Yudi merasa harga dirinya direndahkan di depan Erlangga. Diapun membalas ucapan mantan istrinya.“Kalau masalah harta, aku bisa berikan untukmu kalau kau menginginkannya! Mungkin saja suamimu bisa memberikan kemewahan, tapi tidak kepuasan bathinmu, karena hanya akulah yang mengerti kebutuhanmu akan hal itu, Sayangku,” ucap Yudi dengan berani menyentuh dagu Marta.Plakk, satu tamparan mendarat di pipi Yudi. “Jangan mimpi Yudistira! bagiku, kamu adalah pria yang menjijikan!” Emosi Marta tak terkendali. Ia begitu kesal kepada mantan suaminya yang terlalu percaya diri.“Aku peringatkan sekali lagi, jangan pernah mengganggu istriku, atau kamu akan menyesal!” Erlangga mengancam Yudi.“Aku tidak takut dengan lelaki banci sepertimu, Erlangga!” Yudi tersenyum sinis.“Apa maksudmu?” Erlangga melotot kearah Yudi.“Kita sesama lelaki, dan pasti tahulah tujuanmu datang ketempat ini. Baru punya bini dua saja sudah loyo,” ucap Yudi dengan melipat kedua lengannya di depan dada sembari menatap nakal k
Erlangga masuk dengan tergesa ke dalam rumah. Ia tidak memperdulikan Aini yang menyambut dengan senyum manisnya. Hatinya masih diliputi kekesalan karena pertemuan yang tak disengaja dengan mantan suami Marta.Erlangga menaiki tangga sembari memainkan ponsel, hingga tak sengaja menabrak Bunga yang tengah turun dan juga bermain ponsel. Hampir saja keduanya terjatuh, untung saja Erlangga berhasil menangkap tubuh istri ketiganya.Mata Erlangga terbelalak melihat dada istrinya yang begitu terlihat saat Bunga berada dalam pelukannya. Dada Erlangga berdegup sangat kencang, Hasratnya begitu menggebu. Berkali-kali Ia menelan ludah. Namun Ia tersadar saat Bunga menoyor wajahnya.“Iih jangan kurang ajar ya.” Bunga melepas diri dan mengatupkan daster di bagian dadanya.“Siapa yang kuang ajar?! Kamu sendiri yang nyodorin tubuh kamu! Dasar stupid!” Erlangga memaki Bunga sambil berlalu. Hatinya masih diliputi kekesalan.“Dasar aki-aki! Udah jelek, hidup lagi!” balas Bunga gak mau kalah.Erlangga me
Aini melonggarkan pelukannya dan tersenyum kepada suaminya. ”Oh ya, Mas. Gimana kalau nanti malam kita makan di luar? Sudah lama kita tidak pergi bareng. Kita ‘kan juga butuh refreshing. Setelah makan, kita bisa nonton atau ke mana kek.” Aini menatap suaminya dengan berbinar.“Terserah, kamu atur saja.”“Oke, tapi jangan lupa, Kamu yang traktir ya?”Erlangga mencubit pipi Aini gemas, “Kamu ini perhitungan banget sama suami ya. Emang kurang uang bulanannya?” canda Erlangga.“Loh kan perjanjiannya gitu. Kalo ada acara di luar, kan kamu yang bayarin,” jawab Aini dengan manja.“Tapi kan kamu yang ngajak.”“Aturan tetap sama.” Aini mencubit hidung Erlangga pelan.“Kamu memang pintar kalo masalah duit.” Erlangga balas mencubit hidung Aini dan memeluk istrinya. Aini membalas pelukan suaminya erat.Erlangga memejamkan mata. Sejenak, Dia ingin menghilangkan ingatannya tentang perkataan Yudi yang masih terus menghantui pikirannya. Namun ucapan Yudi membuatnya penasaran dengan ‘kemahiran’ Marta.
