruang keluarga."Apa maksud kalian? Apa kalian sengaja memintaku untuk melihat kedekatan istriku dengan pria lain?" tanyaku dengan nada kesal.Aku sudah cukup bersabar dengan sikap anak-anak, sekarang Delisa malah melakukan hal yang sama. Bahkan beberapa menit yang lalu dia masih membela pria yang ada di luar itu. Benar-benar membuatku semakin marah."Bukan, sama sekali tidak ada maksud untuk seperti ini." Papa mulai membenarkan posisi duduknya. "Kami hanya ingin kamu tahu konsekuensi dari menikah lagi, da
Mataku tiba-tiba berair ketika melihat suamiku sendiri bermesraan dengan wanita lain. Kak Dion yang melihatku tidak mengatakan apa-apa. Aku rasa dia sudah tahu kalau aku sudah mengetahui semuanya.Dia memang orang yang peka dan aku sudah tahu sejak lama, makanya hanya dia yang kesuksesannya melebihi Mas Rayan.Kak Dion tidak mengatakan apa-apa dan aku juga langsung menghapus air mata ketika anak-anak mendekat ke arahku. Biarlah, toh mereka sudah suami istri. Yang membuatku tidak habis pikir, mereka melakukannya di rumah ini di saat aku dan anak-anak ada.Jadi, aku pikir ini merupakan tanda kalau aku dan anak-anak sudah bukan lagi prioritas baginya."Ambil keputusan yang tepat, lalu jangan pernah lagi melihat ke belakang!" ucap Kak Dion ketika kita berjalan ke arah pintu rumah.Aku sendiri tidak tahu kenapa dia berkata seperti itu, namun apa yang dia katakan tidak salah. Ketika aku sudah mengambil keputusan, maka aku dilarang untuk melihat ke belakang karena sudah pasti aku akan goyah