Share

Bagaimana Malam Pertamanya?

Author: Isna Arini
last update Last Updated: 2023-08-01 09:59:07

Dengan kesal, Melody kembali ke kamar mereka. Kamar yang dihias indah untuk pengantin baru, sambil menggerutu gadis itu memilih untuk tidur di sofa yang ada di kamar tersebut.

"Tidak boleh menyentuh kecuali pihak pertama yang menginginkannya, ciih. Dia pikir dia itu siapa? Dasar bapak-bapak," gerutu Melody sembari menghempaskan tubuhnya di atas sofa dan menyelimuti tubuh hingga menutupi seluruh tubuhnya tidak terkecuali wajah.

Erlan meyebut dirinya pihak pertama dan Melody pihak ke dua di dalam kertas yang tadi gadis itu tanda tangani.

"Kalau tahu aku harus membayar biaya kuliah dengan menikahinya lebih baik aku mencari beasiswa di kampus lain. Ah, apa semua mahasiswa yang lolos seleksi penerima beasiswa itu akan memiliki nasib yang sama denganku." Melody masih bergumam di balik selimut, sebelum akhirnya matanya semakin berat dan terpejam.

Di tempat lain, lebih tepatnya di ruang kerja Erlan. Pria itu duduk bersandar pada sofa di ruang kerjanya dengan pandangan menerawang. Menatap langit-langit ruangan itu. Teringat pesan istrinya sebelum meninggal empat tahun lalu karena penyakit kanker yang sudah parah dan membuatnya harus kehilangan nyawanya.

"Gadis itu cerdas, hangat dan ceria. Senyumnya manis dan penuh percaya diri. Dia juga bukan berasal dari keluarga sembarangan. Meskipun bukan keluarga kaya tapi dari keluarga baik-baik, dan sangat peduli pada pendidikan. Saat gadis-gadis lain memilih kuliah dengan santai dan bersenang-senang dia fokus dengan studynya. Kamu tahu apa cita-citanya, dia ingin menjadi dosen muda yang mencerdaskan mahasiswanya," tutur Liliana, istri Erlan sambil memperlihatkan layar ponselnya yang menampilkan video wawancara untuk mendapatkan beasiswa di kampus milik keluarga Erlangga.

Kakek Erlangga dulu mengawali bisnisnya dengan mendirikan sebuah bank, lalu merambah ke industri makanan, kemudian saat usaha itu diwariskan pada ayahnya, sang ayah merambah ke dunia pendidikan dengan mendirikan sebuah universitas. Sejak berdiri hingga kini, Universitas tersebut menyediakan beasiswa untuk mahasiswa berprestasi. Siapapun bisa mencoba untuk mendapatkannya.

"Kenapa kamu peduli dengan gadis ini?" tanya Erlangga sambil memeluk istrinya.

Dia tidak ingin kehilangan moment-moment berharga dengan sang istri. Wanita yang sangat dicintainya itu mengidap kanker stadium empat. Segala upaya sudah dilakukan, namun Tuhan jugalah yang berkuasa atas segalanya. Dokter mengatakan jika usianya mungkin tak lagi lama.

"Aku mau dia menggantikanku setelah aku tiada. Dan setelah aku ikut mewawancarainya aku mencari tahu latar belakang keluarganya. Aku suka padanya sejak pertama kali melihatnya disesi wawancara itu," jawab Liliana tanpa mengalihkan pandangan dari tablet yang masih menampilkan sosok Melody.

"Jangan membual, tidak ada yang bisa menggantikan dirimu," geram Erlan.

"Kamu masih muda, Mas. Anak-anak butuh sosok ibu, Mama butuh teman untuk berbincang, gadis ini akan cocok untuk mengisi kekosongan yang ada di rumah ini jika aku tiada."

"Anak-anak sudah dewasa, mereka tidak butuh sosok ibu, Mama ada banyak pembantu yang akan bisa diajak berbicara, dan aku, tak butuh siapapun untuk mengurusku." Erlan menyela.

