Beranda / Romansa / JODOH TAK TEPAT WAKTU / 10. KONFLIK RUMAH TANGGA

Share

10. KONFLIK RUMAH TANGGA

Penulis: Herofah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-10 19:44:58

Sudah dua hari berlalu tanpa Fahri dan Adel saling bertemu karena kesibukan Adel yang harus melakukan pemotretan keluar kota.

Rencananya malam ini Adel akan pulang.

Setelah menyantap makan malamnya seorang diri, Fahri langsung beranjak ke kamar untuk mengecek beberapa laporan yang harus dia tanda tangani.

Fahri baru saja memasuki kamarnya ketika dia mendengar suara deru mesin mobil yang berasal dari arah bawah halaman depan rumahnya.

Kebetulan kamar Fahri dan Adel yang terletak di lantai dua itu memiliki jendela yang mengarah ke halaman depan pekarangan rumah mereka yang luas.

Saat itu Fahri melihat sebuah mobil mewah terparkir di halaman utama kediamannya. Seorang lelaki keluar dari arah kemudi dan membukakan pintu mobil disebelahnya yang dihuni oleh seorang perempuan cantik yang tak lain adalah Adelia, istrinya.

Sebelum pergi ke duanya sempat bercakap di dekat mobil terparkir, lalu si lelaki sempat mengecup pipi kanan dan kiri Adel sebelum beranjak masuk ke dalam mobilnya.

Fahri masih di sana, melihat semua adegan itu dengan mata kepalanya sendiri.

Selang beberapa menit, Adel masuk ke dalam kamar. Dia tersenyum melihat sang suami sedang berkutat dengan layar laptop di dalam kamar mereka.

"Goodnight dear..." sapa Adel manja. Dia mendekati Fahri seraya membungkukkan badan dan mengalungkan ke dua tangannya di leher Fahri. Dikecupnya pipi kiri Fahri sekilas. "Kamu udah makan, Beb?" tanya Adel yang masih bertahan pada posisinya.

"Udah, aku udah makan," jawab Fahri singkat dan tak sama sekali mengalihkan pandangannya dari layar laptop.

Merasa ada yang tidak beres, Adel pun menjauh. Dia berkacak pinggang dengan menyandarkan bokongnya di atas meja kerja Fahri. Ditatapnya Fahri lekat-lekat. "Kamu sakit, Beb?" tanya Adel kemudian.

Fahri menghentikan sejenak aktifitasnya, dia menatap wajah Adel yang saat itu terpulas make up tebal dengan warna lipstik merah menyala.

"Aku nggak apa-apa. Cuma kerjaanku lagi banyak di kantor dan besok pagi-pagi banget aku ada meeting dengan klien dari luar negeri," jawab Fahri apa adanya. Entah kenapa, melihat kemesraan antara Adel dengan lelaki tadi yang tak dia kenal membuat mood Fahri langsung hancur berantakan. Padahal sebelumnya dia sangat menantikan kepulangan Adel dari luar kota. Dia sangat merindukan istrinya itu.

"Oh, begitu," jawab Adel sedikit lega. Wanita itu tersenyum nakal. Dia melempar tas tangannya ke sofa dan membuka blouse yang dia kenakan saat itu. Menyisakan sebuah bra merah jambu dengan motif renda yang manis dan g-string warna senada yang memiliki tali-tali hingga ke pinggang.

"Liat deh, underwearku, bagus nggak? Ini keluaran terbaru loh?" seru Adel sambil berlenggak lenggok mempertontonkan kemolekan tubuhnya dihadapan Fahri.

Tubuh seksi milik Adel memang sempurna. Hanya saja, melihat apa yang kini ada dihadapannya, Fahri jadi teringat pada foto-foto Adel yang diperlihatkan sang Mamih kepadanya lusa kemarin.

Dan hal itu nyaris membuat emosi Fahri kian terpancing.

Tak ingin memancing keributan, akhirnya Fahri memilih untuk langsung beristirahat bahkan tanpa dia menghiraukan Adel saat itu.

Melihat sikap cuek Fahri malam ini, jelas hati Adel jadi bertanya-tanya hingga setelahnya dia pun menghampiri Fahri di tempat tidur.

