Share

Part 3

Author: Manda Azzahra
last update Last Updated: 2022-07-05 14:55:14

Aku melotot ke arahnya. Lalu menarik tanganku yang masih berada dalam pegangannya. Sejak kapan suamiku ini jadi pria mesum yang memikirkan nina ninu malam pengantin.

Apa wajahku ini terlihat sedang membutuhkan sesuatu yang sensitif seperti itu? Berpacaran saja tidak pernah. Mana mungkin aku memikirkan hal-hal menjijikkan seperti itu.

"Kenapa diam? Mau?" Suamiku kembali bertanya dengan nada tegas.

Sekarang sepertinya dialah yang menginginkan hal itu. Dasar mata keranjang!

Aku memasang wajah cemberut. Sekujur pipiku kini terasa panas mendengar ajakan konyol seperti itu. 

"Abang jangan asal bicara!" Aku sedikit membentak. Agar dia tahu kalau pikirannya tadi jelas salah. 

"Aku tidak mau lagi jadi wanita egois seperti yang abang katakan selama ini. Aku juga punya hati dan harga diri. Kalau selama ini abang belum juga bisa menganggap aku seperti Kania, baiknya aku mundur. Bukankah seharusnya abang mengucapkan terima kasih?" Lagi-lagi mataku ikut menghangat saat terlibat perdebatan dengannya. 

Tidak salah dia selalu mengataiku anak kecil yang cengeng. Selalu saja berlinang air mata jika tengah membahas sesuatu. Padahal dia bilang itu hanya hal sepele yang tidak perlu dibesar-besarkan.

"Sudah setengah tahun kita menjalani pernikahan seperti ini. Kau bilang tidak keberatan asal aku menjadi suami yang baik. Lalu kenapa tiba-tiba berubah dan meminta berpisah? Kau tidak malu menyandang status janda di usia yang masih kecil?"

Aku terdiam. Sembilan belas tahun, dan dia masih menganggapku anak kecil.

Tentu saja aku malu. Bahkan sangat malu. Pasalnya aku telah berbangga diri pada orang-orang yang dulu tak percaya bahwa aku akan menikah dengan cinta pertamaku. Mereka terus-terusan mengejek bahwa aku hanya berkhayal. Hingga akhirnya aku membungkam mulut mereka dengan undangan dan pesta mewah.

Lalu belum sampai setahun, aku harus kembali berpisah. Pasti mereka berpikir akulah yang dicampakkan. Sedang saat menikah pun mereka bergunjing bahwa aku menjebak pria malang itu.

"Bagaimana? Jadi?" Dia kembali bertanya. 

Kan, kan. Kalau tidak ingin berpisah, kenapa kembali bertanya? Pasti ucapan tadi hanya modusnya saja agar kegirangan hatinya tak terendus olehku. 

Atau dia pikir aku tidak berani dan hanya menggertaknya saja?

Tidak, tidak. Keputusanku sudah bulat. Mau berapa lama lagi aku merendahkan diri, berharap hatinya berubah, dan melupakan Kania dari ingatannya.

"Jadi!" Aku berucap penuh keyakinan.

"Kau yakin?" Dahinya mengernyit.

"Ya." Aku membuang pandangan.

"Kau benar-benar sudah siap?"

Aku kembali menoleh ke arahnya. Dia mempertanyakan apa aku sudah siap? Menjadi janda di usia yang belum genap dua puluh tahun?

Siap tidak siap aku harus terima, bukan? 

"Aku sudah siap. Benar-benar siap!" ucapku tanpa ragu.

"Tunggulah di kamarmu. Aku mandi dulu. Biar wangi dan membuatmu nyaman. Ini juga pertama kalinya buatku." Dia menggeleng-gelengkan kepala seperti orang yang sedang gugup.

Tentu saja pertama kali. Memangnya dia sudah berapa kali mengucap kata cerai? 

Aku menuruti ucapannya dan melangkahkan kaki menuju kamar. Sebuah pertanyaan bermain-main di kepalaku. Kenapa dia menyuruhku menunggu di dalam?