"Jika ingin mencari penggantimu, kenapa tidak kau cari wanita matang dan sama kayanya sepertiku, malah kau cari gadis kecil begitu."

"Sebagian ibu sambung, gadis itu akan menjadi sahabat bagi dua putrimu karena usianya tidak jauh berbeda. Lalu jika aku memilih wanita kaya, aku takut kalian akan bersaing dalam karir dan mengabaikan semua yang ada di rumah ini," sahut Liliana sambil tertawa.

Erlan memijat pelipisnya yang terasa nyeri. Mengenang kembali awal mula dia mengenal gadis bernama Melody yang baru saja dia nikahi.

Setelah kepergian istrinya menghadap Sang Pencipta, beberapa kali Erlan bertemu dengan Melody saat ada acara di kampus yang mengharuskan dia datang. Setiap kali berjumpa, tidak ada rasa apapun yang melintas di benaknya. Di hati pria itu hanya ada mendiang istrinya seorang.

Setelah beberapa hari gadis itu wisuda, orang tua Erlan malah membawanya ke rumah orang tua Melody tanpa mengatakan apapun yang ternyata itu bukan acara berkunjung biasa. Tapi melamar anak gadis mereka, tak mau mempermalukan orang tuanya, Erlan hanya bisa pasrah.

Ternyata mamanya juga mendapatkan pesan dari mendiang istrinya agar menikahkan mereka berdua setelah gadis itu selesai kuliah strata satu.

***

Dengan badan terasa pegal semua, Melody bangun dari tidur. Dia menatap ke ranjang yang kosong dan masih rapi seperti semalam, jadi pria yang sudah menjadi suaminya itu tidak tidur di kamar ini. Dia tidur di ruang kerjanya.

"Dia pikir dia itu siapa? Duda keren yang akan aku sosor kapan saja," geramnya sembari melipat selimut yang dia pakai semalam.

Melody lantas membereskan tempat tidur dari kelopak bunga mawar yang berserakan, setelah itu Melody membersihkan diri.

Selesai dengan semua kegiatannya di dalam kamar, gadis itu hendak keluar dari kamar saat pintu bercat putih itu terbuka.

"Mau ke mana?" tanya Erlan.

"Keluar kamar, aku tidak sedang dijadikan tawanan di kamar ini, kan," sahut Melody ketus.

"Kamu ingat peraturan ke dua?"

"Ingat! Harus terlihat baik-baik saja di depan mama," balas Melody.

"Tunggu aku, kita keluar bersama," cegah Erlan.

Melody memutar bola matanya. Malas berdebat, dia memilih untuk duduk kembali di sofa tempat dia tidur semalam. Menunggu pria itu mandi kemudian mengganti bajunya di walk in closet.

Keduanya berjalan beriringan menuju ke ruang makan, pembantu rumah tangga mereka sudah memanggil keduanya sejak tadi.

Sampai di ruang makan, hanya ada Mama Erlan yang merupakan mama mertua bagi Melody. Anak-anak Erlan dari istri pertamanya tidak ada di sana.

"Wah pengantin baru lama banget di dalam kamar," goda Santika, mama Erlan.

Melody hanya tersenyum simpul mendengar godaan mertuanya. Mereka cukup dekat saat Melody masih kuliah dulu. Penerima beasiswa berprestasi pernah diundang untuk bertemu dengan para petinggi dan orang penting di universitas itu. Tak terkecuali pemilik group tempat bernaungnya universitas tempat Melody kuliah. Dan Santika secara khusus sering meminta Melody datang padanya.

Sejak Liliana mengenalkan sosok Melody pada Santika, sejak saat itu juga wanita yang tidak lagi muda itu mengawasi sepak terjang Melody, pantas atau tidak gadis itu menjadi bagian dari keluarganya.

Mereka bertiga sudah duduk di kursi masing-masing, siap menikmati sarapan bersama.

"Gimana Melody," tanya Santika disela-sela suapannya.

"Bagaimana apanya, Ma?" tanya Melody tidak mengerti.

"Malam pertamanya."

