Share

Bab 7

last update Last Updated: 2024-03-06 11:54:14

"Sedang makan sama Mama ... sama Abang ... Adek."

Anak keduaku menjawab dengan jujur dan jangka waktu yang cukup lama, namun seperti biasa Mas Rayan selalu menunggu dengan sabar.

Dulu, aku pun berpikir itu karena dia perhatian sama kami, sama sekali tidak pernah memikirkan yang aneh-aneh. Ternyata semuanya benar-benar tidak seperti yang aku duga.

Aku mengartikan semua sikapnya merupakan bentuk perhatian, namun sebenarnya karena dia takut aku melakukan sesuatu yang membuat rencananya terbongkar. Lalu, aku dan anak-anak menjauh darinya.

"Dari tadi ngapain aja, Sayang?" Mas Rayan bertanya sampai ke intinya.

Hah, aku sudah tahu kalau pada akhirnya inilah yang ingin dia tanyakan. Dia berusaha mencari tahu apa saja yang aku dan anak-anak lakukan seharian ini, apalagi tanpa pengawalan, supir atau pekerja yang berada di bawah pengawasannya.

"Kakak sama Abang, Ade, Mama, pergi ke rumah Tante Via. Kita main bersama di taman, lalu tidur. Ini bangun tidur kembali bermain," jelas anak itu membuatku dan Via tersenyum lebar.

Ini adalah rencana Abang. Selama ini dia selalu menemaniku tidur bersama anak-anak, jadi dia juga tahu kebiasaan adik-adiknya. Meski anak-anak punya pengasuhnya masing-masing, tidur tetap aku yang atur.

Mereka hanya memandikan dan ganti diaper. Itu pun kalau ada Mas Rayan, dia yang melakukan.

Aku akui, dia adalah suami yang siap siaga. Kalau ada di rumah, dia selalu bangun lebih awal dan memasak makanan kesukaan kami tanpa ada yang terlewat. Lalu, membangunkan anak-anak dan memandikannya.

Tidak lupa sebelum berangkat bekerja juga menyuapi mereka. Ditambah keahlian memasaknya lebih baik dariku. Dia juga lagi siaga ketika di antara kita ada yang sakit dan harus dirawat, bahkan dia hanya mengambil cuti untuk merawat kami.

Aku pikir, kebersamaan itu akan terus berlanjut hingga maut memisahkan. Nyatanya ... hanya aku yang berpikir seperti itu. Justru aneh kalau lelaki perfect seperti itu hanya punya aku atau mencintaiku seperti yang dikatakannya selama ini.

Aku hanyalah wanita desa yang tidak tahu apa-apa tentang gemerlap dunia. Aku juga bukan wanita karier atau berpendidikan tinggi. Sayangnya selama ini aku tidak pernah bercermin, sehingga selalu berpikir kalau dia memang orang yang sudah Allah tetapkan untukku dan akan selalu mencintaiku.

Tanpa sadar, mataku mengeluarkan kesedihan ketika mengingat semuanya. Ternyata semuanya hanya mimpi dan sekarang aku sudah benar-benar bangun. Aku sadar aku siapa dan tidak ada kecocokan di antara kita.

"Mama nangis?"

Aku menoleh ke arah gadis kecil yang tengah menatapku dengan penuh kesedihan. Karena sadar, aku langsung menghapus air mata dan menatapnya dengan senyuman yang lebar.

"Tidak, Sayang. Mana mungkin Mama menangis di saat kalian ada di sisi Mama," lirihku sambil membawanya ke dalam pelukan.

"Halo, Sayang? Apa yang terjadi padamu? Kamu menangis? Kenapa?"

Aku tersadar sepenuhnya ketika mendengar suara panik Mas Rayan. Segera aku mengambil ponsel itu.

"Benar, ini bukan salahmu, Mas. Namun salahku karena tidak sadar diri dan terlalu serakah," batinku mengakui kekalahan.

