Share

PRIA BERTAMPANG KHAS TIMUR TENGAH

last update Last Updated: 2022-03-07 08:11:21

“Kurang ajar kamu, Gito! Dinda akan jadi milikku. Dia hanya menyukai permainanku.”

Amarah si tinggi empat meter ini seketika berubah jadi empasan angin kencang menerpa tubuh Gito. Pria ini seketika jatuh terjengkang di lantai.

“Mas, ada apa?”

“Entah, Sayang. Tiba-tiba ada angin kenceng. Kamu terasa?”

Dinda menggeleng sambil mengulurkan tangan membantu suaminya berdiri. Setelah berhasil berdiri, Gito memindai sekeliling dan tak ada apa pun yang berdampak angin barusan selain dirinya. Tampak Dinda berdiri tak tersentuh oleh angin. Dinda merogoh anak kunci dari tas lalu mulai membuka pintu. Saat di dalam, wanita semlohai ini mengunci kembali.

Gito yang sudah tak tahan menahan hasrat seketika membopong tubuh istrinya masuk kamar. Dinda dengan erat memegang tubuh Gito. Sang suami semakin memuncak hasratnya.

Bibir mereka bersentuhan saat wajah mereka merapat. Gito terbawa rasa, mengecup bibir ranum Dinda, sang istri membalasnya mengecap-ngecap bibir Gito. Gairah Gito makin membara, apalagi saat menggeliat baju terusan Dinda bagian dada yang berbelahan rendah, tak sengaja terbuka.

Dada Dinda yang menyembul sebagian bergesekan dengan dada Gito, makin membuat sang suami bernafsu. Tangan Gito meremasnya, Dinda mendesah lirih, makin memberi rangsangan libido sang suami. Tangan Gito mulai mencari-cari bagian sensitif tubuh istrinya.

Gito yang sudah terbawa nafsu, menyingkap gaun bagian bawah Dinda, menarik turun celana dalam, hingga terlihat bagian sensitif sang istri.

Tak sabar Gito membuka semua pakaian dan menelungkup di atas tubuh indah yang terbaring di ranjang. Gito mendekatkan bibirnya dan Dinda membalas melumat.

“Sayang,” suara Gito parau.

“Iya, Mas.” Suara desahan istrinya semakin membuat Gito bergairah. Ia ingin segera menuntaskan segala hasrat.

Napsu mereka naik ke ubun-ubun. Gito pun kembali melumat bibir merah Dinda, perlahan menyusuri leher lalu ke daerah dada yang sedikit terbuka, mengecup, menghisap, meninggalkan jejak merah di sana.

Syahwat sudah tak terkendali, Gito dan Dinda sama-sama bergairah dan siap melakukan petualangan liar.

Dinda menjerit lirih dan ...,”ah, Mas?! Ada apa ini?”

Gito merasa bersalah,” gak tau, Sayang. Ada apa, ya?”

“Hahahaha ... syukuri!” Suara ejekan ini terdengar samar-samar oleh Gito, tapi jelas di telinga Dinda.

Dinda yang kecewa segera mencari daster lalu keluar kamar langsung masuk toilet. Sedangkan Gito segera memakai celananya kembali lalu menyusul sang istri.

“Sayang! Nanti dicoba lagi. Mungkin Mas capek, habis begadang semalam. Maaf, ya.”

‘Tok tok tok!’

Dinda yang sedang berguyur air tak mengindahkan ketukan pintu.

“Bodoooo!”

Hanya terdengar suara guyuran air. Gito segera pergi ke kamar mencari ponsel. Ia menghubungi seseorang. Dari dalam toilet, tiba-tiba ada suara desahan dan jerit tertahan Dinda. Gito tak mendengarnya karena dirinya sedang sibuk menelepon seseorang.

“Ada jamunya sekarang? Saya ambil. Terima kasih.”

Pria ini kemudian mengakhiri pembicaraan telepon. Ia bersiap-siap menghampiri sang istri kembali. Tepat, saat Dinda keluar dari kamar mandi dengan senyum tersungging di bibir.

“Sayang, ikut Mas, yuk. Ambil jamu.”

“Jamu apa, Mas?”

“Entar kamu juga akan tahu. Udah selesai ngambeknya?”

