Share

Chapter 05

Semilir angin malam kian berhembus, bertiup, seakan membawa dorongan kala melintas setiap ruang, nyaris ia tidak menyadari keberadaan angin, akan tetapi ada satu hal yang membuat seorang Kelvin bisa merasakan serta mendengar bahwa angin berbisik pelan dalam telinganya, namun tetap saja Kelvin tidak bisa mengerti apa yang sebenarnya sedang dikatakan angin itu, ia hanya mengangguk pura-pura mengerti lalu pergi menghiraukannya kembali. Demikian pula ia berjalan melewati setiap negeri negeri asing namun tidak tahu apa yang sebenarnya ia cari, hingga datanglah kemudian hari, kedua seorang penjaga berpangkat polisi tak sengaja berpapasan dengan Kelvin pada tengah-tengah jalan dikala heningnya suasana malam, para penjaga itu tampak tidak mencurigakan bagi pandangan Kelvin, namun setelah menanyakan sesuatu hal sontak membuatnya agak sedikit kebingungan. Lantaran ia pun tidak tahu menahu prihal apa saja mengenai maksud dari dunia luar.

"Kau mau kemana tuan? Apa bisa kau tunjukkan kartu identitas mu sebentar!" katanya.

"Maaf pak, saya tidak punya kartu identitas." Kelvin balas menjawab, sorot matanya kosong menatap kedua petugas itu lantaran tidak mengerti apa yang sebenarnya tengah mereka perbincangkan, dan apa itu kartu identitas? Bahkan mengetahui siapa nama orang tuanya dan dimana ia dilahirkan? Kapan? Kelvin tidak tahu. Melainkan hanya satu hal yang ia ketahui bahwa orang-orang mengatakan kau adalah anak yang tidak diinginkan!. sementara nama Kelvin sendiri diberikan oleh salah seorang preman yang dahulu adalah bos Kelvin sendiri.

"Eh nak, kau dilarang memasuki kota ini kalau tidak memiliki kartu identitas mu sendiri!" katanya dengan suara yang terdengar tinggi, mata mereka tampak begitu merah seakan mengisyaratkan bahwa sedang merasa marah.

"Cepatlah menyingkir dari jalan ku orang tua!, atau kau harus menerima akibatnya jika tangan ini aku lepaskan ke wajah jelek mu itu!" balas Kelvin tak kalah emosional dihadapan kedua petugas itu. Lantaran baginya bukanlah sebuah masalah besar untuk melepaskan suatu pukulan hingga membuat mereka kembali memohon pengampunan. Namun sang petugas hanya terdiam sesaat lalu tertawa lepas sambil mencerca Kelvin dengan sebutan orang aneh yang tidak tahu malu.

"Hah lucu sekali tuan!!!" Sekali lagi Kelvin mengancam. Namun kali ini pukulan keras mendarat dimuka mereka hingga membuat keduanya terkapar tak sadarkan diri diatas permukaan serta meninggalkan noda pada sebuah bekas luka yang membiru.

"Oh ya, kau inginkan aku memiliki kartu identitas sebelum masuk keluar kota kan? Jadi izinkan aku mengambil milik kalian berdua!" katanya, maka saat itu pula dengan lancang tangan tangan Kelvin menerobos masuk kedalam kantong pakaian, mengambil dompet yang berisi puluhan uang ratusan, serta kain kemeja putih panjang yang tampak menurutnya bergaya. Lalu pergi berlalu mencurinya dengan tenang.

***

Satu jam setelah berada dalam perjalanan panjang, tampak suasana keindahan malam membentangkan cahaya syahdunya dari ribuan bintang-bintang yang bertebaran di angkasa lepas. Hingga membuat seorang Kelvin tampak menengadah keatas, pandangannya menerawang ditelan oleh sebuah pemandangan pada langit-langit hitam pekat seperti hatinya yang kian gelap.

Napasnya terengah sambil berusaha menelan air mineral dalam botol plastik, tampak airnya begitu keruh, namun cukup untuk menghilangkan dahaganya meski dalam beberapa saat, sedangkan tubuhnya bersandar pada tonggak lampu jalanan sampai pada suatu ketika ia memilih untuk memejamkan matanya, melewati perjalanan hari yang kian bergelantungan pada sela-sela waktu.

