Share

ADA YANG MULAI CEMBURU

last update Last Updated: 2022-03-07 07:57:01

“Aku di sini, Sayang. Selalu bersamamu.” Sebuah bisikan lirih terdengar di telinga kanan Dinda.

Wanita ini tak ingin mencari lagi karena sudah tahu sosok beraroma kasturi itu ada di dekatnya. Dinda justru merasa nyaman dengan keberadaan sosok yang belum ia ketahui wujud nyatanya itu.

Dinda tersenyum mengingat sensasi yang ia rasakan di toilet warung yang membuat orgasme dan sakitnya seketika hilang. Sosok tinggi tak kasat mata kembali memberi kecupan di pipi kiri Dinda dan sang wanita jaditersipu malu. Siapa pun kamu, terima kasih, bisiknya lirik.

Setelah Dinda ucapkan itu, seketika aroma kasturi menguarsemakin kuat dan Gito menciumnya.

“Bau apa ini? Kasturi?” tanya pria berbadan tegap inisembari melihat sang istri dari kaca spion.

“Iya, aroma kasturi Mas. Dari mana, ya?”

“Baca bismillah, Sayang. Semoga tak ada apa-apa,” ucap Gito sembari merapatkan pelukan sang istri dengan sebelah tangan.

Motor terus melaju ke arah sebuah klinik BKIA. Beberapamenit berkendara, mereka telah sampai di klinik tersebut dan kebetulan harimasih pagi, jadi suasana masih lengang. Setelah Gito memarkir motor, mereka punberjalan menuju tempat pendaftaran pasien.

Dinda mendaftarkan diri, sedangkan Gito menunggu di bangkuantrean. Setelah mendaftarkan diri, Dinda pun menyusul sang suami duduk.

“Moga dokternya segera datang, Mas.”

“Aamiin. Emang belum ada dokternya? Udah jam praktek ini.”

“Kata petugas daftar tadi, dokter dalam perjalanan ke sini.Harusnya udah datang.”

Mereka menunggu sudah hampir 2 jam dan pasien semakin menumpuk, tapi dokter belum juga tiba. Sampai akhirnya, seorang petugas memberitahu jika hanya melayani cek laboratorium saja. Untuk konsultasi, pasien dipersilakan datang besok untuk bertemu dengan dokter.

“Mau periksa ke tempat lain?”

“Mau. Periksa ke dokter kandungan di apotek aja, Mas.”

“Yaudah. Ayo.”

Mereka bangkit lalu berjalan beriringan ke tempat parkir. Saatmereka sampai motor dan hendak berboncengan, tampak mobil Pak Dokter memasuki areal parkir.

Begitu mobil terparkir, Pak Dokter keluar dengan wajah linglung. Beberapa perawat segera menyambut kedatangan pria berjas putih tersebut.

“Selamat siang, Dokter!”

“Selamat siang juga, maaf. Hari ini saya belum bisa praktek.”

“Saya sudah memberitahu para pasien. Kami maklum, Dokter.”

Para tenaga medis itu pun masuk mengikuti Pak Dokter yang tampak tak sehat. Kebetulan ada satpam yang baru saja keluar dari lobby melewati tempat parkir.

“Pak, maaf. Barusan Pak Dokter datang. Gak praktek?”

“Betul, Bu. Gak praktek dulu karena Pak Dokter sedang takbisa fokus.”

“Pak Dokter sakit?”

“Enggak! Barusan tersesat di hutan. Di penglihatan beliau tampak jalan ke klinik ini.”

“Oh gitu. Makasih, Pak!”

“Sama-sama, Bu. Permisi Pak, Bu.”

Satpam ini pun melangkah ke pos depan. Dinda segera naik keboncengan motor lalu memeluk erat pinggang Gito

“Udah gak kepo lagi? Jadi ke apotek?”

“Jadi Mas. Aku gak mau sakit.”

“Ayo, Sayang.”

Mereka pun berlalu dari tempat parkir menuju jalan raya.Apotek tempat praktek dokter spesialis kandungan terletak tak jauh dari klinik. Hanya memerlukan waktu lima belas menit untuk sampai ke sana. Namun, perjalanan kedua insan telah menempuh tiga puluh menit dan baru tersadar setelah motor. berada jauh dari lokasi yang dituju.

