Share

9. MAKE A WISH

Penulis: Herofah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-20 05:54:33

Malam itu Rindu tidak bisa tidur.

Waktu sudah menunjukkan hampir pukul dua belas malam namun sang suami tak kunjung pulang.

Bahkan setelah percakapan anehnya di telepon dengan seorang wanita yang memakai nomor ponsel suaminya, selepas maghrib tadi, membuat hati Rindu semakin dibuat gelisah.

Bagaimana tidak, jika ponsel suami kita tiba-tiba saja dipegang oleh seorang wanita tak dikenal, istri manapun pasti langsung curiga, tak terkecuali Rindu.

Setelah puas mundar-mandir seperti setrikaan di teras kontrakan menunggu kepulangan Albani, Rindu pun memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dan membenamkan tubuhnya di balik selimut di ruang tamu.

Padahal di luar tidak hujan, tapi entah kenapa Rindu merasa tubuhnya menggigil.

Beberapa menit berlalu, kelopak mata Rindu sudah terpejam, namun suara deritan pintu yang terbuka membuat Rindu kembali terjaga.

Saat Rindu membuka mata, didapatinya keadaan kontrakan begitu gelap.

Apa iya mati lampu?

Pikir Rindu membatin seraya menyalakan cahaya ponselnya.

Seberkas sinar dari arah ruang tamu tampak setelahnya diiringi dengan suara nyanyian seorang lelaki.

Seorang lelaki yang masuk ke dalam kamar dengan membawa chocolate cake di tangannya.

Laki-laki itu mengenakan topi badut dengan wajah yang memakai topeng seperti badut.

Cahaya lilin menyinari kamar gelap kontrakan itu, menyala dari atas kue coklat yang dibawa si lelaki bertopi badut tadi.

"Happy birthday Rindu, Happy birthday Rindu, Happy birthday-Happy birthday, Happy birthday Rindu..." nyanyian itu terus terdengar dari mulut si lelaki.

Rindu yang masih dalam keadaan setengah sadar tentu terkejut bukan main mendapat surprise kecil-kecilan dari sang Suami di hari kelahirannya.

Bahkan Rindu sendiri tidak ingat kalau ini adalah hari ulang tahunnya.

"Mas?" gumam Rindu masih dengan tatapan tidak percaya.

Albani berlutut dan mendekati kue ulang tahun di tangannya ke arah wajah Rindu yang saat itu masih dalam posisi duduk di atas kasur lantai di dalam kamar mereka.

"Selamat ulang tahun istriku tersayang, semoga panjang umur, sehat selalu, murah rejekinya dan tambah sayang sama aku," doa Albani tersenyum sumringah.

Rindu langsung mengamini semua doa-doa suaminya.

"Ayo make a wish dulu, baru tiup lilinnya," perintah Albani kemudian.

Rindu pun memejamkan mata dan berharap sesuatu dalam hati hingga setelahnya dia meniup semua lilin-lilin di atas kue ulang tahunnya.

Rindu tersenyum penuh haru dan langsung meraih Albani ke dalam pelukan.

"Makasih ya Mas, aku pikir kamu kemana tadi, sampai tengah malem begini belum pulang, ternyata..." oceh Rindu setengah merajuk.

Albani membalas pelukan sang istri sambil tertawa, hingga tiba-tiba Rindu melepas cepat pelukan mereka dan menatap instens ke dalam mata Albani dalam remangnya kamar mereka saat itu.

"Kamu dapat uang darimana bisa beli kue ulang tahun begini?" tanya Rindu cepat karena setahu dia, Albani tidak memiliki uang saat dirinya hendak pergi ke kantor tadi.

Sejauh ini segala bentuk keuangan rumah tangga semuanya Rindu yang memegang. Albani akan meminta uang pada sang istri jika dia memang kepepet saja. Selebihnya Albani tak pernah mau menerima pemberian Rindu bahkan hanya untuk sekedar pegangan makan. Albani akan makan seadanya, apa makanan yang tersedia di kontrakan yang telah di masak oleh Rindu untuknya.

"Aku jual Hpku, tukar dengan Hp jadul," jelas Albani kemudian.

"Ya ampun, Mas. Kenapa sih harus memaksakan diri kalau memang nggak ada. Terus cewek yang tadi angkat telepon aku itu siapa? Orang yang beli Hp kamu?" tanya Rindu lagi masih penasaran.

