Share

Chapter 05

Author: Bang z05
last update Last Updated: 2021-04-30 17:39:26

Semilir angin malam kian berhembus, bertiup, seakan membawa dorongan kala melintas setiap ruang, nyaris ia tidak menyadari keberadaan angin, akan tetapi ada satu hal yang membuat seorang Kelvin bisa merasakan serta mendengar bahwa angin berbisik pelan dalam telinganya, namun tetap saja Kelvin tidak bisa mengerti apa yang sebenarnya sedang dikatakan angin itu, ia hanya mengangguk pura-pura mengerti lalu pergi menghiraukannya kembali. Demikian pula ia berjalan melewati setiap negeri negeri asing namun tidak tahu apa yang sebenarnya ia cari, hingga datanglah kemudian hari, kedua seorang penjaga berpangkat polisi tak sengaja berpapasan dengan Kelvin pada tengah-tengah jalan dikala heningnya suasana malam, para penjaga itu tampak tidak mencurigakan bagi pandangan Kelvin, namun setelah menanyakan sesuatu hal sontak membuatnya agak sedikit kebingungan. Lantaran ia pun tidak tahu menahu prihal apa saja mengenai maksud dari dunia luar.

"Kau mau kemana tuan? Apa bisa kau tunjukkan kartu identitas mu sebentar!" katanya.

"Maaf pak, saya tidak punya kartu identitas." Kelvin balas menjawab, sorot matanya kosong menatap kedua petugas itu lantaran tidak mengerti apa yang sebenarnya tengah mereka perbincangkan, dan apa itu kartu identitas? Bahkan mengetahui siapa nama orang tuanya dan dimana ia dilahirkan? Kapan? Kelvin tidak tahu. Melainkan hanya satu hal yang ia ketahui bahwa orang-orang mengatakan kau adalah anak yang tidak diinginkan!. sementara nama Kelvin sendiri diberikan oleh salah seorang preman yang dahulu adalah bos Kelvin sendiri.

"Eh nak, kau dilarang memasuki kota ini kalau tidak memiliki kartu identitas mu sendiri!" katanya dengan suara yang terdengar tinggi, mata mereka tampak begitu merah seakan mengisyaratkan bahwa sedang merasa marah.

"Cepatlah menyingkir dari jalan ku orang tua!, atau kau harus menerima akibatnya jika tangan ini aku lepaskan ke wajah jelek mu itu!" balas Kelvin tak kalah emosional dihadapan kedua petugas itu. Lantaran baginya bukanlah sebuah masalah besar untuk melepaskan suatu pukulan hingga membuat mereka kembali memohon pengampunan. Namun sang petugas hanya terdiam sesaat lalu tertawa lepas sambil mencerca Kelvin dengan sebutan orang aneh yang tidak tahu malu.

"Hah lucu sekali tuan!!!" Sekali lagi Kelvin mengancam. Namun kali ini pukulan keras mendarat dimuka mereka hingga membuat keduanya terkapar tak sadarkan diri diatas permukaan serta meninggalkan noda pada sebuah bekas luka yang membiru.

"Oh ya, kau inginkan aku memiliki kartu identitas sebelum masuk keluar kota kan? Jadi izinkan aku mengambil milik kalian berdua!" katanya, maka saat itu pula dengan lancang tangan tangan Kelvin menerobos masuk kedalam kantong pakaian, mengambil dompet yang berisi puluhan uang ratusan, serta kain kemeja putih panjang yang tampak menurutnya bergaya. Lalu pergi berlalu mencurinya dengan tenang.

***

Satu jam setelah berada dalam perjalanan panjang, tampak suasana keindahan malam membentangkan cahaya syahdunya dari ribuan bintang-bintang yang bertebaran di angkasa lepas. Hingga membuat seorang Kelvin tampak menengadah keatas, pandangannya menerawang ditelan oleh sebuah pemandangan pada langit-langit hitam pekat seperti hatinya yang kian gelap.

Napasnya terengah sambil berusaha menelan air mineral dalam botol plastik, tampak airnya begitu keruh, namun cukup untuk menghilangkan dahaganya meski dalam beberapa saat, sedangkan tubuhnya bersandar pada tonggak lampu jalanan sampai pada suatu ketika ia memilih untuk memejamkan matanya, melewati perjalanan hari yang kian bergelantungan pada sela-sela waktu.

Dilihatnya ukiran angka pada sebuah arloji hasil curiannya dari seorang polisi itu menunjukan angka 05:00.23, itu artinya hampir menjelang pagi untuk ia melanjutkan sebuah perjalanannya melewati salah satu negeri ke negeri yang lain, tatkala ia terbangun kembali setelah mendengar sebuah suara yang sebenarnya tidak bisa ia mengerti, namun Kelvin juga tahu suara itu disebut sebagai pemanggil orang-orang untuk beribadah. Ah apa itu ibadah? Katanya merasa gelap akan perkara agama.