“Sayang, perasaan dari tadi Mas gak liat apotek, ya.”

“Iya, Mas. Ini udah terlewat.”

Gito lalu putar arah kembali ke jalan menuju apotek. Sampai akhirnya, mereka sampai di depan BKIA.

“Benar, kan? Apoteknya gak ada.”

“Aneh, Mas. Kita gimana ini?”

 Dinda mulai panik dan ia tahu ada kekuatan lain yang berada di balik kejadian ini. Ia merasakan sensasi aroma kasturi mulai membelai indera penciumannya.

Ini pasti ulah kamu, kan? tanya Dinda dari dalam hati.

“Jangan lakukan itu, Sayang! Kamu bisa dapat kesulitan,” bisikan lembut menerpa telinga Dinda dan aroma kasturi menempel lekat di sekitar tubuh wanita ini.

“Audzubillah Himinas Syaiton Nirojim!” Terdengar suara Gito yang lantang saat mencium aroma kasturi kembali.

“Sayang, aku pergi dulu.” Bisikan lirih terdengar di telinga Dinda dan kali ini rasa dingin menyentuh bibirnya lembut. Dinda menikmatinya, walau sesaat kemudian menghilang bersama aroma kasturi.

Ah, kecupannya pun membuatku bergairah, batin Dinda sambil tersenyum manis.

“Sayang, masih mau mencari apotek lagi?” tanya Gito sambil menatap sang istri dari kaca spion.

“Kita pulang aja, Mas. Aku kangen,” ucap Dinda sembari mendesah di telinga Gito.

Tentu saja, Gito tak akan membuang waktu lagi karena memang gairahnya telah terpacu dari rumah.

“Ayo kalo gitu,”ucap Gito sembari menoleh lalu mengecup bibir istrinya mesra.

Rasa kecupan yang hangat tak membuat gairah Dinda ikut memuncak. Lain dibanding kecupan dingin beraroma kasturi. Yang dingin membuat gairah. Pikiran nakal Dinda kembali ke pergumulan semalam dan geliat membuat basah saat di toilet warung.

“Ah, aku memang menginginkannya,” ucap Dinda lirih dan itu didengar oleh Gito maupun si aroma kasturi.

“Kita pulang, Sayang, “ucap Gito mengecup bibir Dinda kembali lalu segera memacu motor arah pulang.

“Aku pun menginginkanmu, Sayang.” Angin berembus beraroma kasturi menerpa telinga Dinda menyampaikan pesan.

Bisikannya pun membuatku bergairah, batin Dinda.

Motor telah melaju dengan kencang ke arah pulang, tak terasa sudah sampai di depan rumah dan Dinda masih melayang dengan halusinasi.

“Sayang, ayo turun!”

Gito menoleh ke istrinya lalu meniup perlahan kedua pelupuk mata Dinda.

“Sayang?”

Dinda seketika gelagapan lalu membuka mata dan kaget,suaminya telah di hadapannya.

“Eh ... Mas. Apa, ya?”

“Kita turun, Sayang. Udah sampe rumah,” ucap Gito lembut.

Pria ini merasa hari ini kelakuan sang istri semakin aneh-aneh saja. Ia sering tak fokus saat diajak berbicara dan juga sering kali ekspresi wajahnya berubah dengan cepat. Apa ada kaitannya dengan aroma kasturi yang ia tanyakan dan itu mengikuti kamu terus, pikir Gito kemudian.

Gito memasang standar motor lalu menunggu Dinda turun dari motor dan diikuti olehnya. Mereka berjalan beriringan menuju teras. Tangan Gito melingkar di bahu Dinda. Sangat mesra. Tentu saja pemandangan intim ini tak luput dari kedua mata besar bernaung di bawah sepasang alis tebal.

“Kurang ajar kamu, Gito! Dinda menyukai permainanku. Dia akan jadi milikku."

Amarah si tinggi empat meter ini seketika berubah jadi empasan angin kencang menerpa tubuh Gito. Pria ini seketika jatuh terjengkang di lantai.

“Mas, ada apa?”

“Entah, Sayang. Tiba-tiba ada angin kenceng. Kamuterasa?”