"Halo, Mas. Aku gapapa. Tadi hanya kelilipan saja," jawabku berbohong.

"Benar?" tanyanya lagi seolah tidak percaya dengan yang aku katakan.

"Iya, Mas. Jangan terlalu khawatir, aku adalah seorang ibu yang kuat."

Mas Rayan terdiam, seolah mencerna apa yang aku katakan.

"Nanti Mas akan usahakan agar pulang secepatnya," ucapnya kemudian.

"Tidak apa-apa, Mas. Aku enggak mau ganggu waktu kerja kamu," tegasku berusaha membuatnya yakin.

"Lebih tepatnya bulan madu yang sudah kalian rencanakan," lanjutku dalam hati.

"Aku pulang tiga hari lagi," ucapnya penuh penekanan.

"Enggak, Mas! Banyak tempat yang harus kita datangi."

Dengan samar, aku mendengar suara wanita.

"Nanti Mas telepon lagi, pokoknya kalau ada apa-apa jangan lupa telepon atau kirim pesan. Aku mencintaimu dan anak-anak," lanjutnya, lalu mematikan sambungan telepon tanpa menungguku berbicara lagi.

Mungkin dia hendak memberikan penjelasan kepada wanita itu. Yah, bagaimanapun juga mereka adalah pengantin baru. Seharusnya tadi aku mendekat ke arah mereka, memberikan kado, dan mendoakan agar pernikahan mereka langgeng.

Sayangnya aku punya anak yang harus terjamin kehidupannya. Mereka terbiasa hidup tanpa kekurangan, jadi aku tidak bisa bergerak begitu saja.

*

Anak-anak kembali bermain dengan riang. Sementara aku dan Via hanya memperhatikan dari kejauhan.

"Ternyata sikap Rayan seperti itu. Pantas kamu tidak pernah percaya ketika aku bilang mungkin dia punya pacar di luar sana, karena sudah sejak lama aku melihat dia jalan dengan rekan kantorku," ucap Via tiba-tiba.

"Wanita itu baru pindah ke divisiku. Aku sendiri tidak tahu kenapa dia diterima di perusahaan, padahal pendidikannya biasa, keluarganya juga biasa. Namun sekarang aku tahu kalau kekuatan yang ada di belakangnya adalah suamimu," lanjutnya semakin membuatku terluka karena dia malah mempertegas semuanya.

"Akan tetapi, wanita itu juga tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Justru aku sangat berterima kasih padanya." Aku berucap lirih, namun Via malah menatapku tidak percaya.

"Apa yang baru saja kamu katakan? Dia sudah merebut suamimu, ayahnya anak-anak. Kenapa kamu masih baik begini?" cecarnya.

Aku tersenyum tipis. "Kalau bukan karena dia, mungkin sampai sekarang aku masih berpikir kalau Mas Rayan hanya mencintaiku dan tidak ada sejarah wanita di masa lalunya. Namun, dua membuatku sadar kalau ternyata selama ini aku terlalu menilai tinggi diriku sendiri."

"Cukup! Apa yang baru saja kamu katakan? Suamimu saja yang buta. Bosku saja mengakui kecantikan fisik dan hatimu," ucapnya yang aku tahu keceplosan.

"Bosmu yang mana?" tanyaku penasaran. "Top manajer atau di bawahnya?"

Via memalingkan wajah.

Baiklah, sepertinya dia tidak mau bercerita.