Apa ada istilah pingitan untuk istri yang akan dicerai?

Atau suami istri yang akan berpisah tidak boleh bertemu lagi? Apa baru berniat saja sudah menjadikan kami tidak halal untuk saling bertatap muka karena ada kemungkinan akan tidak sengaja saling menyenggol?

Arrgghh... munafik sekali laki-laki itu. Sok alim. Lalu bagaimana hubungan dia dengan Kania? Merangkul bahkan menciumnya dengan mesra saat status mereka masih berpacaran. Dia hanya beralasan saja agar tidak bertemu denganku.

Aku benar-benar menurutinya berdiam diri di dalam kamar. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
wkwkwkwkkkk bisa²nya dia gagal.fokus malah jadi siap dicerai hahahaaa.. maksud abangmu itu siap malam pertama
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 83 (Ending)

    "Sudah kubilang itu bukan urusanmu. Kau semakin lancang, Bim. Aku tak mau punya teman sepertimu!" Kubuang muka, tanda tak terima dengan sikapnya."Aku mendengar pembicaraanmu saat di toko buku. Kenapa tak menurut saja? Suamimu bahkan ingin menjauh dengan kembali menyekolahkanmu." Ucapannya kini tak lagi kasar. Terkesan seperti memohon pengertian.Aku menelan ludah. Lalu beralih kembali menatap wajahnya. Begitukah cara dia mengungkapkan perasaannya? Sama sekali tak ada bedanya denganku. Egois dan selalu menggunakan berbagai cara."Kau mengikuti kami?" Aku langsung menebak.Dia sama sekali tidak menyangkal. Malah memandangku dengan sorot mata yang... mungkin meminta pengertian."Sikapmu sama sekali tidak mencerminkan mahasiswa terpelajar, Bim. Kau seperti....""Ya! Aku terlihat seperti orang gila, kan?!" Menggeram dia menebak ucapanku yang terhenti. "Aku sama sepertimu. Jatuh cinta pada orang yang salah."Mata itu kini

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 82

    Setelah menjalani proses yang memakan waktu cukup lama, akhirnya pengadilan memutuskan Kania bersalah. Dia dijatuhi hukuman dua tahun kurungan.Aku merasa lega, bukan hanya karena tindakan kekerasan yang dia lakukan terhadapku. Namun juga karena sikapnya yang selama ini terus menerus meneror batinku. Membuatku merasa tak layak dicintai oleh suamiku sendiri. Juga membuat bang Haikal selalu merasa rendah diri dan takut mencintai wanita sepertiku, meski telah sah menjadi isterinya.Masih kuingat dengan jelas wajah terakhir gadis itu sebelum petugas membawanya. Tak ada penyesalan terlihat di sana. Seolah apa yang dia lakukan bukanlah sesuatu yang salah. Di sidang-sidang sebelumnya pun dia selalu mengumpat jika sedang berpapasan denganku. Mengatakan kalau dia belum kalah, dan akan merebut kembali miliknya yang telah aku curi.Matanya jelas masih begitu berharap agar bisa bertemu lagi dengan suamiku. Memang selama sidang berlangsung, hanya sekali mantan kekasihnya itu

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 81

    "Jangan pedulikan ucapan mereka, Bang." Aku mulai merayu saat mendatangi suamiku di kamarnya. Aku membantu melepaskan kemeja yang tadi dia pakai.Entahlah. Masih canggung rasanya bagi kami untuk bersatu dan menempati kamar yang sama. Hingga kami masih harus saling menghampiri jika ada yang ingin dibicarakan."Sudah kubilang aku tak apa-apa." Bang Haikal tersenyum sembari memakai kaos oblong tipis untuk tidur. Lalu seenaknya membuka kancing dan resleting celana panjang, lalu menurunkannya tanpa pemberitahuan."Ish, Abang!" Tubuhku refleks berbalik memunggunginya. Malu jika melihat sesuatu yang sebenarnya sudah pernah aku rasakan."Kau kenapa?" Dia berjalan dengan suara yang kian mendekat."Kenapa buka celana di hadapanku?" Aku merengek."Kau ini aneh. Seperti tidak pernah melihatnya saja." Bang Haikal berjalan mendekati pintu dan menggantung celana panjang tadi. Kini dia sudah terlihat memakai celana pendek di bawah lutut."Tapi