Erlangga menatap ke arah Bunga. Ia sampai lupa kalau Bunga tak ikut berbaur. Lagi-lagi Erlangga melakukan sebuah kesalahan, Ia terlalu asik dengan kebahagiaannya sendiri tanpa mempedulikan istri barunya. Bunga pasti merasa dicuekin, Erlangga benar-benar merasa bersalah.Langkah Bunga terhenti di sebuah gazebo berbentuk joglo yang berada disudut taman dengan lampu temaram. Ia bersandar pada tiang kayu penyangga gazebo untuk menumpahkan segala kesedihan. Sekuat tenaga Ia berusaha menyimpan airmatanya, tapi kelopak matanya tak mampu menahan genangan airmatanya. Tubuhnya berguncang dan isak tangisnya terdengar lirih.Erlangga memperhatikannya dari jarak yang tak begitu jauh. Kembali didera perasaan bersalah telah mengabaikan istri yang mulai dicintai. Perlahan, mendekati Bunga dan melingkarkan lengan kekarnya pada pinggang istri ketiganya itu.Bunga terkejut, tapi tak menolak. Ia sangat mengenal pemilik lengan kekar itu. Aroma parfum suaminya menyeruak dan menggugah naluri wanitanya. Ia
“Oke, sepertinya istri mudamu seumuran dengan Ratih dan Adel. Hati-hati kalian, nanti lama-lama orang yang kalian panggil papah itu naksir kalian. Martha! jaga Ratih, jangan sampai kamu kecolongan.” Ucap Yudi dengan santai.“Jaga ucapan kamu Yudi! Aku bukan pria tak bermoral seperti kamu!” Emosi Erlangga makin tak terkendali.Plaakk, satu tamparan keras mendarat di pipi Yudi dan meninggalkan tanda merah. Dia memegang pipinya yang terasa perih.. Yudi menatap orang yang berani menamparnya dan tak percaya dengan penglihatannya sendiri.“Ratih! Berani sekali kamu menampar papah kandungmu! Ini yang mamah ajarkan kepadamu, untuk berani sama orangtua?!” Yudi terlihat marah melihat keberanian putri semata wayangnya.“Jangan pernah nyalahin mamah! Itu salah papah sendiri yang sudah menghina papah Erlangga! Dengar, papah Yudi! Papah Erlangga bukan orang seperti itu! Beliau orang yang sangat menyayangi Ratih dan Adel seperti anak kandungnya sendiri! Seluruh kasih sayang papah Erlangga tercurah k
Ucapan Bunga mengangetkan Erlangga dan kedua istrinya. Mereka tidak menyangka Bunga akan membela suaminya seperti itu.“Lepaskan tanganku!” Erlangga melepas lengannya dari kedua istrinya.“Yudistira! beraninya kau bermain-main denganku! aku sudah pernah memperingatkanmu untuk tidak mengganggu keluargaku lagi, tapi kau tak mengindahkannya! Itu artinya kamu siap menerima konsekuensinya! aku pastikan, satu kali dua puluh empat jam, hotel dan karaoke esek-esekmu akan hancur, dan kau akan merasakan dinginnya jeruji penjara!”Yudistira terdiam dan wajahnya memucat.. Ia mengusap wajahnya kasar. Yudistira tahu betul siapa Erlangga. Dia tidak pernah bermain-main dengan ucapannya. Bahkan hartanyapun tidak akan menang untuk melawan kekuatan Erlangga. Namun Yudi berusaha menyembunyikannya ketakutannya.“Aku tidak takut dengan ancamanmu Erlangga! Hotelku bersih! Aku juga mengeluarkan banyak uang untuk keamanan hotel! Jadi tidak ada yang bisa menangkapku!”“Bagaimana dengan perjudian dan rumah bord
“Aku ingat. Tapi rasanya tidak mungkin.”“Kenapa tidak mungkin?”“Kamu tahu sendiri, Bunga seperti apa sikapnya padaku.”Marta menyentuh lengan suaminya dengan lembut,”Aku akan bantu untuk bicara dengan Bunga. Mudah-mudahan berhasil ya.”Erlangga menganggukkan kepala. Tak berapa lama, Ia keluar dari kamar menuju ruang kerjanya sembari menelpon orang kepercayaannya untuk mengurus Yudi. Ia tidak pernah main-main dalam menjaga keluarganya.Aini mengetuk pintu lalu masuk ke dalam ruang kerja Erlangga. Ia mendapati suaminya sedang menangkupkan kedua tangannya di wajah. Aini mendekat dan memegang bahu suaminya. Ia merasa iba dengan suaminya karena penghinaan Yudi. Tapi Ia juga penasaran dengan ucapan Yudi tentang pertemuan mereka di klinik pasutri. Untuk apa suaminya datang kesana. Aini ingin segera mengetahui jawabannya sekarang.“Mas, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu.”Erlangga menyandarkan tubuhnya pada kursi kerjanya. Ia tahu apa yang akan ditanyakan oleh Aini. Ia merasa belum si
“Bunga? Ngapain kamu di situ, Sayang?” Erlangga melihat Bunga berada di dalam lemari pakaian tengah duduk sembari menangkupkan kedua tangannya di wajah. Ia lalu mensejajarkan dirinya dengan Bunga sembari melepas kedua tangan istrinya yang menutupi wajah.“Pak Er, mau ngapain ke sini?” Bunga cemas dan ketakutan.“Mau menuntaskan urusan kita yang belum selesai, kamu enggak usah pura-pura lupa, deh.” Erlangga menarik lengan Bunga hingga istrinya keluar dari persembunyiannya dan menutup pintu lemari.Bunga duduk di tepi ranjang dan membuang mukanya. “Beb, kamu gak lupa’kan?” Erlangga merengkuh bahu Bunga.“Iih lepasin,”Bunga menepis lengan suaminya, “Bunga ‘kan sudah bilang, jangan masuk ke kamar Bunga, bagaimana kalau sampai tante Aini tahu?”“Kamu tadi enggak ngomong seperti itu. Kalo kamu enggak mau aku kesini, kenapa juga kamu enggak mengunci pintu kamar?” Erlangga sekarang lebih berani dan pandai mengendalikan situasi.“Bunga lupa ngunci doang.” Bunga tak mau kalah, tapi kali ini Ia