Share

Part 2

Author: Manda Azzahra
last update Last Updated: 2022-07-05 14:50:29

Namun tetap saja rasa kagum itu tak berkurang. Tanggung jawabnya sebagai seorang suami patut kuancungi jempol. Semua gaji dia serahkan untuk aku kelola. Padahal dia sendiri tahu bahwa uangku lebih banyak dari jumlah gaji yang dia hasilkan.

Sampai saat ini kami masih seperti orang asing yang tetap tidur di kamar terpisah. Dia masuk ke kamarku dan bermalam, hanya saat keluarga kami datang, dan mungkin menginap. Setelahnya kami tak lebih dari anak kost yang berdiam di masing-masing kamar.

*

Sore ini aku kembali menantinya pulang dari kantor. Kulihat sepeda motornya sudah memasuki halaman. Aku bergegas menyeduh teh manis yang airnya sudah aku panaskan sebelumnya.

Seperti biasa dia langsung duduk di meja makan dan menyeruput teh aroma melati itu. Aku ikut duduk di hadapannya. Menatap wajahnya dengan serius.

"Ada apa?" Dia tampak heran dengan sikapku.

Mataku mengerjab. Bingung harus mulai dari mana. Detik berikutnya dia mengangkat pergelangan tangan untuk melihat jam yang melingkarinya.

"Aku tepat waktu, kan? Kau tidak punya alasan lagi untuk curiga." Dia berucap penuh percaya diri untuk meyakinkanku.

Ya. Seperti itulah dia. Selalu berusaha menjaga sikap seolah-olah hubungan rumah tangga kami benar-benar harmonis dan normal seperti pasangan pada umumnya. Dia selalu menjaga perasaanku sebagai seorang istri. Baik itu sedang berdua ataupun di depan keluarga dan teman-temannya.

Tapi tetap saja aku tahu bahwa itu bukan cinta. Sedang hatinya lah yang paling aku butuhkan. Bukan sebuah kepura-puraan hanya demi membuatku merasa senang dan dihargai.

"Soal pembicaraan kemarin...." Aku ragu-ragu hendak mengucapkannya.

"Kenapa? Masih curiga? Aku bahkan tak lagi menyimpan nomornya. Kau bisa periksa sendiri." Dia merogoh ponsel dari kantong celana dan meletakkannya di atas meja.

Aku bergeming. Melihat benda itu sama saja membuka album kenangan antara dia dan Kania. Pasti masih ada sisa-sisa chat dan juga foto-foto kebersamaan mereka. Ini kali pertama suamiku menawari untuk melihat barang pribadinya itu.

"Tidak perlu." Aku berucap lirih. 

"Lalu? Ada apa soal kemarin?" Dia kembali menyeruput minumannya.

"Kita berpisah saja. Abang bisa bebas kembali bersamanya. Aku... sudah ikhlas."

Dia kembali menghela napas. Kali ini mata itu menatapku dengan serius. 

"Kau belum juga bisa bersikap dewasa. Selalu bertingkah kekanakan. Menganggap semuanya hanya sebagai permainan. Mau menikah tinggal menikah, begitu bosan tinggal bercerai. Apa semua itu begitu mudah bagimu, hingga tak ada beban saat kau mengucapkannya?"

Aku terdiam. Apa maksud ucapannya? Apa dia kembali berlagak menjadi korban seperti saat menikah dulu? Harusnya dia merasa senang dan menang. Bisa bebas menjalin hubungan dengan Kania seperti dulu lagi. 

Atau ini hanya sandiwara agar semua kesalahan kembali ditimpakan padaku? Ya, ya, ya. Aku yang memulai dan aku juga yang harus mengakhiri. Dia hanya korban dari keegoisanku yang selalu suka memaksa. Dia pasti akan mendapat simpati dari semua anggota keluarga yang akan menyalahkanku.

Tak apa. Aku terima. Karena sejak awal hanya akulah yang menginginkan pernikahan ini.