Melody melirik pada suaminya bingung hendak mengatakan apa, tapi pria yang dilirik sepertinya tidak peduli. Malah asyik menyuap makanan ke mulutnya.

"Oh itu, coba tanya langsung pada Mas Erlan. Puber kedua seperti membuatnya panas dan menggelora!"

Erlan langsung tersedak mendengar pengakuan istrinya.

🍁 🍁 🍁

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nur rahmah
cerdas melody...... baru bab 2 udh pan*s
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA    Bab 41

    Jerat Cinta Istri Muda 41"Aldo siapkan peralatan flyboard dan juga satu orang profesional yang bisa melakukan hal tersebut. Bawa ke sini semuanya sekarang juga," perintah Erlan pada asisten pribadinya melalui panggilan telepon."Ini sudah malam, untuk apa Bapak memerlukan hal seperti itu?" tanya Aldo."Apakah aku harus memiliki alasan saat menyuruhmu melakukan sesuatu? Lagi pula ini baru jam sembilan malam.""Baik, Pak, akan segera saya siapkan," ucap Aldo.Sebagai seorang asisten pribadi, Aldo memang seringkali mengerjakan hal-hal pribadi yang diperintahkan oleh Erlan. Tak peduli pada waktu dan jam berapa meskipun itu bukan jam kantor. Semua kebutuhan Erlan Aldo harus siap siaga untuk menyediakannya bahkan jika dia harus bekerja dua puluh empat jam. Setelah memberi perintah kepada Aldo Erlan hanya menatap sekilas pada pintu kamar di mana Melody merajuk dan masuk ke sana. Sebenarnya dia ingin membujuk, tapi mengingat hari ini Erlan sudah banyak berbuat salah pada Melody, akhirnya pr

  • JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA    Bab 40

    Jerat Cinta Istri Muda 40Semburat warna jingga hampir terlihat di cakrawala, angin bertiup sepoi-sepoi, menerpa wajah Melody. Suasana memang romantis, tapi wanita itu sendirian menikmatinya. Erlan, suaminya yang tiba-tiba mengajaknya pergi ke pulau ini ternyata masih saja sibuk dengan urusan pekerjaannya. Melody tentu saja merasa aneh, Erlan yang kukuh ingin pergi bulan madu tapi setelah sampai tujuan malah sibuk bekerja. "Kamu lihat laut dulu sendirian ya, saya ada pekerjaan mendadak. Tidak kemana-mana, hanya ada meeting online sebentar," ucap Erlan pada Melody, saat waktu menunjukan jam tiga lewat lima puluh menit. "Meeting apa jam segini, bentar lagi orang pulang kerja," protes Melody tak percaya. "Makanya mau pulang jadi meeting dulu, Melody Sayang."Tak mau berdebat dengan suaminya, Melody akhirnya memilih untuk pergi melihat pantai sendirian. Sejak dia datang, Melody memang sangat antusias melihat tempat tersebut. Meskipun awalnya dia harus berdebat dengan Erlan karena tak

  • JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA    Bab 39

    JERAT CINTA ISTRI MUDA 39"Adik? Memangnya untuk apa?" Tanya Melody kebingungan. Untuk apa putrinya itu meminta adik di usianya yang sekarang. Dia memang tidak terlalu memikirkan untuk segera memiliki anak. Selain karena khawatir dengan kedua putri sambungnya yang mungkin saja tak akan terima dia juga masih ingin fokus kuliah. Entahlah, untuk saat ini dia tak begitu memikirkan tentang buah hati. Ditambah lagi dia juga menggunakan kontrasepsi. "Adik kok untuk apa sih, Melody," sahut Santika. "Memangnya kamu gak pengen punya anak dari Erlan, kamu gak mau melahirkan keturunan dari kami?""Bu-bukan begitu, Ma. Tapi ini terlalu tiba-tiba." "Tiba-tiba bagaimana, kan udah pernah hamil," cecar Santika. Melody menatap suaminya berharap sang suami membantunya untuk berbicara. Hanya Erlan yang tahu kalau dia memasang alat kontrasepsi saat ini, dan juga dia bingung hendak beralasan apa pada mertuanya."Kamu sudah siap punya adik lagi? Gak malu udah gede masih punya adik bayi?" Tanya Erlan pa

  • JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA    Bab 38

    JERAT CINTA ISTRI MUDA 38"Pa, aku mau pindah kuliah ke luar kota," kata Fayanna , saat mereka tengah asyik makan malam bersama. Erlan dan Melody berpandangan, Erlan memang sudah dengan sengaja memerintahkan Haidar ke luar kota. Bekerja di perusahaan cabang, sebenarnya Erlan hanya akan melakukan itu selama beberapa bulan saja. Penasaran dengan apa yang dikatakan Melody, apa iya putrinya benar-benar akan meminta ijin untuk kuliah di luar kota juga seperti perkataan Melody malam itu. "Ngapain sih, Kak, keluar kota segala. Kampus milik keluarga kita juga udah paling bagus di kota ini. Susah-susah amat, aku sendiri di rumah ini kalau gak ada Kakak," protes Kaire."Ada Mama," balas Fayanna. "Mama?" Kaire mengulang perkataan kakaknya. "Kak Melody," terang Fayanna . Pandangan gadis itu beralih dari adiknya ke ibu tirinya. "Iya, ngapain harus ke luar kota. Memangnya apa yang salah dengan kampus di kota ini. Lagi pula kamu masih anak-anak jangan jauh-jauh dari rumah. Udah di sini aja ken

  • JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA    Bab 37

    JERAT CINTA ISTRI MUDA 37Suasana sejuk dan nyaman sangat terasa, juga pemandangan indahnya kota yang dihiasi oleh lampu-lampu yang berkelap-kelip terlihat sangat jelas dari tempat duduk Erlan berada sekarang. Pria itu sedang makan malam di restoran yang berada di sebuah atap gedung dengan puluhan lantai. Di depannya, duduk wanita cantik yang sejak tadi tersenyum manis padanya, Ariana."Dalam rangka apa Mas Erlan mengajakku makan malam seperti ini?" Tanya Ariana. "Banyak hal yang ingin aku bicarakan," balas Erlan. Ariana kembali tersenyum manis, hatinya seakan dipenuhi bunga-bunga. Dia merasa akan mendapatkan hati pria yang selama ini dikaguminya. Tidak sia-sia dia sudah melakukan segala cara untuk mendapatkannya."Aku banyak waktu itu itu," timpal Ariana dengan senyuman mengembang.Erlan menghirup nafas dalam-dalam sebelum memulai percakapannya."Ariana, sebagai keluarga, sebagai teman, aku meminta baik-baik padamu kali ini. Jangan menganggu keluargaku, terutama istriku. Seperti h

  • JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA    Bab 36

    Erlan mendapatkan kabar dari orang suruhannya, mobil yang membawa Melody terakhir kali tertangkap kamera pengawas di dekat sebuah hotel. "Melody ada di hotel?" tanya Erlan. "Saya tidak yakin, Pak.""Kalau tidak yakin kenapa menghubungi, cari sampai ketemu mobil dan yang mengemudi. Lalu tanyakan di mana istriku berada," bentak Erlan penuh emosi. Bagaimana bisa dia hanya mendapatkan informasi hanya sepotong saja, meskipun memang sejak tadi dia yang terus mencecar sang pencari informasi. Erlan bergegas mengendarai mobil menuju hotel yang dimaksud oleh orang suruhannya, bisa jadi memang Melody ada di sana entah untuk apa. Tapi selama ini dia sudah berjanji pada istrinya akan percaya padanya sepenuhnya. Dan kali inipun dia tidak akan membuat keputusan yang akan merugikannya. Apapun yang dia temui nanti, Erlan akan mengedepankan percaya pada Melody.Ponsel Erlan berdering saat pria itu sedang berkendara, lelaki itu segara menerima panggilan menggunakan earphone yang terpasang di telinga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status