Dinda menggeleng sambil mengulurkan tangan membantusuaminya berdiri. Setelah berhasil berdiri, Gito memindai sekeliling dan tak adaapa pun yang terdampak oleh angin barusan selain dirinya. Tampak Dinda berdiri tak tersentuh angin. Dinda merogoh anak kunci dari tas lalu mulai membuka pintu. Saat didalam, wanita semlohai ini mengunci kembali.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Harama Kim
kn ada doa sebelum berhubung ... masa iyah gk bisa ngamalin yh ...
goodnovel comment avatar
Fransiscaroom
ada jin cemburu sama manusia.. kan lucu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    SEMUA BERAWAL DAN BERAKHIR

    “Apaan ini? Panas sekali. Kurang ajar! Kamu mau mengusirku?” tanya Mustafa dengan amarah. Jin tersebut merasakan sekujur tubuh bagai dibakar api dan tak terima. Kemudian sebelum pergi karena rasa panas bara api semakin tak tertahan melayangkan pukulan ke arah Gito.“Aduh ... apa ini? Kepala Mas kayak ada yang mukul,” ucap Gito sambil mengelus bagian di atas telinga yang terasa linu dan perih.“Aneh! Sini aku liat!” Dinda segera mendekat lalu mengamati bagian kepala Gito. Dengan jemarinya wanita muda ini menyibak helaian rambut pelan-pelan.“Aduh, jangan pegang itu!” seru Gito saat Dinda meraba bagian atas telinga bagian kanan, tampak ada luka dan benjol.“Aku ambilin obat tawon dulu, Mas,”ucap Dinda langsung bangkit lalu mengambil obat tersebut di kotak obat.Dinda segera mengobati benjolan dan luka di kepala sang suami. Mereka tak menyadari bahwa hal-hal ganjil yang selalu terjadi adalah hasil perbuatan Mustafa. Tentu saja tak mengurangi romantisme di antara keduanya. Sementara itu,

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    MUSTAFA BIKIN STRATEGI

    “Liat aja! Kalo kamu sepelekan ucapanku. Menantumu itu bukan wanita biasa. Perlu dibikinkan ritual khusus. Biar suaminya gak mati. Kamu paham?”“Sampe segitunya, Mbok. Kok mengerikan,” ucap Bu Teti dengan kedua mata tak berkedip.“Maka dari itu, Tuan Mustafa ingin menjaganya.”“Aku benar-benar gak nyangka, Mbok. Secepatnya, aku ajak Dinda ke sini. Terus sekarang gimana?” tanya Bu Teti sembari melongok keluar melihat arah rumah.Tampak pintu rumah dan jendela sudah terbuka. Hati Bu Teti lega, rupanya Gito dan Dinda dalam keadaan baik-baik saja.“Udah diatasi Tuan. Buruan pulang! Bisa diambil menantumu oleh Tuan Mustafa,” ucap Mbok Wo sembari tertawa terkekeh-kekeh.Wanita tua ini baru saja mendapat bisikan dari Mustafa, cara membangunkan pasangan pengantin tersebut. Bu Teti memandang heran ke arah wanita renta di hadapannya yang terus menerus tertawa. Padahal tak ada pembicaran lucu di antara mereka.Sesaat sebelum Mustafa datang berbisik kepada Mbok Wo. Jin tersenyum baru mendapat seb

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    DINDA BUKAN WANITA BIASA

    Suasana berubah mencekam. Angin berembus kencang membawa butiran salju. Pengantin baru ini segera beranjak meninggalkan tempat. Motor dipacu Gito dengan kencang untuk menghindari hujan angin yang seakan-akan mengejar mereka.Dinda menggigil ketakutan, langsung mendekap erat suaminya. Segala doa terlantun dari bibir mereka. Gito merasa keadaan yang tiba-tiba berubah bukan sesuatu yang normal. Apalagi dia dan juga Dinda merasakan bulu kuduk berdiri sejak awal kejadian.“Alhamdulillah, moga gak sampe sini. Aneh gitu, ya. Hujan angin tiba-tiba,” ucap Dinda setelah mereka hampir sampai rumah, tinggal beberapa meter lagi.“Iya, Dek. Baca doa aja.”Dinda memeluk pinggang Gito semakin kencang. Beberapa menit kemudian, mereka pun telah sampai rumah. Acara kenduri telah dimulai dengan Pak Kiai sebagai pemimpin doa. Gito menaruh motor di luar gerbang karena halaman sudah dipenuhi kendaraan para undangan.Pengantin baru ini lalu melangkah ke arah samping. Mereka masuk rumah lewat pintu belakang“