"Terserah abang mau bilang apa. Ceraikan saja aku. Abang bebas sekarang." Aku berucap tegas, lalu bangkit hendak meninggalkannya.

Dengan cepat dia menangkap tangan dan menahan langkah ini, lalu ikut berdiri tepat di hadapanku. Seketika mata kami saling beradu. Raut wajahnya tampak heran. Alisnya bertaut memandangku.

"Apa ini soal nafkah batin? Kalau itu alasanmu ingin bercerai, aku bisa berikan sekarang. Ayo kita lakukan!"

                            ~~~

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Indomie Jerukperas
baru kali ini aq menganggap heroine nya menyebalkan
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
baru baca 2 bab aja udah nyesek... cinta sendiri memang selalu menyakitkan
goodnovel comment avatar
Fahmi
Aku bisa berikan sekarang
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 83 (Ending)

    "Sudah kubilang itu bukan urusanmu. Kau semakin lancang, Bim. Aku tak mau punya teman sepertimu!" Kubuang muka, tanda tak terima dengan sikapnya."Aku mendengar pembicaraanmu saat di toko buku. Kenapa tak menurut saja? Suamimu bahkan ingin menjauh dengan kembali menyekolahkanmu." Ucapannya kini tak lagi kasar. Terkesan seperti memohon pengertian.Aku menelan ludah. Lalu beralih kembali menatap wajahnya. Begitukah cara dia mengungkapkan perasaannya? Sama sekali tak ada bedanya denganku. Egois dan selalu menggunakan berbagai cara."Kau mengikuti kami?" Aku langsung menebak.Dia sama sekali tidak menyangkal. Malah memandangku dengan sorot mata yang... mungkin meminta pengertian."Sikapmu sama sekali tidak mencerminkan mahasiswa terpelajar, Bim. Kau seperti....""Ya! Aku terlihat seperti orang gila, kan?!" Menggeram dia menebak ucapanku yang terhenti. "Aku sama sepertimu. Jatuh cinta pada orang yang salah."Mata itu kini

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 82

    Setelah menjalani proses yang memakan waktu cukup lama, akhirnya pengadilan memutuskan Kania bersalah. Dia dijatuhi hukuman dua tahun kurungan.Aku merasa lega, bukan hanya karena tindakan kekerasan yang dia lakukan terhadapku. Namun juga karena sikapnya yang selama ini terus menerus meneror batinku. Membuatku merasa tak layak dicintai oleh suamiku sendiri. Juga membuat bang Haikal selalu merasa rendah diri dan takut mencintai wanita sepertiku, meski telah sah menjadi isterinya.Masih kuingat dengan jelas wajah terakhir gadis itu sebelum petugas membawanya. Tak ada penyesalan terlihat di sana. Seolah apa yang dia lakukan bukanlah sesuatu yang salah. Di sidang-sidang sebelumnya pun dia selalu mengumpat jika sedang berpapasan denganku. Mengatakan kalau dia belum kalah, dan akan merebut kembali miliknya yang telah aku curi.Matanya jelas masih begitu berharap agar bisa bertemu lagi dengan suamiku. Memang selama sidang berlangsung, hanya sekali mantan kekasihnya itu

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 81

    "Jangan pedulikan ucapan mereka, Bang." Aku mulai merayu saat mendatangi suamiku di kamarnya. Aku membantu melepaskan kemeja yang tadi dia pakai.Entahlah. Masih canggung rasanya bagi kami untuk bersatu dan menempati kamar yang sama. Hingga kami masih harus saling menghampiri jika ada yang ingin dibicarakan."Sudah kubilang aku tak apa-apa." Bang Haikal tersenyum sembari memakai kaos oblong tipis untuk tidur. Lalu seenaknya membuka kancing dan resleting celana panjang, lalu menurunkannya tanpa pemberitahuan."Ish, Abang!" Tubuhku refleks berbalik memunggunginya. Malu jika melihat sesuatu yang sebenarnya sudah pernah aku rasakan."Kau kenapa?" Dia berjalan dengan suara yang kian mendekat."Kenapa buka celana di hadapanku?" Aku merengek."Kau ini aneh. Seperti tidak pernah melihatnya saja." Bang Haikal berjalan mendekati pintu dan menggantung celana panjang tadi. Kini dia sudah terlihat memakai celana pendek di bawah lutut."Tapi