"Kamu kenapa sih Beb? Kalau ada masalah bilang? Baru juga aku pulang langsung dicemberutin! Nyebelin banget sih!" omel Adel keki. Dia meraih jubah mandi di lemari dan memakainya untuk menutupi tubuhnya yang setengah telanjang itu.

Apa yang dikatakan Adel ada benarnya juga. Fahri tidak bisa memendam hal ini sendirian tanpa meminta konfirmasi lebih lanjut dari sang istri.

"Maaf," ucap Fahri menyadari kesalahannya. Lelaki itu terduduk di sisi tempat tidur tepat disebelah Adel dan meraih tangan Adel ke dalam genggamannya.

"Tadi itu yang mengantar kamu pulang siapa?" tanya Fahri dengan suaranya yang lembut.

"Itu Mas Damar, asisten baruku penggantinya Kinanti," jawab Adel apa adanya.

"Memang Kinanti kemana? Kamu ganti asisten kenapa nggak ngomong sama aku?"

"Cuma sementara kok. Kebetulan Kinanti ada keperluan mendadak yang mengharuskan dia pulang kampung selama satu bulan ini, makanya dia rekomendasiin Damar buat gantiin kerjaan dia sementara karena dia tahu aku sama Damar udah kenal deket," jelas Adel yang mulai mengerti alasan di balik sikap cuek Fahri malam ini. Sepertinya suaminya itu sedang cemburu.

"Memang Damar siapa? Aku kok nggak tau ya kamu punya teman dekat yang namanya Damar?" tanya Fahri lagi.

Diam-diam Adel mengulum senyum. Fix, Fahri memang cemburu, pikirnya membatin.

"Damar itu tetangga flatku di Paris, dia temen kuliahnya Kinanti,"

Fahri hanya ber-oh panjang.

"Kamu cemburu ya?" todong Adel tiba-tiba.

Fahri menatap Adel lekat. "Wajarkan kalau aku cemburu? Akukan suami kamu,"

Mendengar jawaban polos Fahri, Adel jadi tertawa. "Perlu kamu tahu ya Beb, aku tahu budaya kehidupan masyarakat Paris dan Indonesia itu berbeda. Jadi aku mau tekankan sama kamu, kalau ngeliat aku sama Damar sekedar peluk dan cipika-cipiki doang sih itu udah biasa, nggak perlulah kamu cemburu-cemburu,"

Fahri melepas genggaman tangannya dan meraih ponselnya yang tergeletak di nakas. Dia membuka galeri dan memperlihatkan beberapa foto panas Adel yang diberikan sang Mamih tempo hari.

"Kalau melihat hal ini, aku berhakkan cemburu atau mungkin marah," tegas Fahri dengan wajah yang terlihat jengkel.

Adel mengambil alih ponsel suaminya untuk melihat lebih jelas foto-foto yang diperlihatkan Fahri padanya hingga setelahnya tawa Adel kembali pecah.

"Ya ampun, Fahri. Ini tuh foto lama. Foto ini di ambil sewaktu aku masih kuliah di Paris. Malah belum kenal juga sama kamu," ucap Adel di sisa tawanya. Dia mengembalikan ponsel itu ke tangan suaminya.

Fahri menghela napas berat. "Tapi Mamih sudah tahu malah dia yang kirimin ke aku semua foto-foto itu,"

"Terus?" tanya Adel dengan kerutan di keningnya yang tampak menjelas.

"Ya Mamih ceramahin aku panjang lebar ini itu, dia bilang aku harus tegas sebagai suami dengan nggak membiarkan kamu berpose telanjang begitu. Kamu tahukan Mamihku itu orang yang cukup mengerti akan norma-norma agama,"

Mendengar kalimat Fahri emosi Adel kian terpancing. Senyuman yang tadinya masih merekah hilang tak berbekas.

"Sebelum kita menikah, kamu sudah tahu apa profesi aku. Jadi aku harap, kamu nggak usah terlalu ikut campur masalah pekerjaan aku apalagi harus ngatur ini-itu! Bertahun-tahun jadi model majalah di luar negeri, orang tuaku aja nggak pernah komentar ini-itu. Mamih kamu aja yang ribet!" bantah Adel tidak terima. Dia memalingkan wajah sambil bersidekap.

