Share

15c

“Ndhuk, kamu sudah sadar, Ndhuk?”

Intan mengerjapkan matanya. Tampak samar-samar wajah buliknya duduk di sisi ranjang sedang menatapnya.

“Ayo sarapan dulu. Kamu belum sarapan, jadinya masuk angin. Nanti habis mandi, bulik dandani, biar agak seger,” titah Bu Ratni, adiknya ibu Intan.

Intan makin tidak mengerti. Orang-orang ini bicara apa. Apakah dia masih di bawah alam sadarnya? Tetapi dia sadar, dia harus kuat jika hendak bertanya. Dengan badan tak bertenaga seperti ini, dia tak berdaya. Bahkan, bicarapun lidah terasa kelu.

“Sarapan dulu, Dik Intan.” Lastri meletakkan sepiring nasi dengan lauk di meja belajar, yang terletak di sebelah ranjang Intan.

Bulik Ratni membantu Intan duduk.

“Kamu mesti kangen nasi urap kan?”

Intan mendelik. Emang dia hidup dimana, bisa kangen nasi urap. Kalau pun kangen juga bisa bikin sendiri, gampang.

Mungkin, buliknya pikir, Jakarta itu semacam luar angkasa, yang nggak nemu kelapa parut. Jadi bikin urap saja sulit.

Intan menyendok nasi lauk urap da
Заблокированная глава
Продолжайте читать эту книгу в приложении
Комментарии (4)
goodnovel comment avatar
sri ning
ni cerita kocak abis, tp penasaran kan
goodnovel comment avatar
Yanyan
knp hrs senasib dgn sekar ya.. cuma beda versi..
goodnovel comment avatar
Alvin Subeki
Seru ini mah seru
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status