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 80

    Bima tampak masih sangat tenang meski semua orang menatapnya. Ingin sekali rasanya aku mencekik lehernya karena telah membuat suamiku kembali memikirkan hal yang bukan-bukan tentang aku dan dia.Bang Haikal pasti berpikir kalau Bima masih menaruh perhatian dan mencari cara agar bisa mendekatkan diri denganku. Tanpa dia tahu, kini aku dan Bima terlibat selisih paham karena kekurang ajaran mahasiswa psikologi itu.Jika malam ini sampai terjadi masalah lagi di antara kami karena Bima, aku bersumpah akan melempar kaca jendelanya hingga pecah. Aku lelah dengan semua masalah yang seperti tidak ada habisnya."Wah, Bima baik sekali. Kau dengar itu, Dwi?" Ibu tampak lebih mengagumi pemuda itu dari sebelumnya. "Harusnya kau juga bersemangat seperti Bima. Bukannya kalian seumuran? Kau bisa mengejar ketertinggalan jika belajar bersama Bima."Aku mendesis pelan. Ibu seolah-olah masih menaruh harapan agar aku juga memiliki antusias seperti Bima. Menjadi anak perempuan

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 79

    Aku rasa sikapku selama ini terlalu kasar menghadapinya. Dari caranya menatapku tadi, seperti ingin menyapa dan menanyakan kabarku. Namun hal itu urung dia lakukan, karena Kania langsung menarik tangannya, dan menyeretnya menjauh dari kami.Tak lama kulihat sebuah mobil Daihatsu Sigra berhenti menghampiri mereka. Lalu gadis yang masih menatapku dengan penuh kebencian itu menghilang bersama ibunya saat mobil itu melintasi dan meninggalkan tempat."Singgah ke rumah, ya, Dwi. Biar nanti Haikal suruh menjemputmu di rumah." Ibu merangkulku hendak menuju mobil.Aku melirik Bima sekilas."Iya, Bu. Bang Haikal pasti akan bergegas menjemput jika tahu aku tidak di rumah." Sengaja aku bicara berlebihan agar Bima tahu bahwa hubungan rumah tanggaku tak seperti yang dia pikirkan.Dia hanya menatapku tajam tanpa mengucap sepatah kata pun.*[Norak!] Sebuah pesan whatsapp masuk atas nama Bima.Mataku membesar saat membacanya. Aku yang duduk di bangku belakang mobil milik ayah langsung membalasnya.[K

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 78

    "Sudah mulai nakal kau rupanya, ya." Bang Haikal menyentil keningku dengan jemarinya. Membuat bibirku mengerucut dibuatnya."Makanya jangan menyuruhku yang bukan-bukan. Lebih baik aku mengurus sepuluh anak daripada memegang buku pelajaran," protesku.Dia tertawa kecil. "Kalau soal membantah, kau memang juaranya." Bang Haikal mengacak-acak rambutku.Aku tersenyum malu. Menganggap bahwa hal itu adalah suatu pujian, bukan lagi sebuah sindiran yang dia alamatkan untuk mengejekku seperti biasanya.*Siang ini aku menemani Dea ke toko buku. Tadi aku menghampirinya di kampus, lalu pergi bersama dengan Honda Brio merah-nya. Hal rutin yang sering kami lakukan saat bahan bacaan di rumah sudah habis.Dea terkikik geli saat aku menceritakan ide bang Haikal yang ingin kembali menyekolahkanku. Aku mencubit bahunya karena terus-terusan meledek, bahwa suamiku mungkin amnesia dan tak lagi mengenalku. Si bodoh yang ingin cepat-cepat lulus SMA agar bisa menikah dengan pria impiannya."Wanita yang baik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status