"Kok kamu bicara seperti itu tentang Mamih aku? Apa salah sebagai orang tua dia mengingatkan anaknya untuk tetap berjalan di jalan yang benar? Memberi nasihat pada menantunya supaya tidak melampaui batas dalam pekerjaannya?"

"Ya tapikan seharusnya kamu bisa memberi Mamih kamu pengertian! Sebagai seorang model aku harus profesional dengan nggak memilih-milih pekerjaan. Kalau aku banyak pilih-pilih kerjaan ini itu, nggak mungkin karir aku bisa sebagus ini sekarang!"

"Aku nggak perduli sama karir kamu. Yang aku tahu kamu itu sekarang istri aku, Del. Dan aku cuma mau bilang sama kamu, kalau sampai aku tahu setelah kita menikah kamu masih menerima pekerjaan seperti ini, aku nggak akan ijinkan kamu bekerja lagi. Ingat itu!" ancam Fahri dengan nada tegas. Lelaki itu menarik selimut dan beringsut ke atas tempat tidur. "Udah dulu, aku mau tidur. Kamu juga istirahat ya," lanjutnya kemudian.

Fahri tahu jika diteruskan pembicaraan ini pasti akan memancing keributan yang lebih besar. Adel itu keras kepala, semakin dikerasi dia pasti akan semakin melawan. Untuk itulah Fahri memilih untuk tidak melanjutkan percakapan mereka dengan dalih ingin tidur.

Adel masih belum beranjak dari sisi tempat tidur.

Ancaman Fahri membuatnya kesal sekaligus takut.

Sebab, dia baru saja menandatangani kontrak untuk pemotretan majalah dewasa lusa nanti.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • JODOH TAK TEPAT WAKTU   84. EPILOG

    "Bang, ada yang nyariin tuh di luar," ucap seorang lelaki berseragam pegawai minimarket pada rekan kerjanya yang bernama Albani."Siapa?" Tanya Albani yang saat itu sedang istirahat makan siang."Nggak tau, cewek, cantik pake hijab,"Kening Albani berkerut samar. Lelaki itu lekas menyudahi acara makan siangnya untuk segera menemui sang tamu.Dan Albani menjadi terkejut saat dia mengetahui siapa wanita yang dimaksud rekan kerjanya tadi.Dia Adel.Istri dari lelaki bernama Fahri Hendrawan.*****Enam jam berlalu, Albani sudah selesai bekerja dan berniat untuk mendatangi lokasi yang dijanjikan Adel tadi siang.Sebuah cafe elit di pusat kota Jakarta."Ada apa Mba?" Tanya Albani to the point begitu Adel menyuruhnya duduk.Mereka duduk berhadapan di salah satu meja di dalam cafe bernuansa cozy itu."Saya mau tanya, apa benar Rindu istri kamu itu seorang penulis?" Tanya Adel saat itu

  • JODOH TAK TEPAT WAKTU   83. BERSAMA KITA BISA

    Hari-hari berlalu.Musim berganti dengan cepat.Waktu berputar bagai anak panah yang melesat dari busurnya.Waktu tiga tahun yang Fahri dan Rindu lalui bersama dalam kesederhanaan nyatanya lebih membahagiakan ketimbang mereka harus hidup dengan bergelimang harta dan kemewahan.Fahri mengawali karirnya dengan bekerja sebagai salah satu karyawan HRD di sebuah perusahaan di Jakarta.Sementara Rindu kembali fokus menekuni dunia literasi.Sejauh ini Rindu sudah berhasil merampungkan lima belas karya yang kesemuanya adalah novel bertema drama rumah tangga.Nama Rindu kini sudah banyak dikenal orang banyak dan pundi-pundi rupiah pun mengalir tiada henti dari semua naskahnya yang laris di pasaran.Bahkan ada beberapa naskah Rindu yang sudah dilirik oleh produser film untuk diangkat menjadi film layar lebar.Berkat kegigihan dan kesabaran mereka, lambat laun, perekonomian mereka yang sulit pun membaik dan kini R

