LOGINBulan purnama menerangi langit saat Ardi mendapatkan tugas kepolisian luar kota selama dua minggu. Kabar ini disampaikannya kepada Tara dengan nada sedih di suara telepon mereka. Tara merasa kehilangan begitu Ardi mengucapkan kata-kata itu, dan kehampaan terasa begitu nyata ketika ia memutuskan panggilan video.
"Kau tahu, Tara, ini tugas mendadak. Aku harus pergi besok pagi," kata Ardi dengan ekspresi sedih.
Tara yang duduk di kamar sesekali menunduk, "Dua minggu, Pak Ardi? Itu cukup lama."
Ardi mengangguk, "Aku tahu. Aku juga tidak suka meninggalkanmu sendiri di sini. Tapi tugas adalah tugas."
"Baiklah, Pak Ardi. Aku akan merindukanmu," ucap Tara dengan senyum tipis, namun matanya memperlihatkan rasa kehilangan yang mendalam.
Saat itu, mereka tahu bahwa jarak akan menjadi ujian bagi hubungan mereka. Namun, takdir memainkan peran ketika Ardi memutuskan untuk menyiasati keadaan. M
Malam itu, suasana di kamar dekat garasi itu sesi pijat Debi berubah menjadi lebih intim. Pak Simon yang sudah merasa rileks dari sesi pijat sebelumnya, merasakan keingintahuan dan hasrat birahi yang tumbuh dalam dirinya ketika Debi mengajaknya ke ruangan khusus untuk "layanan spesial."Dengan pandangan mata penuh hasrat, Debi menggoda, "Pak Simon, saya yakin Anda akan menyukai apa yang saya tawarkan malam ini. Layanan pijat plus yang pasti akan memberikan kepuasan maksimal."Pak Simon tersenyum penuh gairah, "Ayo segera lakukan ak sudah pengen banget, Bu Debi."Debi dengan lincah melepas pakaiannya sehingga kini ia telah telanjang bulat di kamr itu, Debi pun sengaja mengekspos kemolekan tubuhnya yang menggoda. Pak Simon, tak dapat menyembunyikan hasrat birahinya, ia pun merasa jantungnya berdegup lebih cepat kala menyaksikan bentuk tubuh telanjang dan montok milik Debi.Dengan lembut, Debi mendekati
Di tengah heningnya sore yang teduh, terdengar suara gemerisik daun dan hembusan angin sepoi-sepoi. Matahari senja yang melintas di ufuk barat memberikan sentuhan hangat pada perumahan padat penduduk ini. Di salah satu kompleks perumahan, Debi, seorang janda cantik berusia 35 tahun, sibuk dengan pekerjaannya sebagai tukang urut. Dengan tangan yang lincah, ia memberikan pijatan yang menyegarkan kepada para pelanggannya.Rumah Debi terletak di pinggiran kompleks, dengan teras yang dihiasi pot tanaman bunga warna-warni. Debi tidak hanya mahir dalam seni pijat, tetapi juga memiliki daya tarik yang sulit diabaikan. Rambut hitam panjangnya, mata yang tajam, dan senyum manisnya membuatnya menjadi perbincangan di kalangan pelanggan pria.Namun, ada sesuatu yang membuat Debi berbeda dari tukang urut pada umumnya. Ia memilik libido seks yang sangat tinggi, sehingga kala ia sedang memijat, ia sering memancing sang pelanggan pria untuk mendapatkan layan