Dilihatnya ukiran angka pada sebuah arloji hasil curiannya dari seorang polisi itu menunjukan angka 05:00.23, itu artinya hampir menjelang pagi untuk ia melanjutkan sebuah perjalanannya melewati salah satu negeri ke negeri yang lain, tatkala ia terbangun kembali setelah mendengar sebuah suara yang sebenarnya tidak bisa ia mengerti, namun Kelvin juga tahu suara itu disebut sebagai pemanggil orang-orang untuk beribadah. Ah apa itu ibadah? Katanya merasa gelap akan perkara agama.

Setiap haraf pada bacaan ia dengarkan dengan baik, suaranya begitu halus hingga ia merasa nyaman untuk berdiam diri duduk didepan tembok-tembok masjid, akan tetapi lagi-lagi seorang satpam menyuruhnya untuk pergi, seraya memperlakukan ia selayaknya manusia keji.

"Pergi kau orang gila!" kata satpam itu sambil menodongkan sebuah tongkat. Sontak membuat seorang Kelvin ingin melepaskan pukulannya sesaat, namun beruntung bacaan itu menenangkannya hingga membuat Kelvin memilih untuk mengalah. Sementara itu diatas langit sana fajar tampak sudah mulai menyingsing, lalu seberkas cahaya dari balik sebuah bangunan gedung-gedung tua itu tampak tengah memancarkan kebesaran cahayanya ditengah-tengah gelap gulita, terasa hangat saat Kelvin mendapatinya, seakan merasuk masuk dalam tubuhnya yang kian lelah.

Ia berdiri disamping mobil Elsafek sambil berusaha menormalkan kembali helaan nafasnya, dilihatnya mobil itu tampak akan pergi ke suatu daerah maka dengan baik Kelvin bertanya akan pergi kemana, dan sebagai imbalannya dengan senang hati Kelvin memberikan dua buah permen kembang gula pada sang supir itupun jika ia diperbolehkan untuk menumpang.

"Hah!! cepat naiklah dibelakang bersama muatan!" katanya terdengar agak galak. Lalu dijawabnya oleh Kelvin dengan sebuah anggukan kecil dan ucapan kata terimakasih kepada sang supir. Jujur tubuhnya sudah begitu amat lemas, makan dari hasil uang curian terkadang membuat seorang kucing liar seperti dirinya merasa amat bersalah. Namun apalah harga diri seorang preman bilamana membuat kebaikan tapi selalu saja dipandang buruk oleh orang-orang, cukup biarkan ia untuk meluruskan kakinya, ia lelah untuk bersandiwara hanya karena ingin dianggap jauh lebih sempurna.

2 Jam setelah mobil terhenti, menapakan kaki diatas susunan kayu-kayu jati sebagai jalur alternatif para pejalan kaki yang melintasi derasnya aliran air sungai. maka langsung juga Kelvin menatap lekat-lekat pada sebuah ujung pemandangan semu yang tertutup oleh sebagian kabut yang kian terkadang gelap, lalu terang sesaat, hatinya berbisik pelan berusaha menerka-nerka mengenai negeri apa ini sebenarnya. Sementara itu sebuah jalan tampak remang-remang menuju sebuah perbukitan, seolah keindahan yang tersamarkan justru terbentang didepan mata, akan tetapi tetap saja Kelvin memilih untuk diam.

Demikian pula setelah ia berdiam diri agak lama, terdengar asal suara kedua seorang gadis tengah berbincang disusul ketawa cekikikan dari balik kabut tebal sana, hingga datang menampakan dirinya menembus hawa dingin sambil membawakan sekantung barang-barang belanjaannya hingga berpapasan dengan seorang kucing liar itu pada tengah-tengah jalan, menampakan muara senyuman dari muka paras cantik khas putih alami mereka sambil berkata permisi kala sudah dihadapkan dengan seorang Kelvin. Maka dilanjutkannya juga gadis itu jalannya menuju jalan-jalan pematang yang berjenjang luas seluas mata orang-orang memandang meski dari kejauhan. Mungkin saja kedua gadis itu hendak membawakan sebuah bekal untuk para petani yang tengah menyabit padi kala panen telah tiba, dan isi dari kantong itu didalamnya terdapat makanan yang memang sengaja akan mereka suguhkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status