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    RASA CEMBURU MERUSAK

    “Enggak. Cuma mau bilang, nanti sore ajak menantumu ke rumah,” jawab Mbok Wo sembari melihat keluar lewat kaca jendela yang dibuka tirainya oleh Bu Teti.“Wah, gimana, ya. Nanti sore sampe malam ada acara syukuran di sini, Mbok,” ucap Bu Teti kebingungan.“Terserah kamu. Mau menantumu sembuh, gak?” tanya Mbok Wo sambil memandang sinis ke arah Bu Teti.Wanita separuh umur ini jadi bingung karenanya. Suatu situasi yang sulit, dia dan Dinda harus ada di saat acara karena pihak yang punya hajat, alasan apa yang akan dipakai pada Gito?“Kalo besok saja gimana, Mbok? Sekalian belanja ke pasar,” ucap Bu Teti dengan takut-takut.Dia khawatir wanita renta di hadapannya murka karena telah dibantah perkataannya. Mbok Wo berpikir sejenak, mengerti dengan situasi yang harus dihadapi Bu Teti. Apalagi mereka hidup bertetangga, kalau pun kedua wanita jadi ke rumahnya di saat hajat, biar dicurigai warga, terutama anak Bu Teti.“Yodah, Kamu ambil baju mantumu, biar aku kasih Tuan Mustafa. Baru besok ka

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    PERMINTAAN ANEH

    Dinda yang sedang mempersiapkan makanan untuk Gito, ikut merenung, menyangkutpautkan hal yang terjadi dengannya. Dia merasa ada ‘sesuatu’ antara mandi ramuan yang disuruh padanya dengan pemilik kontrakan. Semua bersumber dengan orang yang sama, yaitu Mbok Wo.“Mbok Wo masih bersodara dengan pemilik rumah?” tanya Gito sambil melihat ke arah ibunya dan ditanggapi gelengan kepala oleh Bu Teti.“Kok bisa tau, kalo rumah itu akan dikontrakkan?” tanya Gito yang belum puas dengan tanggapan sang ibu.“Mungkin nih. Mbok Wo tau kalo rumah itu udah lama gak dihuni. Sejak pemiliknya punya rumah sekaligus toko di pinggir jalan,” jawab Bu Teti dengan santai.“Aku yang malu, Bu. Rumah gak disewakan dan tiba-tiba aku datang tanya soal harga. Kata Ibu, ditunggu pemilik di rumah kontrakan. Kok bisa?” ucap Gito dengan menggelengkan kepala.“Terus gimana, Mas? Gak jadi dapat kontrakan dong,” sahut Dinda sambil meletakkan piring di hadapan sang suami.Gito yang mendapat pertanyaan dari Dinda, hanya tersen

  • JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU    BERSUMBER YANG SAMA

    “Semoga keinginan Tuan segera tercapai,” ucap Bu Teti sambil menghampiri Mbok Wo yang sedang duduk di kursi ruang tengah.“Pantas aja, Tuan Mustafa percaya padamu,” balas Mbok Wok tersenyum memperlihatkan deretan gigi-gigi bernoda getah kinang.Bu Teti tersenyum lebar mendapat pujian dari Mbok Wo. Kedua wanita ini berbicara akrab dengan diselingi tawa sambil menunggu Dinda keluar dari kamar mandi. Tak berapa lama, wanita muda yang ditunggu telah keluar dengan tubuh lebih segar. Mbok Wo terkekeh-kekeh menghidu bau khas yang menguar dari tubuh Dinda.Dari bau ini, Tuan Mustafa bisa gampang mengenalinya, batin wanita tua dengan bibir dan deretan gigi dipenuhi noda merah kinang. Mbok Wo mencari-cari paidon [tempat ludah] yang terbuat dari kuningan. Namun, tak dijumpainya. Bu Teti yang memperhatikan perilaku wanita tua ini segera bertanya,”Mencari apa Mbok?”“Paidonku,”jawab Mbok Wok masih sibuk memadai seisi ruangan lalu bangkit perlahan dengan bantuan tongkat ke arah ruang tamu.“Saya g

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status