Percakapan itu menjadi awal dari pertempuran verbal yang sengit. Sara menuntut kejujuran dan Opan berusaha membela diri. Namun, bagaimanapun juga, rahasia terlarang Opan dan Santi kini telah menggegerkan rumah tangga mereka.Di sisi lain kota, Opan dan Santi terus terjebak dalam pusaran hasrat dan keinginan. Meskipun menyadari bahwa ini akan berdampak besar pada rumah tangga mereka, mereka terus membenamkan diri dalam kenikmatan sesaat. Saat Opan mendekati Santi, ia merasakan ketegangan yang berbeda. Sesuatu telah berubah."Santi, aku merasa semakin sulit menyembunyikan semuanya. Sara semakin mencurigai," akui Opan.Santi tersenyum, meski penuh ketidakpastian. "Mungkin ini memang saatnya untuk memutuskan, Opan. Apakah kita akan melanjutkan atau mengakhiri semuanya."Opan terdiam, merenung atas kata-kata Santi. Mereka berdua tahu bahwa keputusan sulit harus diambil. Namun, terjebak dalam pusaran hasra
Keesokan harinya, Opan dan Santi merencanakan pertemuan terlarang mereka di sebuah hotel mewah di pusat kota. Rencana rahasia ini mereka jaga dengan seksama, tanpa sepengetahuan pasangan masing-masing. Opan tiba lebih awal, hatinya berdebar-debar di tengah penantian yang penuh kegairahan. Cahaya lembut dari lampu hotel menyulut suasana, menciptakan atmosfer yang sensual dan menegangkan di dalam kamar.Santi memasuki kamar dengan langkah yang penuh hasrat, tatapannya bertemu dengan mata Opan. Tanpa kata, mereka tahu bahwa saat ini adalah waktunya untuk melampiaskan hasrat dan rasa rindu yang selama ini tertahan. Kehangatan tubuh mereka saling menyatu, menghapus batas antara keinginan dan kenyataan."Opan," desis Santi dengan nafas yang berat, "kita sudah menunggu ini terlalu lama."Opan tersenyum, merasakan ketegangan dan gairah yang menyala di antara mereka. "Ya, Santi. Saatnya kita memuaskan keinginan yang selama ini te
Bulan April membawa angin sejuk di kota Jakarta, menyapu jalan-jalan yang padat dengan kendaraan dan hiruk-pikuk kehidupan perkotaan. Opan, seorang pria ganteng berusia 35 tahun, melaju dengan mobilnya yang nyaman, membawa penumpang dari satu tempat ke tempat lain. Kehidupannya yang berkeluarga terpenuhi dengan kebahagiaan bersama istrinya, Sara, dan dua anak kecil mereka yang berusia 10 dan 12 tahun.Suatu hari, Opan menerima pesanan dari seorang wanita bernama Santi. Wanita berjilbab berusia 34 tahun itu menunggu di tepi jalan dengan senyum lebar di wajahnya. Opan membuka pintu mobilnya, menyambutnya dengan ramah."Selamat siang, Bu Santi. Ke mana saya bisa mengantarkan Anda hari ini?" tanya Opan sambil tersenyum.Santi membalas sapaan dengan senyum manisnya, "Selamat siang, Pak Opan. Saya mau ke kawasan perkantoran di Jakarta Selatan."Perjalanan dimulai, dan dalam sekejap, Opan dan Santi menemuka
Pagi itu, ketika matahari baru mulai muncul di ufuk timur, Tara terbangun dengan perasaan mual yang menggelayut di perutnya. Ia mencoba meredakan rasa tidak nyaman itu, tapi semakin lama semakin terasa kuat. Segera, rasa panik menyelimuti pikirannya.Ardi, yang saat itu sedang di rumah, melihat kegelisahan Tara. "Apa yang terjadi, Tara? Kau tidak terlihat baik."Tara menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara, "Aku merasa mual, Pak Ardi. Sangat mungkin aku hamil."Wajah Ardi langsung berubah pucat. Mereka telah terlalu sering bercinta tanpa tindakan pengaman, dan kini, tanda-tanda kehamilan mulai muncul. Mereka sama-sama panik, menyadari bahwa kejadian ini dapat merusak segalanya."Kita harus melakukan sesuatu," ucap Ardi, matanya mencari-cari solusi di sekeliling mereka.Tara mengangguk setuju, "Ya, kita tidak boleh membuat Bu Tisa atau siapapun mengetahui tentang ini."