“Ah, Mas. Kesel banget tau’.

Gito pun merangkul sang istri dengan rasa sayang. Dinda adalah cinta pertamanya, begitu pula dengan Dinda. Cinta pertama mereka bawa sampai ke pelaminan.

Sementara di sudut ruangan, ada senyum kemenangan dari sosok berwajah tampan khas Timur Tengah bertinggi empat meter.

“Untuk kesekian kali kamu kalah, Gito.”

Angin dingin beraroma kasturi berembus menerpa wajah Gito lalu lenyap.

“Kamu dengar yang barusan, Sayang? Kayak suara radio. Kok sebut nama Mas? Dan angin barusan, sama kayak kita di warung soto.”

“Aku gak dengar, tuh, Mas.”

“Bisa jadi tetangga menghidupkan tivi terlalu kenceng. Ayo, siap-siap sana!”

Dinda segera melangkah masuk kamar. Gito mengambil duduk di ruang tengah sambil menunggu Dinda berhias. Hati Gito sedang bahagia karena di saat dibutuhkan, ada penjual jamu yang mempunyai stok pasak bumi.

Teman-temannya telah merekomendasikan jamu tersebut dari awal pernikahan. Hanya saat itu, Gito merasa belum memerlukannya karena stamina tubuh masih terjaga. Entah mengapa, kali ini alat tempurnya sudah keok saat bertanding.

Hal yang di luar dugaan, mengingat dirinya dalam keadaan fit dan tak sedang sakit yang bisa mengakibatkan loyo. Kejadian barusan, benar-benar membuat otak Gito berpikir keras. Ia tak mau berpikiran negatif dan masih berusaha mencari jalan keluar dari masalah hari ini.

“Ayo, Mas! Entar sekalian belanja. Aku mau masak pecel lele kesukaan Mas.”

“Alhamdulillah. Terima kasih, Sayang! Mas tadi khawatir kamu masih marah dengan Mas.”

“Gak papa, Mas. Dinda maklum. Pasti karena kecapekan.”

“Iya, Sayang. Makasih atas pengertiannya.”

Gito mengecup kening istrinya dengan lembut. Mereka berjalan keluar rumah. Dinda lalu mengunci pintu. Wanita ini tampak berseri-seri. Senyum manis tersungging sejak keluar dari toilet. Gito merasa senang, istrinya hanya marah padanya sesaat saja. Tak seperti biasanya, bisa ngambek berhati-hati. Istriku makin pengertian, pikir Gito.

Mereka kini telah berboncengan menuju warung jamu yang berada di pasar. Dinda merasa bersalah telah berkhianat dengan suaminya. Dalam toilet barusan sosok misterius tersebut telah berani menampakkan diri. Seorang pria berparas tampan khas Timur Tengah lebih tinggi dari Gito.

Suaranya lembut di telinga, persis yang ia dengar sebelumnya. Aroma khas kasturi di sekujur tubuhnya membuat gairah Dinda tersulut. Bulu-bulu tangan dan di dada pria tampan ini, membuat Dinda mabuk kepayang hingga tak bisa berpikir nalar.

Dalam toilet pula, sang pria mengakui telah menggauli Dinda sebelumnya. Bukannya marah, wanita ini justru bahagia. Jerat mantra sihir sosok jin telah berhasil menjerat Dinda.

Kini pria yang sama telah kembali ke semula, bertinggi menjulang setinggi rumah kosong. Ia mengamati pasutri yang sedang berboncengan di depannya. Tanpa menampakkan diri pada Dinda. Ia tak mau terlihat aneh di mata kekasih hatinya. Ia harus terlihat sempurna sebagai manusia di mata Dinda.

Sang wanita yang telah terjerat cinta makhluk kasat mata telah tenggelam dalam hasrat sesat. Kini, di pelupuk mata dan pendengarannya, hanya sosok tampan rupawan dengan suara parau menggoda.

Sosok perkasa yang berhasil mengikat mata batin dan menjerumuskan dalam desahan liar yang menyesatkan. Hati Dinda telah terbagi antara cinta Gito yang tulus dan nafsu liar bersama sosok khas Timur Tengah.

