Tuuttt .... Tuuttt .... Tuuttt..
Berulang kali Javier menghubungi Felly, namun tidak ada jawaban dari sang empunya. Akhirnya Javier menelfon Aiden, karena seingatnya tadi Felly pergi dengan Aiden."Hallo," jawab Aiden di seberang sana."Abang lagi sama Felly?" tanya javier to the point."Kenapa?" tanya Aiden dingin."Bang, Vier mau bicara sama Felly. Dari tadi Vier nelfon dia tapi gak di jawab, Vier khawatir bang," ucap Javier membuat Aiden menghela napasnya pelan."Vier, khawatirkan istri kamu. Jangan lagi khawatir sama Felly, dia akan baik baik saja, percayalah," ujar Aiden, seperti biasa. Suaranya lembut dan menenangkan."Tapi Bang, Vier tetep khawatir sebelum Vier mendengar langsung dari dia. Vier tau pasti abang lagi sama Felly kan, plis bang, Vier mohon beri Vier waktu sebentar saja," pinta laki laki itu dengan sangat memohon."Apa kamu sudah izin pada istrimu?" tanya Aiden seketika membuat Javier terdiam."Bang, itu gak penting! Dan jangan‘’Sayang, kamu kenapa murung begitu?" tanya Jenar saat melihat Celena hanya duduk di ayunan taman belakang."Ah tidak apa Mom, hanya saja sedikit bosan. Dan juga Lena kangen sama Rumah," jawab Celena lirih.Jenar hanya tersenyum kecil, ia mengerti bahwa celena masih baru di rumah itu dan masih butuh adaptasi. Tidak ada yang ia kenal di rumah itu, Javier pun baru dua hari merayakan pernikahan sudah mulai masuk kerja kembali."Apa kebiasaan kamu kalau di rumah hem?" tanya Jenar lembut. Jenar hanya ingin mendekatkan diri dengan menantunya. Jenar memiliki mertua yang sangat baik dan menjadi kebanggaan semua umat, maka dari itu Jenar juga ingin menjadi seorang mertua idaman seperti mama Tamara."Aku biasa bekerja Mom, tapi sejak aku hamil, Daddy tidak mengizinkan ku bekerja lagi. Kuliah ku juga cuti padahal tinggal satu semester lagi," keluh Celena."Kenapa berhenti kalau hanya tinggal satu semester?" tanya Jenar mengerutkan dahinya. Padahal perut Celena masih kecil k
Javier sama sekali tidak mendengarkan ucapan Celena, ia tetap menghampiri Celena dan berusaha mengangkat tubuh istrinya."Jav, jangan! Aku disini aja," kata Celena lemah dengan mata terpejam dan menahan mual."Kamu gila! Lagi keadaan kaya gini masih tidak mau di bantu!" saut Javier kesal sambil menggendong tubuh Celena."Bukan begitu," kata Celena pelan."Sudah lah. Harusnya kamu membangunkan ku agar—" ucap Javier seketika terhenti kala mendapatkan jatah untuk kedua kalinya dari Celena dan bayinya."Hoeekkkk ...."Hoeeekkkk ..."Ssshhhhh, maaf ... " ucap Celena lirih setelah menuntaskan seluruh isi perutnya. Entah mengapa setelah ia memberikan hadiah kepada Javier mual di perutnya langsung reda. Hilang sudah rasa nya yang sedari tadi ia rasakan."Kan aku sudah bilang tadi biarkan saja aku di kamar mandi karena perut ku masih mual," imbuh Celena.Glek!Javier menelan Saliva nya dengan kasar lalu perlahan ia membalikkan tubuhnya dan membawa Cele