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 80

    Bima tampak masih sangat tenang meski semua orang menatapnya. Ingin sekali rasanya aku mencekik lehernya karena telah membuat suamiku kembali memikirkan hal yang bukan-bukan tentang aku dan dia.Bang Haikal pasti berpikir kalau Bima masih menaruh perhatian dan mencari cara agar bisa mendekatkan diri denganku. Tanpa dia tahu, kini aku dan Bima terlibat selisih paham karena kekurang ajaran mahasiswa psikologi itu.Jika malam ini sampai terjadi masalah lagi di antara kami karena Bima, aku bersumpah akan melempar kaca jendelanya hingga pecah. Aku lelah dengan semua masalah yang seperti tidak ada habisnya."Wah, Bima baik sekali. Kau dengar itu, Dwi?" Ibu tampak lebih mengagumi pemuda itu dari sebelumnya. "Harusnya kau juga bersemangat seperti Bima. Bukannya kalian seumuran? Kau bisa mengejar ketertinggalan jika belajar bersama Bima."Aku mendesis pelan. Ibu seolah-olah masih menaruh harapan agar aku juga memiliki antusias seperti Bima. Menjadi anak perempuan

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 79

    Aku rasa sikapku selama ini terlalu kasar menghadapinya. Dari caranya menatapku tadi, seperti ingin menyapa dan menanyakan kabarku. Namun hal itu urung dia lakukan, karena Kania langsung menarik tangannya, dan menyeretnya menjauh dari kami.Tak lama kulihat sebuah mobil Daihatsu Sigra berhenti menghampiri mereka. Lalu gadis yang masih menatapku dengan penuh kebencian itu menghilang bersama ibunya saat mobil itu melintasi dan meninggalkan tempat."Singgah ke rumah, ya, Dwi. Biar nanti Haikal suruh menjemputmu di rumah." Ibu merangkulku hendak menuju mobil.Aku melirik Bima sekilas."Iya, Bu. Bang Haikal pasti akan bergegas menjemput jika tahu aku tidak di rumah." Sengaja aku bicara berlebihan agar Bima tahu bahwa hubungan rumah tanggaku tak seperti yang dia pikirkan.Dia hanya menatapku tajam tanpa mengucap sepatah kata pun.*[Norak!] Sebuah pesan whatsapp masuk atas nama Bima.Mataku membesar saat membacanya. Aku yang duduk di bangku belakang mobil milik ayah langsung membalasnya.[K

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 78

    "Sudah mulai nakal kau rupanya, ya." Bang Haikal menyentil keningku dengan jemarinya. Membuat bibirku mengerucut dibuatnya."Makanya jangan menyuruhku yang bukan-bukan. Lebih baik aku mengurus sepuluh anak daripada memegang buku pelajaran," protesku.Dia tertawa kecil. "Kalau soal membantah, kau memang juaranya." Bang Haikal mengacak-acak rambutku.Aku tersenyum malu. Menganggap bahwa hal itu adalah suatu pujian, bukan lagi sebuah sindiran yang dia alamatkan untuk mengejekku seperti biasanya.*Siang ini aku menemani Dea ke toko buku. Tadi aku menghampirinya di kampus, lalu pergi bersama dengan Honda Brio merah-nya. Hal rutin yang sering kami lakukan saat bahan bacaan di rumah sudah habis.Dea terkikik geli saat aku menceritakan ide bang Haikal yang ingin kembali menyekolahkanku. Aku mencubit bahunya karena terus-terusan meledek, bahwa suamiku mungkin amnesia dan tak lagi mengenalku. Si bodoh yang ingin cepat-cepat lulus SMA agar bisa menikah dengan pria impiannya."Wanita yang baik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status