  • JODOH TAK TEPAT WAKTU   82. MEMULAI SEMUA DARI TITIK NOL

    Semua dilakukan serba cepat.Prosesi pemakaman Azzura berlangsung khidmat.Azzura dikuburkan bersebelahan dengan makam sang Ibu, Adelia Kartika Wibowo.Saat itu, dari luar Fahri memang terlihat tegar bahkan tak ada satu tetes pun air matanya yang mengalir keluar.Dan hanya Rindu satu-satunya orang yang tahu bagaimana sejatinya perasaan sang suami saat ini.Sesungguhnya Fahri begitu rapuh.Bahkan sejak lelaki itu kembali ke Indonesia dengan membawa serta jenazah Azzura, Fahri tak sama sekali bicara. Lelaki itu diam membisu dalam duka yang menyelimuti hatinya.Kepergian Azzura benar-benar menjadi pukulan telak bagi Fahri yang membawa dirinya pada titik terendah kehidupan.Mungkin, jika tidak ada Rindu di sisinya, Fahri sendiri tidak tahu apakah dirinya masih bisa melanjutkan hidup atau tidak.Pemakaman selesai pagi itu.Awan mendung yang sudah menggelayuti langit Kota Jakarta sejak tadi malam seo

  • JODOH TAK TEPAT WAKTU   81. BERITA BURUK

    Fahri sampai di Singapura setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan.Lelaki itu harusnya beristirahat sejenak di apartemen, tapi dia tak melakukannya karena terlalu khawatir akan kondisi Azzura.Jadilah, sesampainya di Bandar Udara International Changi Singapura, Fahri langsung on the way menuju rumah sakit tempat Azzura menjalani kemo.Tak membutuhkan waktu lama untuk Fahri sampai di rumah sakit.Fahri kembali mengecek ponselnya sekali lagi saat telepon dan seluruh pesan yang dia kirimkan pada sang Papih dan Mamihnya tak kunjung ada jawaban.Mendadak, perasaan cemas menggelayuti hati Fahri.Fahri berjalan dengan langkah tergesa menuju lokasi di mana Azzura berada, namun dia tak mendapati sesiapapun di sana.Tak ada Azzura maupun kedua orang tuanya.Fahri bertanya pada suster rumah sakit dan lelaki itu terkejut bukan main saat sang suster mengatakan bahwa pasien bernama Azzura semalam mengalami kejang dan

  • JODOH TAK TEPAT WAKTU   80. PERTEMUAN YANG SINGKAT

    "Maafkan aku Rindu. Mungkin karena aku kemarin sempat mengganti nomor, makanya aku terlambat mengetahui informasi tentang kaburnya Surya dan Romy dari kepolisian Kalimantan," ucap Fahri saat kini dirinya dan Rindu sudah keluar dari ruangan rawat Bisma.Pasca pertemuannya dengan Januar tadi, Fahri sebenarnya ingin sekali memberi Januar pelajaran atas perlakuannya terhadap Rindu. Namun sayang dia tak mungkin melakukan hal itu di hadapan Bisma yang sedang sakit.Saat ini Fahri dan Rindu sedang berbincang di dalam ruangan rawat Yanti. Azam baru saja tertidur karena waktu yang memang sudah larut.Fahri terpaksa berbohong pada Azzura agar diizinkan untuk pergi ke Indonesia karena lelaki itu terlalu mengkhawatirkan kondisi Rindu.Sekarang, semua sudah aman.Fahri bisa lebih tenang. Itulah sebabnya dia harus lekas kembali ke Singapura."Sudah tidak apa-apa. Semuanya sudah terjadi. Besok sebelum berangkat ke Singapur, ada baiknya kamu tem

  • JODOH TAK TEPAT WAKTU   79. BERTEMU JANUAR

    Setelah insiden yang terjadi di Basemen rumah sakit dua hari yang lalu, kini Bisma sudah mendapat perawatan intensif pasca operasi akibat perut kirinya yang tertembus timah panas oleh Surya.Sementara Surya sendiri dinyatakan meninggal di lokasi kejadian saat Bisma berhasil melawan dengan balik menembak Surya. Tembakan Bisma tepat mengenai jantung Surya, itulah sebabnya Surya langsung menghembuskan nyawanya detik itu juga.Setidaknya, kini Rindu bisa bernapas lega setelah memastikan Romy dibekuk oleh polisi dan mendapat hukuman atas tindakannya yang telah berani kabur dari penjara. Romy dijatuhi hukuman pidana seumur hidup atas tindakannya tersebut.Rindu yang merasa berhutang budi pada Bisma kini harus membagi waktu yang dimilikinya untuk menjaga Yanti dan Bisma secara bergantian.Untungnya, ruangan rawat Bisma dengan Yanti tidak terlalu jauh, jadi Rindu bisa bulak-balik kapan pun dirinya mau.Pagi itu, sehabis mengantar Azam ke sekolah