Setiap haraf pada bacaan ia dengarkan dengan baik, suaranya begitu halus hingga ia merasa nyaman untuk berdiam diri duduk didepan tembok-tembok masjid, akan tetapi lagi-lagi seorang satpam menyuruhnya untuk pergi, seraya memperlakukan ia selayaknya manusia keji.

"Pergi kau orang gila!" kata satpam itu sambil menodongkan sebuah tongkat. Sontak membuat seorang Kelvin ingin melepaskan pukulannya sesaat, namun beruntung bacaan itu menenangkannya hingga membuat Kelvin memilih untuk mengalah. Sementara itu diatas langit sana fajar tampak sudah mulai menyingsing, lalu seberkas cahaya dari balik sebuah bangunan gedung-gedung tua itu tampak tengah memancarkan kebesaran cahayanya ditengah-tengah gelap gulita, terasa hangat saat Kelvin mendapatinya, seakan merasuk masuk dalam tubuhnya yang kian lelah.

Ia berdiri disamping mobil Elsafek sambil berusaha menormalkan kembali helaan nafasnya, dilihatnya mobil itu tampak akan pergi ke suatu daerah maka dengan baik Kelvin bertanya akan pergi kemana, dan sebagai imbalannya dengan senang hati Kelvin memberikan dua buah permen kembang gula pada sang supir itupun jika ia diperbolehkan untuk menumpang.

"Hah!! cepat naiklah dibelakang bersama muatan!" katanya terdengar agak galak. Lalu dijawabnya oleh Kelvin dengan sebuah anggukan kecil dan ucapan kata terimakasih kepada sang supir. Jujur tubuhnya sudah begitu amat lemas, makan dari hasil uang curian terkadang membuat seorang kucing liar seperti dirinya merasa amat bersalah. Namun apalah harga diri seorang preman bilamana membuat kebaikan tapi selalu saja dipandang buruk oleh orang-orang, cukup biarkan ia untuk meluruskan kakinya, ia lelah untuk bersandiwara hanya karena ingin dianggap jauh lebih sempurna.

2 Jam setelah mobil terhenti, menapakan kaki diatas susunan kayu-kayu jati sebagai jalur alternatif para pejalan kaki yang melintasi derasnya aliran air sungai. maka langsung juga Kelvin menatap lekat-lekat pada sebuah ujung pemandangan semu yang tertutup oleh sebagian kabut yang kian terkadang gelap, lalu terang sesaat, hatinya berbisik pelan berusaha menerka-nerka mengenai negeri apa ini sebenarnya. Sementara itu sebuah jalan tampak remang-remang menuju sebuah perbukitan, seolah keindahan yang tersamarkan justru terbentang didepan mata, akan tetapi tetap saja Kelvin memilih untuk diam.

Demikian pula setelah ia berdiam diri agak lama, terdengar asal suara kedua seorang gadis tengah berbincang disusul ketawa cekikikan dari balik kabut tebal sana, hingga datang menampakan dirinya menembus hawa dingin sambil membawakan sekantung barang-barang belanjaannya hingga berpapasan dengan seorang kucing liar itu pada tengah-tengah jalan, menampakan muara senyuman dari muka paras cantik khas putih alami mereka sambil berkata permisi kala sudah dihadapkan dengan seorang Kelvin. Maka dilanjutkannya juga gadis itu jalannya menuju jalan-jalan pematang yang berjenjang luas seluas mata orang-orang memandang meski dari kejauhan. Mungkin saja kedua gadis itu hendak membawakan sebuah bekal untuk para petani yang tengah menyabit padi kala panen telah tiba, dan isi dari kantong itu didalamnya terdapat makanan yang memang sengaja akan mereka suguhkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 24

    Di pinggiran gubuk-gubuk tua itu dia masih berdiri bergelut dengan pikirannya yang tengah kacau, tepat sekali di depan matanya kertas perjanjian itu robek kemudian hangus oleh sisa-sisa arang pembakaran. Kelv tahu dia pasti sangat marah setelah menyaksikan apa yang telah Kelv perbuat, kemudian secara sengaja lelaki itu pun meludah, menepuk tangan kekarnya penuh gaya, seraya membuka kain yang menutupi tubuhnya dan berkata, “Mari kita bertarung!”Kelvin yang mendengar ocehan lelaki tadi langsung memperlihatkan wajah dinginnya dan mendengus malas, menatap remeh pada lawannya. Baginya dia hanya lah seekor semut kecil yang tersesat di tengah hutan belantara saja, dan tidak tahu harus pulang ke mana. Namun sayangnya lelaki itu sudah bertindak yang melampaui batas, yang tak seharusnya lah untuk semut itu menantang hewan buas yang tidak berselera untuk membunuhnya.Kemudian Kelvin dengan tenangnya hanya melirik ke arah arloji yang sering kali ia kenakan, lalu berpi

