Pintu terbuka dari dalam. Bunga muncul dari balik pintu mengenakan daster tanpa lengan setinggi lutut. Ia terkejut melihat kedatangan Aini.Sementara itu, Erlangga bersandar pada dinding hingga luput dari pandangan Bunga.“Tante?!”“Iya, Sayang. Apa kabar?” Aini memeluk Bunga begitu erat.Erlangga menahan nafas dan dadanya kembang kempis. Entah kenapa dadanya terasa bergemuruh. Pria itu melihat Bunga secantik bidadari. Tubuh sexy dengan balutan daster berbelahan pendek di bagian dada dan punggung membuat pria matang itu meneguk saliva. Kulitnya yang putih mulus begitu menggoda.Ada geletar aneh dan dentuman dahsyat dari hasrat lelakinya. Pria itu memalingkan wajah untuk mengurangi hasrat yang tiba-tiba saja datang dan menekan dada.Tanpa sengaja Bunga mengarahkan pandangannya ke arah Erlangga. Gadis itu tak menyangka pria menyebalkan itu juga ada di rumahnya.”Pak Er?!” Bunga sangat terkejut. Ia masih sangat kesal mengingat penghinaan pria itu semalam. Bunga melepas pelukan Aini dan h
“Bunga.” Aini menyentuh pipi Bunga dengan lembut.“I...iya Tante. Bunga mau, tapi demi Tante!“ jawab Bunga dengan gugup. Gadis itu memainkan jemarinya sebagai tanda dia sedang gelisah. Ada penyesalan saat menjawab pertanyaan tanpa berpikir terlebih dahulu. Namun nasi sudah menjadi bubur. Apa yang terucap takkan bisa ditarik kembali.“Terima Kasih, Bunga!” Aini memeluk Bunga dengan erat. Matanya berkaca-kaca. Perasaan sedih dan bahagia bercampur menjadi satu.Wanita mana yang takkan sedih bila harus merelakan sang suami menikah lagi dan akan mempunyai anak dari wanita lain. Namun Aini harus menguatkan diri karena hal itu juga demi keutuhan rumah tangganya.“Sama-sama, Tante.” Bunga membalas pelukan Aini. Rasa sesal sedikit terurai saat melihat wajah wanita yang sudah dianggap sebagai ibunya itu bersinar bahagia.Erlangga tersenyum bahagia dan merasa seperti baru saja memenangkan sebuah proyek besar. Tapi bukan Erlangga namanya kalau tidak pandai menutupi perasaan dengan kemarahan. Egon
Siang hari yang begitu cerah Aini dan Martha mendatangi rumah Bunga dengan tujuan untuk melamar Bunga sebagai istri ketiga suaminya. Semula kedua orang tua Bunga menolak lamaran itu.Pada dasarnya tidak ada orang tua yang rela putrinya menjadi istri kedua ataupun ketiga. Begitu juga dengan orang tua Bunga. Mereka tidak mau mengorbankan kebahagiaan anaknya hanya untuk balas jasa.Namun Aini berusaha menjelaskan semuanya, bahwa pernikahan Bunga dan suaminya hanya untuk menjalani program Bayi tabung saja, bukan untuk tidur dengan suaminya. Aini yang menjamin kalau suaminya tidak akan menyentuh Bunga. Bunga akan tetap virgin hingga tugasnya selesai.Dengan susah payah Aini membujuk kedua orangtua Bunga. Ia berusaha meyakinkan keduanya untuk menerima pinangan suaminya.Bunga juga berusaha meyakinkan kedua orangtuanya yang masih diselimuti oleh keraguan. Keinginannya hanya untuk membalas kebaikan keluarga yang telah banyak membantu kehidupannya dan keluarga.Dengan berat hati dan berlinang
“Mas Erlangga enggak salah Mah. Pah! Semua ini kemauan Aini. Bunga menikah dengan Mas Erlangga hanya untuk melaksanakan program bayi tabung saja, supaya Mas Erlangga mempunyai anak kandung. Cucu dari keturunan Hadi Wijaya sebagai generasi penerus. Aini melakukan semua ini karena untuk kebahagiaan Mamah dan Papah. Aini terpaksa melakukan karena sudah gak punya rahim, Mah!” ucap Aini dengan pilu. Buliran bening mulai berguguran dan saling berdesakan.Nyonya Irma memeluk menantunya dengan penuh kasih sayang. “Aini. Kamu tidak perlu berkorban sejauh itu. Kami sudah menganggap Adel dan Ratih seperti cucu kami sendiri.”“Siapa yang mencari calon madumu, Aini? apa Erlangga sendiri?” Hadi wijaya bertanya penuh selidik. Ia melihat gelagat putranya yang aneh.Cara putranya menatap ke arah calon menantunya seperti pria yang sedang jatuh cinta. Matanya berbinar saat menatap Bunga. Tak ada wajah kesedihan seperti saat Aini menyuruh putranya menikahi Martha.“Aku juga lelaki, Nak. Aku tahu kamu sed
"Kamu Aisyah Kan? sopir angkot yang menolongku waktu itu?” Kata Ilham dengan wajah berbinar.“Mm-mm. Bunga menundukkan kepala. Ia tidak mengira akan bertemu kembali dengan pria tampan yang sempat ditolong beberapa waktu lalu. Pria yang membuat jantungnya berdebar saat mendengar tutur katanya yang lemah lembut dan sangat menghargai wanita.Bunga terlihat sangat gugup dan jemarinya saling meremas. Dia mengira tak akan bertemu pria ini makanya memperkenalkan diri sebagai Aisyah.“Aisyah siapa?! Dia itu Bunga! kamu kenal Dia di mana?” Erlangga menjawab dengan ketus. Ada sedikit bara dalam dadanya hingga terasa panas. Rasa cemburu mulai menyelimuti hatinya.Erlangga menatap Bunga yang terlihat begitu gelisah dan membuat dirinya gerah.“Waktu Ilham mau dirampok, Aisyah yang bantu Ilham. Ilham juga belum sempat berterima kasih. Alhamdulilah kita bisa bertemu disini. Alloh pasti sudah mengatur semuanya. Dan mudah-mudahan saja silaturahim ini berlanjut dengan ridho dariNYA.” ucap Ilham pasti.
