ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 9"Kayanya Mas Riski nggak sendirian deh di sana, ada orang lain juga di sampingnya," ujarku sambil memperjelas penglihatanku."Apa kita samperin aja, kalau nggak kita ngintip?" ajaknya bersemangat.Kami lalu berjalan pelan-pelan ke arah tempat Mas Riski, sepertinya ia memang tak sendirian. Ada seseorang lagi di sampingnya, dan suaranya seperti suara wanita.Krek!Tak sengaja Dinda menginjak ranting yang berserakan di tanah, menimbulkan suara sehingga Mas Riski menoleh ke belakang. Untung saja dengan cepat aku menariknya bersembunyi di kandang kambing milik Pak Budi."Hampir aja ketahuan lho kita, nggak hati-hati kamu!" bisikku seraya mencubit pelan lengannya."Yo maaf toh, ora sengaja aku, Tha."Tidak dapat terdengar dengan jelas pembicaraan Mas Riski dengan wanita itu, aku pun tidak tahu dengan wanita mana ia berbicara. Apakah itu Mbak Sekar? Tapi untuk apa hujan-hujan begini mereka malah keluar rumah, dengan kondisi Mas Riski yang depresi.Bukankah se
ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 10"Mas, kenapa ngeliatin Thasya kaya gitu?" selidik Dinda menatap lekat Mas Riski.Mas Riski yang ditanya seperti itu langsung salah tingkah, ia menggaruk kepalanya yang kurasa itu tak gatal. Berkali-kali matanya melirik ke sana dan kemari seakan menghindar dari tatapanku dan juga Dinda."Nggak papa. Mas cuma takut Thasya badannya luka aja karena jatuh tadi," ujarnya gugup."Lho, kenapa Thasya aja yang dikhawatirin? Kan kami jatuhnya berdua, lagian kami nggak apa-apa kok. Nggak ada yang luka juga, ya udah sana Mas Riski pulang. Kasian Denia ditinggalin," ketus Dinda."Iya," jawabnya singkat.Mas Riski pergi setelah diketusi oleh Dinda, lagi-lagi ia menatapku dengan tatapan yang tidak kumengerti dan tersenyum lalu meneteskan air mata, namun segera ia menghapusnya.Kulangkah kan kakiku menuju ke rumah Dea tanpa mau melihat lagi ke arah Mas Riski."Assalamu'alaikum," salam kami saat sampai di teras rumah Dea."Waalaikumsalam. Lho, kalian pagi-pagi banget u
ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 11Suami istri itu terus saja bertengkar, Mbak Sri membanting baskom-baskom miliknya lalu memukul Mas Supro dengan kemonceng."Sakit toh, Sri! Kebangetan kamu!" Mas Supro masuk dan membanting pintu rumahnya. Sementara Mbak Sri terduduk lemas di lantai dan terisak sambil mendekap anaknya.Dea dan Dinda memandang iba pada Mbak Sri, suaminya yang membuat ulah malah dirinya yang diteror Mbak Asih."Kasian lho Mbak Sri, pasti dia ketakutan banget. Wong kita aja yang diteror kalang kabut, apalagi Mbak Sri yang punya anak kecil," gerutu Dinda."Lah, iya, suaminya ora waras! Gendeng!" sahut Dea geram.Seakan tahu kalau dirinya diperhatikan Mbak Sri menoleh ke arah kami, lalu kemudian ja juga masuk ke dalam rumahnya.Ah, pagi ini banyak sekali kejadian yang membuat otakku menjadi pusing. Ingin rasanya mencari tahu dalang dibalik fitnahan Mbak Asih, supaya arwah Mbak Asih bisa pergi dengan tenang."Din, De. Apa kita minta bantuan sama Melly dan Intan aja ya? Kan
ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 12💞💞💞POV Author"Maaf nih, Bu, Pak. Kami nggak bisa lama-lama mainnya. Soalnya abis ini mau ketemu sama teman," ujar Dinda pada semuanya. Dinda merasa suasana sudah tak kondusif lagi maka ia mencari alasan untuk segera pulang."Owalah, ya sudah kalau begitu. Padahal Denia masih mau main kayanya, anteng dia digendong sama Thasya," jawab Pak Yahya."Ayo kita pulang!" ajak Dinda pada teman-temannya.Sedangkan rawut wajah Riski terlihat kecewa dengan ajakan Dinda mengajak Thasya untuk pulang."Ya udah kalau gitu, kami pamit pulang ya. Assalamualaikum." Dinda--Dea--Thasya mencium tangan orang tua Mbak Asih dan berpamitan pada Sekar serta Riski.Saat berpamitan pada Sekar ia hanya menujukkan wajah datarnya saja, tak ada senyuman menghiasi kepergian mereka.Dinda buru-buru menarik tangan Thasya dan juga Dea untuk menuju ke motornya.***"Keluar nggak bilang-bilang dulu sama orang tua, bikin panik aja!" omel Ibu dan Ayah berbarengan saat Thasya memarkirkan
ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 13"Mbak A--Asih." Mereka begitu gemetar menyebutkan nama Mbak Asih yang kini tepat berada di hadapannya.Tubuh Dea merosot ke tanah, ia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. Sementara Dinda dan Thasya diam di tempat, tubuhnya tak bisa digerakkan. Hanya lelehan air matanya saja yang keluar dari matanya."Thasya!" teriak seorang wanita.Perlahan sosok Mbak Asih menghilang dari hadapan mereka. Tubuh Thasya limbung, ia juga terjatuh ke tanah."Lu nggak apa-apa?" Ternyata yang memanggil dirinya adalah Melly, Melly datang bersama dengan Intan. Melly langsung memeluk Thasya dan mencoba menenangkannya. Sementara Intan mengambil sebotol air minum dari dalam tas gembloknya."Ini minum dulu." Intan menyodorkan sebotol air pada Thasya.Thasya meminumnya setelah itu ia berikan air minum itu pada teman-temannya. Melly dan Intan membantu Thasya dan Dea untuk berdiri."Kok kamu tau aku ada di sini?" Thasya heran dengan Melly dan Intan yang tahu keberadaannya
ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 14"Hati-hati, Mel, jangan ngebut." Intan meneriaki Melly."Iya, tenang aja!" sahut Melly berteriak juga.Buluk kuduknya meremang saat melewati sosok Mbak Asih yang melayang di udara."Astaghfirullah." Melly menepuk dadanya pelan dan berhenti mendadak di dekat kebun singkong.Begitupun dengan Intan yang ikut memberhentikan laju motornya. Ia paham apa yang dilakukan Melly, karena sekarang Intan pun peka dan sensitif dengan ghaib. Perlahan batinnya terbuka dengan sendiri."Pasti kamu abis melihat Mbak Asih di sekitar sini, ya?" bisik Thasya pada Melly.Mau tak mau Melly pun menganggukan kepalanya dan membenarkan pertanyaan Thasya. Thasya langsung merapat, memeluk tubuh Melly."Tenang. Bantu doa aja, sekarang gue mau fokus lagi bawa motor," ujarnya dengan membuang napas kasar."Bismillah ya Allah ... lindungi kami semua." Doa Thasya memejamkan matanya.Melly dan Intan kembali melajukan motornya, Dea tertidur diboncengan Intan. Dea berada di tengah antara In
ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 15Intan yang melihat Melly gemetar segera membuat teh manis hangat untuknya. Ia juga sangat terkejut dengan apa yang diucapkan Melly.Siapa orang yang tega mengambil jasad Mbak Asih dan nemfitnah Mbak Asih."Nih, Mel, minum dulu biar tenang. Eh, gue lupa cuma bikin satu doang, Tha, hehe. Maaf, ya, lu kalau mau bikin sendiri aja. Lagian ini kan rumah lu," celetoh Intan."Iya, santai aja. Aku kalau mau nanti bikin sendiri kok. Ya udah mending sekarang kita masuk ke kamar, nanti anak-anak nyariin dan curiga terus malah jadi heboh malam-malam gini," ujar Thasya.Sebelum masuk ke kamar mereka bertiga mengatur napasnya dulu agar Dinda dan Dea tak curiga dan panik."Jangan diceritain dulu ya, Tha. Takutnya nanti malah mereka pada ketakutan," jelas Melly."Siap," sahut Thasya dan bergegas ke kamarnya.Baru saja mau masuk ke dalam kamar, diluar rumah terdengar suara teriakan orang yang tengah ketakutan.Belum lagi suara pentungan pos ronda yang sangat nyaring un
ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 16Melly mengambil alih menggendong Denia dalam gendongan Intan. Suara lolongan anjing terdengar memekakkan telinga."Ayo pergi. Ada hal yang nggak beres akan terjadi lagi!" titah Melly.Intan dan Thasya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Mereka gegas berjalan meninggalkan daerah hutan.Setiap mereka berjalan seakan dipantau oleh seseorang dari tempat lain.Mata Melly dan Thasya terus mengawasi sekitar, takut jika ada serangan dari makhluk jahat itu lagi."Nggak habis pikir gue sama yang bawa Denia ke dekat hutan! Nggak ada otaknya!" maki Intan sambil terus mempercepat jalannya."Sampai gue tau siapa orangnya, gue patah*n tulangnya!" ocehnya lagi."Udah nggak usah ngedumel, ngedumelnya nanti kalau udah ketahuan siapa orangnya!" tegas Melly.Mereka bertiga semakin mempercepat langkah kakinya menuju ke desa.Dalam gendongan Melly--Denia tertidur dengan tenang.Selama berjalan mereka terus melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an.Tung! Tung!Bunyi pukulan