Wanita ini bimbang dan tak ingin memilih. Ia inginkan keduanya karena bisa saling melengkapi hidupnya. Semua yang ambisinya ada di kedua sosok beda dunia ini. Tak ada pemikiran segara logika lagi baginya.

Aku menginginkan kamu untuk temani malam yang sepi, batin Dinda. Hal ini didengar jelas oleh sosok beraroma kasturi.

“Kau tak perlu memilih. Aku bahagia bisa memilikinya,” ucap sosok Timur Tengah di telinga wanita ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    SEMUA BERAWAL DAN BERAKHIR

    “Apaan ini? Panas sekali. Kurang ajar! Kamu mau mengusirku?” tanya Mustafa dengan amarah. Jin tersebut merasakan sekujur tubuh bagai dibakar api dan tak terima. Kemudian sebelum pergi karena rasa panas bara api semakin tak tertahan melayangkan pukulan ke arah Gito.“Aduh ... apa ini? Kepala Mas kayak ada yang mukul,” ucap Gito sambil mengelus bagian di atas telinga yang terasa linu dan perih.“Aneh! Sini aku liat!” Dinda segera mendekat lalu mengamati bagian kepala Gito. Dengan jemarinya wanita muda ini menyibak helaian rambut pelan-pelan.“Aduh, jangan pegang itu!” seru Gito saat Dinda meraba bagian atas telinga bagian kanan, tampak ada luka dan benjol.“Aku ambilin obat tawon dulu, Mas,”ucap Dinda langsung bangkit lalu mengambil obat tersebut di kotak obat.Dinda segera mengobati benjolan dan luka di kepala sang suami. Mereka tak menyadari bahwa hal-hal ganjil yang selalu terjadi adalah hasil perbuatan Mustafa. Tentu saja tak mengurangi romantisme di antara keduanya. Sementara itu,

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    MUSTAFA BIKIN STRATEGI

    “Liat aja! Kalo kamu sepelekan ucapanku. Menantumu itu bukan wanita biasa. Perlu dibikinkan ritual khusus. Biar suaminya gak mati. Kamu paham?”“Sampe segitunya, Mbok. Kok mengerikan,” ucap Bu Teti dengan kedua mata tak berkedip.“Maka dari itu, Tuan Mustafa ingin menjaganya.”“Aku benar-benar gak nyangka, Mbok. Secepatnya, aku ajak Dinda ke sini. Terus sekarang gimana?” tanya Bu Teti sembari melongok keluar melihat arah rumah.Tampak pintu rumah dan jendela sudah terbuka. Hati Bu Teti lega, rupanya Gito dan Dinda dalam keadaan baik-baik saja.“Udah diatasi Tuan. Buruan pulang! Bisa diambil menantumu oleh Tuan Mustafa,” ucap Mbok Wo sembari tertawa terkekeh-kekeh.Wanita tua ini baru saja mendapat bisikan dari Mustafa, cara membangunkan pasangan pengantin tersebut. Bu Teti memandang heran ke arah wanita renta di hadapannya yang terus menerus tertawa. Padahal tak ada pembicaran lucu di antara mereka.Sesaat sebelum Mustafa datang berbisik kepada Mbok Wo. Jin tersenyum baru mendapat seb

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    DINDA BUKAN WANITA BIASA

    Suasana berubah mencekam. Angin berembus kencang membawa butiran salju. Pengantin baru ini segera beranjak meninggalkan tempat. Motor dipacu Gito dengan kencang untuk menghindari hujan angin yang seakan-akan mengejar mereka.Dinda menggigil ketakutan, langsung mendekap erat suaminya. Segala doa terlantun dari bibir mereka. Gito merasa keadaan yang tiba-tiba berubah bukan sesuatu yang normal. Apalagi dia dan juga Dinda merasakan bulu kuduk berdiri sejak awal kejadian.“Alhamdulillah, moga gak sampe sini. Aneh gitu, ya. Hujan angin tiba-tiba,” ucap Dinda setelah mereka hampir sampai rumah, tinggal beberapa meter lagi.“Iya, Dek. Baca doa aja.”Dinda memeluk pinggang Gito semakin kencang. Beberapa menit kemudian, mereka pun telah sampai rumah. Acara kenduri telah dimulai dengan Pak Kiai sebagai pemimpin doa. Gito menaruh motor di luar gerbang karena halaman sudah dipenuhi kendaraan para undangan.Pengantin baru ini lalu melangkah ke arah samping. Mereka masuk rumah lewat pintu belakang“