  • JODOH TAK TEPAT WAKTU   78. INSIDEN DI BASEMEN

    "Hai, Rindu? Apa kabar?" Tanya seorang lelaki yang mengantri di belakang Rindu saat wanita itu hendak membayar di kasir minimarket.Rindu pun menoleh dan terkejut, meski setelahnya sebuah senyuman lebar mengembang di wajah cantiknya. "Bisma?" Pekik Rindu tak percaya. Sebab sepengetahuannya, Bisma sudah kembali ke Kalimantan."Kamu sejak kapan di Jakarta?" Tanya Rindu saat kini dirinya dan Bisma sudah keluar dari minimarket. Mereka hendak berjalan menuju ruang rawat Yanti."Sudah dari satu minggu yang lalu,""Oh begitu, kenapa tidak memberi kabar?" Tanya Rindu lagi."Maaf, aku sibuk dengan pekerjaan dan harus merawat Ibuku juga yang sedang sakit," Bisma jadi terkekeh, merasa tidak enak. Meski alasan utama seorang Bisma kembali ke Jakarta karena selain harus merawat Ibunya yang sedang sakit, namun Bisma juga ingin mengetahui lebih lanjut hubungan yang terjalin antara Rindu dan Fahri sejauh ini.Jika memang pada kenyataannya Rindu d

  • JODOH TAK TEPAT WAKTU   77. SEPASANG MATA YANG MENGINTAI

    Apakah sampai detik ini ada orang yang mampu menjawab tentang pertanyaan, mengapa waktu berlalu begitu cepat saat kita merasa bahagia dan sebaliknya, mengapa waktu seakan berlalu begitu lambat saat kita melaluinya dalam duka dan penderitaan?Seperti halnya yang kini dialami seorang Fahri.Orang tua mana yang tidak terluka saat mengetahui anaknya sakit?Terlebih, jika sang anak yang baru berusia enam tahun itu didiagnosis Leukimia atau Kanker Darah.Bagai disambar petir, anak yang begitu cantik dan pintar harus menanggung kesakitan di usianya yang masih kecil.Sesungguhnya Fahri begitu terpukul seolah dia merasakan sakit yang kini harus di derita sang anak selama menjalani proses pengobatan dan kemoterapi atas penyakitnya.Dokter mengatakan, pengambilan sumsum tulang belakang yang baru saja dijalani oleh Azzura saat ini memang rasanya sangat menyakitkan.Tapi, melihat semangat Azzura untuk sembuh, mengubur semua kesedihan

  • JODOH TAK TEPAT WAKTU   76. THE JAVU

    Hari ini, Fahri dan Rindu sudah packing hendak berangkat untuk persiapan mereka berangkat ke Singapura.Seluruh barang bawaan sudah dikemas rapi di dalam koper.Fahri sedang mengajak Azzura menemui Oma dan Opanya untuk berpamitan sementara Rindu menunggu kepulangan Fahri di hotel bersama Azam dan Yanti.Azam yang saat itu terus saja ngambek karena tak ingin ikut ke Singapura.Rindu dengan sabar berusaha memberi pengertian pada Azam."Memangnya kenapa sih Azam kok nggak mau banget ikut Mama dan Papah ke Singapura? Kan di sana nanti Azam bisa jalan-jalan sama Nenek. Kita naik pesawat kayak waktu itu," ucap Rindu yang sejak tadi sibuk merayu Azam yang terus cemberut.Azam tak menyahut. Bibirnya mengerucut dengan kedua tangan yang bersidekap di depan dada."Masalah sekolah, Mama sudah bilang ke Ibu Guru Azam dan mereka sudah memberi izin, jadi Azam nggak perlu takut dimarahi. Sekarang semua sudah serba canggih. Azam bisa tet

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status