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 23

    Merekalah yang selalu bertanya-tanya apa alasan Kelvin tidak menikahinya, jika tidak bisa mengapa tidak mencari gadis yang lain saja? Akan tetapi bukan itu masalahnya, mungkin bisa saja ada ribuan gadis di luar sana yang bersedia bersamanya, tapi apakah harus Kelv mengecewakan gadis yang lebih dulu sudah begitu rela menatap penghidupannya yang tiada warna.Oleh karena itu dia selalu diam dan diam, biarkan gadis yang dia pilih itu memutuskan. Dan biarkan ungkapan perasaannya terungkap melalui bibirnya dengan segala kata yang menyangkut rasa cinta, biarkan dirinya juga yang menumpahkan segala warna-warna indah yang memesona itu ke dalam penghidupan yang tiada makna saat ini baginya.Telah diramalkan hari, waktu yang pasti dia akan menjawabnya, dan semua orang akan berhenti untuk berbicara dari belakang, mungkin benar, hanya pembuktian yang akan menyelesaikan segala kedewasaan, bersamaan dengan keresahan hati atas penyesalannya yang menggelora oleh lontaran kata-kata yang

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 22

    Masalah ini bukan tentang ada atau tidaknya kata restu dari seorang wanita tua, melainkan tentang gadis itu yang menjadi prioritas utama, setidaknya kita masih ada waktu menjalankan semuanya dari semula, dan barangkali Kelv bisa menatapnya tersenyum lagi pada luasnya hamparan Padang rumput bak sebuah permadani di atas pegunungan yang diliputi oleh pepohonan, seraya mendengarnya yang kadang bernyanyi. Cukup hanya dengan bersamanya saja dia bisa merasakan kebebasan yang telah lama ia cari.Sudah siang menjelang sore. Adelia Kansha seorang gadis yang duduk di atas kursinya hanya memberikan sedikit roti padanya, hanya ini yang dia punya, bukan lantaran keterbatasan uang untuk membeli semua makanan, melainkan roti mengingatkan ia akan dinginnya pertemuan antara keduanya pada dua puluh tahun silam.Tidak ada yang berubah, dia masih memotong roti itu menjadi dua, sebagian untuk Kelvin sebagian untuk nya, dan itu cukup membuat suasananya menjadi hangat meski tak ada perapian yan

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 21

    Mobil untuk muatan itu berhenti di atas permukaan pasir, kemudian seorang supir yang berpakaian kain kusut turun menampakkan dirinya, seraya bertemu secara langsung dengan ke empat preman penuh gaya yang mana wajahnya sama-sama tersengat matahari. Tatkala mereka telah menunggu selama berjam-jam setelah mempersiapkan barang-barang bawaan yang akan di bawa. “Ayo!” kata seorang supir, lantas dengan sikap penuh khidmat kedua orang di antara empat preman itu menaikinya. Ya kami menaiki mobil itu sebagai alat transportasi menuju negeri perbukitan. Memang kedua kota itu jaraknya tidaklah terlalu jauh, namun jika harus ditempuh melalui berjalan kaki tetap saja harus berbekal persediaan yang cukup. Lantaran ada banyak hutan, beserta gundukan pasir di depan sana, dan tambahkan saja dengan jalan berliku memanjang yang harus kau ketahui. Sudah hampir setengah jam ketika mereka berada ditengah-tengah perjalanan. menanjak pada sebuah gundukan pasir terkadang mobil yang ditumpangi

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 20

    Bilamana Kelv telah tiba pada sebuah rumah, manakala di dalamnya pula terdapat banyak sekali pakaian-pakaian kumuh yang tampak bergelantungan, sebagian berserak memenuhi setiap permukaan lantai kamar. Nyaris pakaian itu menghalangi pandangan Kelvin, maka dengan tenang ia hanya berusaha menghela nafas panjang, dan lebih memilih untuk mencari Nazma tanpa terpikirkan akan sebuah pertanyaan-pertanyaan dalam benaknya.Jauh sekali ia menerawang pada sebuah bayangan hitam yang melingkupi kegelapan, tapi apakah harus Kelv mengasihaninya terus-terusan? Jangan salah Nazma sudah besar, akan tetapi sayang seperti tidak memiliki akal. Maka keluarlah, tunjukan segala keberadaan, jika perlu bercerita dan ungkapkan apa permasalahannya.“Anak muda, apa yang kau lakukan di sini?” tanya seseorang tanpa menunjukkan letak keberadaannya, laksana sesosok arwah yang tidak memiliki keberanian, sayang kejadiannya bukanlah aku yang tengah kesetanan, melainkan ini memang