"Besok, minta temanmu yang bisa mengurus perpindahan nama rumah. Lalu, beri aku nomor ponselnya. Aku ingin rumah sudah menjadi milik Gibran ketika dia pulang," pintaku padanya yang hanya mengangguk.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
ayo bangkit delisa usaha mandiri biar kuat lepas dari pengkhianat laki durjana itu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • JATUH MISKIN SETELAH MENIKAH LAGI   Bab 45 Tamat

    Aku mengalah, tidak lagi membicarakan tentang hal itu, dan bersikap biasa saja seolah tidak ada yang terjadi. Namun ada yang berbeda dengan Gibran dan Gisya. Mereka seperti menjauhi aku secara tidak langsung karena aku merasa asing di antara mereka.Sama seperti yang terjadi sekarang. Mereka asik bermain berdua dan tidak menganggap aku yang ada di dekat mereka. Padahal, selama ini mereka lebih dekat denganku daripada Delisa. Apa mungkin ada orang yang bilang pada mereka untuk menjauhi aku?"Jangan berpikir yang tidak-tidak, Mas. Apa yang kamu tabur, itulah yang kamu tuai." Delisa tiba-tiba mendekat dan mengatakan sebuah kalimat yang membuatku merenungkan kembali apa yang sudah kulakukan pada mereka selama ini."Maaf, aku pikir psikis mereka tidak akan terganggu." Aku menghela napas panjang.Ingin sekali aku merasakan pelukan mereka lagi dan mendengar suara nyaringnya ketika memanggil namaku. Namun ketika aku panggil saja, mereka hanya menanggapi dengan santai dan singkat. Seolah perk

  • JATUH MISKIN SETELAH MENIKAH LAGI   Bab 44 Hancur Berantakan

    "Mas tahu hati kamu tidak akan langsung sembuh seperti dulu, namun Mas harap kamu bisa melupakan semua tentang Ratih. Terlebih sekarang dia sudah masuk ke penjara," ucapku berusaha membuatnya yakin karena Delisa terdiam cukup lama."Entahlah, Mas. Aku tidak tahu aku bisa percaya lagi sepenuhnya padamu atau justru akan hilang selamanya, yang jelas meski Ratih di penjara sekalipun, aku tetap saja cemburu. Ada luka yang tidak bisa dijelaskan dan ada kehancuran jiwa yang selalu coba aku tahan," ungkapnya membuatku terdiam.Kata-kata yang diucapkan Delisa mengandung arti yang dalam dan indah, namun menusuk. Aku tahu betul letak kesalahanku dana kalau posisinya dibalik, aku juga tidak yakin akan memaafkan Delisa dengan muda. Keputusanku sudah bulat. Dapat atau tidak maaf darinya, aku tetap akan melakukan yang terbaik sebagai seorang suami dan ayah untuk anak-anak. Aku akan menebus semua kesalahan yang pernah kulakukan dulu, termasuk waktu yang sudah aku buang sia-sia."Aku tahu semuanya b

  • JATUH MISKIN SETELAH MENIKAH LAGI   Bab 43

    "Sayang bangun, sudah saatnya salat malam," bisik Mas Rayan tepat di telinga membuatku agak merinding.Langka sekali dia melakukan ini, lalu sekarang kenapa tiba-tiba melakukannya? Apa dia tahu kalau aku masih marah dengan kebiasaannya yang suka berbohong itu?Tanpa membalasnya perkataannya, aku langsung bangun dan pergi ke kamar mandi. Karena masih malas melihat wajah serta mendengar suaranya, aku sengaja berlama-lama.Akan tetapi, belum ada lima menit, dia kembali mengetuk pintu kamar mandi."Sayang, jangan lama-lama kalau di kamar mandi," ucapnya dan daripada membalas dengan perkataan, aku langsung menyalakan shower saja. Agar dia tahunya aku tengah mandi, padahal enggak.Suaranya kembali tidak terdengar dan aku hanya bisa menghela napas lega. Semoga ketika aku keluar dari sini, dia sudah berubah normal seperti biasanya. Meski dia berubah menjadi lebih baik, namun tetap saja aku masih tidak terbiasa. Kek geli gitu.Dulu, aku biasa mandi di jam segini. Namun sejak dia dinas, ya mes