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    RASA CEMBURU MERUSAK

    “Enggak. Cuma mau bilang, nanti sore ajak menantumu ke rumah,” jawab Mbok Wo sembari melihat keluar lewat kaca jendela yang dibuka tirainya oleh Bu Teti.“Wah, gimana, ya. Nanti sore sampe malam ada acara syukuran di sini, Mbok,” ucap Bu Teti kebingungan.“Terserah kamu. Mau menantumu sembuh, gak?” tanya Mbok Wo sambil memandang sinis ke arah Bu Teti.Wanita separuh umur ini jadi bingung karenanya. Suatu situasi yang sulit, dia dan Dinda harus ada di saat acara karena pihak yang punya hajat, alasan apa yang akan dipakai pada Gito?“Kalo besok saja gimana, Mbok? Sekalian belanja ke pasar,” ucap Bu Teti dengan takut-takut.Dia khawatir wanita renta di hadapannya murka karena telah dibantah perkataannya. Mbok Wo berpikir sejenak, mengerti dengan situasi yang harus dihadapi Bu Teti. Apalagi mereka hidup bertetangga, kalau pun kedua wanita jadi ke rumahnya di saat hajat, biar dicurigai warga, terutama anak Bu Teti.“Yodah, Kamu ambil baju mantumu, biar aku kasih Tuan Mustafa. Baru besok ka

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    PERMINTAAN ANEH

    Dinda yang sedang mempersiapkan makanan untuk Gito, ikut merenung, menyangkutpautkan hal yang terjadi dengannya. Dia merasa ada ‘sesuatu’ antara mandi ramuan yang disuruh padanya dengan pemilik kontrakan. Semua bersumber dengan orang yang sama, yaitu Mbok Wo.“Mbok Wo masih bersodara dengan pemilik rumah?” tanya Gito sambil melihat ke arah ibunya dan ditanggapi gelengan kepala oleh Bu Teti.“Kok bisa tau, kalo rumah itu akan dikontrakkan?” tanya Gito yang belum puas dengan tanggapan sang ibu.“Mungkin nih. Mbok Wo tau kalo rumah itu udah lama gak dihuni. Sejak pemiliknya punya rumah sekaligus toko di pinggir jalan,” jawab Bu Teti dengan santai.“Aku yang malu, Bu. Rumah gak disewakan dan tiba-tiba aku datang tanya soal harga. Kata Ibu, ditunggu pemilik di rumah kontrakan. Kok bisa?” ucap Gito dengan menggelengkan kepala.“Terus gimana, Mas? Gak jadi dapat kontrakan dong,” sahut Dinda sambil meletakkan piring di hadapan sang suami.Gito yang mendapat pertanyaan dari Dinda, hanya tersen

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    BERSUMBER YANG SAMA

    “Semoga keinginan Tuan segera tercapai,” ucap Bu Teti sambil menghampiri Mbok Wo yang sedang duduk di kursi ruang tengah.“Pantas aja, Tuan Mustafa percaya padamu,” balas Mbok Wok tersenyum memperlihatkan deretan gigi-gigi bernoda getah kinang.Bu Teti tersenyum lebar mendapat pujian dari Mbok Wo. Kedua wanita ini berbicara akrab dengan diselingi tawa sambil menunggu Dinda keluar dari kamar mandi. Tak berapa lama, wanita muda yang ditunggu telah keluar dengan tubuh lebih segar. Mbok Wo terkekeh-kekeh menghidu bau khas yang menguar dari tubuh Dinda.Dari bau ini, Tuan Mustafa bisa gampang mengenalinya, batin wanita tua dengan bibir dan deretan gigi dipenuhi noda merah kinang. Mbok Wo mencari-cari paidon [tempat ludah] yang terbuat dari kuningan. Namun, tak dijumpainya. Bu Teti yang memperhatikan perilaku wanita tua ini segera bertanya,”Mencari apa Mbok?”“Paidonku,”jawab Mbok Wok masih sibuk memadai seisi ruangan lalu bangkit perlahan dengan bantuan tongkat ke arah ruang tamu.“Saya g

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status