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 19

    “Kelvin si preman yang telah berhasil menguasai terminal. Jadi seperti itu orang-orang memanggilnya.”“Benar tuan.” Faisal menimpali ucapan sang pewaris tuan walikota. Sontak saja dengan geram, tuan Hendrik tampak mulai bergumam, “Kakak ternyata pangkat mu sangat menyedihkan...”Sudah saatnya pulang. Tapi entah mengapa ada perasaan cemas menyelimuti hati tuan Hendrik. Bagaimana tidak! Jauh dia menerawang pada segala terkaan bahwa kakaknya sebentar lagi akan pulang setelah mengetahui kebenaran. Sayang permasalahannya bukanlah terdapat pada tuan Hendrik (adiknya) sendiri, melainkan kepada kesalahan kedua orang tuanya juga atas segala tindakan yang menyangkut kecerobohannya.Andaikata semua orang tahu, bila Kelv bukanlah anak yang tidak diinginkan, melainkan putra sah dari seorang walikota, mungkin saja segala kehormatan akan senantiasa tercurah kepadanya. Sayang dia terbuang lantaran sebuah kesalahan yang membuatnya dianggap seb

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 18

    Sudah hampir setengah jam, tuan Hendrik atau yang lebih dikenal sebagai pewaris tuan wali kota itu duduk diatas kursi kerjanya. Mendatangani lembaran surat surat penting. Namun agaknya tuan Hendrik tampak begitu jemu dengan pekerjaannya, atau bisa jadi sedang dalam keadaan kurang sehat.Lantas dia mulai membunyikan lonceng sebagai isyarat akan sebuah permohonan kepada pak Rustam, salah seorang yang bekerja sebagai asisten pribadinya. Langsung saja dengan cekatan pak Rustam bertanya secara sopan, "Apa ada yang bisa saya bantu kembali, tuan?""Ambil kunci mobil! Kita akan pergi menemui anak itu lagi.""Baik, tuan." Lagi-lagi pak Rustam hanya bisa mengiyakan tanpa tiada mampu mengatakan sepatah kata apapun lagi. Maka dengan sekali kejapan mata saja, mobil sang pewaris tuan wali kota kini telah berada di depannya."Mari tuan!" Pak Rustam membuka pintu mobil, seraya mulai mempersilahkan tuannya masuk terlebih dahulu. Sejujurnya ini kali pertamanya pak Rustam m

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 17

    Kelvin sudah begitu asyik dengan pekerjaan-pekerjaan yang bisa membuatnya menghasilkan puluhan uang, membuatnya menjadi orang yang amat diuntungkan. Namun tanpa sadar, keindahan itu berubah ketika jiwanya yang terpejam dalam kelamnya malam. Ia bisa mengenali bagaimana perasaan-perasaan itu tumbuh dalam kebisuan yang nyaman. Kemudian mengenang kehangatan sang mentari pagi hari yang menyapa pucuk-pucuk ilalang nan bergoyang mengiringi sebuah kebebasan. Maka tampak pula olehnya meski terhalang oleh ribuan rimba-rimba liar itu sebuah petakan rumah-rumah yang begitu tenang, dan setiap taman dan jalan tempat pertemuan yang sering kali Kelv lukis kan dalam sebuah mimpi-mimpi yang mengerikan. Mengerikan lantaran disana pula terdapat seorang gadis yang amat ia kasihi tengah menungguinya pulang dalam kemenangan. Maka ingatkah dahulu kau bilang janji, dahulu kau bilang itu pasti, namun dalam kenyataan pahit gadis itu tetap setia menunggui mu kembali.Kebetulan waktunya untuk Kelv bekerja

  • JIWA-JIWA YANG MALANG   Chapter 16

    Dengan perlahan dan lembut, bagai sebuah mimpi yang tiada mampu menafsirkannya, setelah Nazma menangkap sebuah nama seraya langsung ia renungkan saat kegelapan kaki langit melingkupi kedua bola matanya yang memancarkan kerlip cahaya kebenaran-kebenaran lama yang memesona meski tersamarkan.Sekilas Kelv menghela napas panjangnya setelah kata-kata haru itu telah usai dari dalam telinganya, berusaha menghentikan siksaan dalam dada seperti sebuah gigitan yang merindukan kasih sayang. Adakalanya ia juga merasa bahwa hidupmu dan hidupku tak jauh berbeda selayaknya mahkluk rapuh yang berdosa, terjebak dalam jeruji nestapa, dan yang paling kita harapkan adalah sebuah kebebasan dimana burung burung bisa senantiasa mengepakkan sayapnya terbang hingga ke angkasa, menikmati keindahan awan, dan langit tinggi tanpa batas yang membentangkan keagungan dari harapan-harapan belaian rahmat dari Tuhannya. Sekali lagi kita sama Nazma, aku juga makhluk yang berdosa. Suara derit engsel yang kau sere

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status