  • JATUH MISKIN SETELAH MENIKAH LAGI   Bab 42

    "Anakku punya sikap yang baik, tidak mungkin dia melakukan sesuatu hal yang membuatnya harus di penjara. Dia juga punya anak kecil!" lagi-lagi Ibunya Rina berteriak dan hal ini membuatku jengah.Sementara Dion hanya menatapku tak percaya. Untuk orang yang tidak tahu tentangnya, pasti akan berpikir kalau dia lebih baik dariku. Aslinya, justru dialah yang lebih berengsek. Aku tidak mengatakan ini untuk memuji diriku sendiri, tetapi mana ada pria baik yang menempatkan seorang wanita di rumahnya? Apa dia tidak paham ilmu agama? Padahal, di keluarga kita diajarkan tentang batas-batas dengan yang bukan mahram.Karena sebelumnya Delisa juga dihasut olehnya agar bisa menumbangkan aku dengan kedok menolongnya, jadi aku yakin dia juga yang ada di belakang layar atas pemecatanku. Sudah lama sekali dia bilang iri padaku dan ingin merebut semuanya.Sayangnya dia tidak bisa melakukan hal itu, karena aku lebih dulu sadar kalau cintaku pada Ratih tidak nyata. Justru di alam bawah sadar pun, aku hany

  • JATUH MISKIN SETELAH MENIKAH LAGI   Bab 41

    "Aku ingin anak-anak punya kehidupan yang layak, meskipun nanti mereka harus jauh darimu. Karena sekarang kamu bisa mengatakan akan selalu ada di sisi kami, Mas. Namun tidak dengan nanti. Siapa tahu nanti kamu juga sama seperti yang sudah, tiba-tiba punya wanita yang dicintai," tegas Delisa tanpa basa-basi.Kini, dia sadar kalau kebahagiaan anaknya sedang dipertaruhkan. Oleh karena itu, Delisa bahkan tidak memikirkan tentang perasaan dan harga dirinya. Karena bagi seorang ibu, kebahagiaan anak-anaknya merupakan hal yang paling utama.Rayan mengangkat wajahnya dan menatapnya lekat. "Aku bersedia. Asal kamu mau memaafkan aku dan kembali ke kehidupan kita seperti sebelumnya, aku akan melakukan semua yang kamu katakan.""Penuhi dulu janjimu, baru kamu boleh membatalkan sidang perceraiannya, Mas." Delisa kembali bicara dengan tajam tanpa ingin melihat cinta yang ada di mata Rayan.Hati dan jiwanya sudah membeku, hingga cinta yang sempat ia miliki juga ikut pergi. Begitupun dengan perasaa

  • JATUH MISKIN SETELAH MENIKAH LAGI   Bab 40

    "Mau bertemu dengan Rayan?" tanya papa mertua."Iya, Sayang. Tidak ada salahnya memberikan dia kesempatan kedua. Bukankah kamu juga tidak mau kalau papanya anak-anak ada dalam kapal yang sama dengan wanita penjahat itu?" sahut ibu mertuanya berusaha membujuk.Apa yang terjadi padanya beberapa waktu lalu sudah membuatnya trauma. Dia yang bahkan enggan memikirkan tentang perusahaan, rela ikut dengan suaminya yang di tempat itu. Padahal, papanya Rayan juga sudah lama memutuskan untuk tidak ikut campur lagi. Akan tetapi, apa yang sudah Ratih lakukan benar-benar menimbulkan luka yang mendalam.Setelah kejadian itu papanya Rayan mendadak datang lagi ke perusahaan yang tengah diurus oleh anak keduanya, itu pun dengan membawa istrinya. Sang anak tentu bahagia dengan kedatangan kedua orang tuanya, ditambah rumahnya dengan orang tua juga jauh karena dia sudah punya rumah sendiri.Namun demikian, dia tetap menyelidiki apa yang menyebabkan kedua orang tuanya tiba-tiba tertarik dengan perusahaan.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status