“Tidak, Tante. Bunga tidak akan mundur dan siap siap untuk menikah.” Bunga mencoba menghapus airmatanya.“Terima Kasih, Sayang.” Aini memeluk Bunga dengan erat. Ada sesak yang mendesak dadanya. Ia tahu Bunga sangat berat menjalaninya. Namun gadis itu tetap tak mau mundur demi dirinya.Tanpa menunggu waktu lama, Aini membawa pengantin cantik itu keluar kamar.Mata Erlangga terbelalak. Ia begitu mengagumi kecantikan calon istrinya dengan balutan kebaya berwarna putih yang melekat di tubuhnya. Kulit wajahnya yang bersih putih tak memerlukan riasan yang tebal.Bunga begitu mempesona. Erlangga benar-benar tidak sabar untuk segera mengikrarkan janji suci.Calon mempelai wanita duduk di samping calon pengantin pria sembari menundukkan kepala. Tak ada rona bahagia di wajahnya.Bunga memang tidak bahagia dengan pernikahan ini. Tapi dia menyadari tak ada paksaan terhadap dirinya. Dia sendiri yang sudah mengambil keputusan terberat dalam hidupnya.Penghulu sudah siap untuk menikahkan kedua mempe
Bunga tidak percaya kekasihnya sudah keluar dari penjara. Dia beranjak dari tempatnya semula dan melangkahkan kakinya di antara kerumunan para tamu untuk menghampiri Rico.Erlangga mengejar Bunga dan memegang pergelangan tangannya,”Siapa Dia?” tanya Erlangga yang terbakar api cemburu. Wajahnya memerah karena amarah yang mulai terpancing.“Lepasin! Jangan ikut campur urusan Saya!” Bunga menepis lengan suaminya.“Aku suamimu dan berhak tahu segala urusanmu! katakan siapa lelaki itu?!” Erlangga berteriak di depan wajah Bunga.Bunga ketakutan, dan tidak berani menatap wajah suaminya.“Mas, jangan bikin ribut. Malu!” Aini berusaha menenangkan suaminya.“Diam Kamu Aini! ini urusanku dengan Bunga! belum juga sehari jadi istriku, tapi kelakuannya memalukan seperti ini!”“Lepasin pacarku!” Rico melepas lengan Bunga dengan paksa dan mendorong tubuh Erlangga hingga terjatuh.Jelas saja hal itu membuat pria angkuh itu murka. “Jangan sembarangan Kamu. Dia itu istriku!!”“Dasar laki-laki hidung bel
Erlangga terus memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Ia begitu kesal dengan kemacetan parah yang memperlambat kendaraannya. Ditambah lagi dengan lampu merah membuat mobilnya terhalang oleh kendaraan yang berhenti.Erlangga begitu kesal hingga berkali-kali membunyikan klakson dan membuat pengendara lain kesal. Jarak mobilnya dengan mobil Rico cukup jauh. Perlu waktu lama jika harus turun dari mobil dan menuju ke sana.Lampu hijau menyala dan kendaraanpun mulai terurai. Erlangga menyalip beberapa mobil di hadapannya dan tak peduli dengan sumpah serapah pengendara motor yang hampir saja tertabrak olehnya. Yang Ia fikirkan adalah keselamatan istrinya.Mobil Erlangga semakin dekat dengan mobil Rico. Tanpa pikir panjang, Erlangga menyalip mobil Rico dan berhenti di depannya.Hampir saja Rico menabrak mobil Erlangga seandainya terlambat sedikit saja menginjak rem.Erlangga keluar dari mobil dan menggedor kaca mobil yang dikendarai oleh Rico.“Keluar Kamu bocah! keluar!!”Rico menuru