Acara makan malam telah tiba, semua keluarga berkumpul di sana. Ada, Oma Tamara, opa Adi. Juga keluarga om Dimas dan om Fabian. "Celena," panggil Cara saat melihat Celena menuruni tangga bersama Javier. Wanita hamil itu selalu terlihat sangat cantik, wajahnya seperti galak, tapi ternyata hatinya sangat baik. Caramel selalu welcome pada orang baru. Dan Celena sangat mensyukuri hal itu."Hay Cara," balas Celena tersenyum.‘’Kita kesana yuk,” Tanpa menunggu persetujuan, Caramel segera menggandeng lengan Celena dan ia ajak ke taman belakang dimana semua keluarga besar berkumpul.Sementara itu, Farel langsung menghampiri Javier dan menggoda sepupunya itu, "Cie pengantin baru. Semalam berapa ronde?" tanya Farrel sambil menaik turunkan alisnya kepada Javier."Otak isinya bokep semua!" ucap Javier menoyor kepala Farrel."Njirr gue nanya karena gue penasaran, lagian nih yah biarpun otak gue bokep tapi gue masih perjaka ting ting," kata Farrel membela diri."Ters
Setelah menghabiskan semalam di Hotel, kini Javier dan Celena langsung pulang ke rumah utama keluarga Pranata. Sebenarnya Javier enggan membawa Celena pulang ke rumah itu, ia ingin membawa Celena ke Apartemen, namun karena desakan mommy Jenar akhirnya Javier membawa Celena pulang ke Rumah."Assalamualaikum," ucap Celena lembut saat memasuki rumah Pranata."Walaikumsalam, duh menantu Mommy sudah datang." Jenar memberikan sambutan ramah kepada Celena."Mom, anakmu itu aku bukan dia," ucap Javier cemberut karena melihat Jenar yang menyambut Celena dan memeluknya, sedangkan dirinya di cuekin dan tak di anggap."Kamu tau Vier, dari dulu Mommy sangat ingin anak perempuan, dan kini Mommy sudah mendapatkannya. Paket komplit malah. Udah cantik, baik, lembut dan ramah. Persis seperti Mommy dulu," ujar Jenar dengan tatapan yang begitu tulus kearah Celena."Cih, makin besar kepala itu di puji begitu," cibir Javier lalu ia berjalan lebih dulu menuju kamarnya."Sayang, jan
Setelah beberapa saat, Celena sudah menguasahi dirinya. Begitupun dengan Javier yang memilih menyibukkan diri dengan laptop. Celena pun segera keluar dan menatap ke arah Javier. Sedikit ragu untuk memulai setelaha pa yang ia dengar dari panggilan telfon bersama Felly tadi.Tapi, Celena tidak mau terlihat lemah. "Kanebo kering!" panggil Celena saat dirinya sudah keluar dari kamar mandi.Javier sempat menoleh sebentar, namun hanya sebentar lalu ia kembali fokus dengan laptopnya."Kanebo kering!" panggil Celena lagi dengan kesal."Kamu memanggilku?" tanya Javier mengerutkan dahi, percayalah saat ini wajahnya sangat menyebalkan, bagi Celena."Yaiyalah manggil kamu, ya kali aku manggil setan!" saut Celena kesal."Namaku Javier, Vier bukan kanebo kering!" kata Javier ketus."Iya, tapi muka kamu kaya kanebo kekeringan kurang aer. KAKU!" cibir Celena lalu ia duduk di meja rias sambil mengeringkan rambutnya."Terserah!" ucap Javier malas menanggapi ucap
Tuuttt .... Tuuttt .... Tuuttt.. Berulang kali Javier menghubungi Felly, namun tidak ada jawaban dari sang empunya. Akhirnya Javier menelfon Aiden, karena seingatnya tadi Felly pergi dengan Aiden."Hallo," jawab Aiden di seberang sana."Abang lagi sama Felly?" tanya javier to the point."Kenapa?" tanya Aiden dingin."Bang, Vier mau bicara sama Felly. Dari tadi Vier nelfon dia tapi gak di jawab, Vier khawatir bang," ucap Javier membuat Aiden menghela napasnya pelan."Vier, khawatirkan istri kamu. Jangan lagi khawatir sama Felly, dia akan baik baik saja, percayalah," ujar Aiden, seperti biasa. Suaranya lembut dan menenangkan."Tapi Bang, Vier tetep khawatir sebelum Vier mendengar langsung dari dia. Vier tau pasti abang lagi sama Felly kan, plis bang, Vier mohon beri Vier waktu sebentar saja," pinta laki laki itu dengan sangat memohon."Apa kamu sudah izin pada istrimu?" tanya Aiden seketika membuat Javier terdiam."Bang, itu gak penting! Dan jangan