Albani pun mengangguk.

Rindu mendesah lega. Ternyata kecurigaannya tidak terbukti.

"Aku mau minta maaf atas keegoisanku tadi pagi. Aku sadar kalau aku salah," kata Albani lagi setelah dia menaruh kue ditangannya ke lantai.

Saat itu Albani tampak mengeluarkan sesuatu dari balik saku hoodienya.

Sebuah kalung perak.

Lelaki itu beranjak sesaat dari sisi Rindu untuk menyalakan lampu dan memperlihatkan kalung ditangannya pada sang istri.

"Maaf cuma bisa belikan kamu perhiasaan abal-abal, nanti kalau aku sudah bekerja, aku akan belikan yang betulan," ucap Albani terdengar putus asa.

Rindu meraih tangan Albani dan menggenggamnya. "Aku nggak butuh perhiasan mewah untuk bisa bahagia. Dengan adanya kamu di samping aku dalam keadaan sehat walafiat aja, itu udah lebih dari cukup buat aku, Mas..." balas Rindu dengan penuh kejujuran.

Albani mengenakan kalung perak itu di leher Rindu yang menyambutnya dengan penuh antusias.

"Makasih ya Mas, kalungnya bagus, aku suka," kata Rindu lagi.

Mereka kembali berpelukan sejenak.

"Gimana tadi di kantor? Kamu kena marah nggak sama bos kamu?" tanya Albani mendadak kepo saat mereka kini sudah sama-sama merebahkan diri di atas kasur.

Rindu menggeleng cepat. "Nggak dong," jawabnya bangga.

Albani mengerutkan kening. "Serius?" tanyanya tak yakin.

"Iya, bener. Ternyata bosku itu orangnya baik banget, Mas. Malah tadi itu gara-gara aku telat sarapan terus perut aku rada mual gitukan ya, eh pas di dalam ruangan Pak Bos, aku malah muntah, mana kena jas kerjanya, coba itu? Kalau sama bos lain mungkin aku udah di pecat kali, eh sama dia aku malah di suruh istirahat," cerita Rindu panjang lebar.

"Jadi kamu sakit?" potong Albani cepat. Ekspresinya tampak khawatir, bahkan dia langsung mengecek suhu badan Rindu dengan punggung tangannya saat itu.

"Aku udah baikan kok sekarang," jawab Rindu berusaha menutupi padahal sebenarnya dia masih merasa kurang sehat. Rindu hanya tak ingin Albani merasa lebih cemas. Bisa-bisa besok dia tidak diizinkan bekerja.

"Syukurlah kalau bos kamu baik. Aku jadi tenang di rumah," ucap Albani kemudian. "Btw, tadi kamu berdoa apa pas make a wish?"

Rindu terdiam sejenak, lalu mendekatkan wajahnya ke Albani seraya berbisik, "aku bilang ke Tuhan kalau aku sayang banget sama kamu Mas. Aku berterima kasih sama Tuhan yang sudah mempertemukan kita dan menjadikan kita sepasang suami istri. Aku berterima kasih sama Tuhan karena sudah menciptakan kamu ke dunia, terus..." Rindu menggantung kalimatnya dan menatap dalam ke mata Albani.

"Terus apa?" tanya Albani tidak sabar. Keduanya saling menatap satu sama lain. Saling mengekspresikan kasih sayang dari pancaran mata mereka masing-masing.

"Terus, aku berharap Tuhan kasih kesempatan untuk kita hidup sama-sama sampai kita tua. Sampai anak-anak kita dewasa. Sampai rambut kita memutih sama-sama. Aku nggak mau kehilangan kamu, Mas..." mata bening Rindu mendadak berlinang air mata.

Albani langsung mendekap tubuh Rindu erat disertai kata amin berkali-kali yang keluar dari mulutnya.

Dia terharu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • JODOH TAK TEPAT WAKTU   84. EPILOG

    "Bang, ada yang nyariin tuh di luar," ucap seorang lelaki berseragam pegawai minimarket pada rekan kerjanya yang bernama Albani."Siapa?" Tanya Albani yang saat itu sedang istirahat makan siang."Nggak tau, cewek, cantik pake hijab,"Kening Albani berkerut samar. Lelaki itu lekas menyudahi acara makan siangnya untuk segera menemui sang tamu.Dan Albani menjadi terkejut saat dia mengetahui siapa wanita yang dimaksud rekan kerjanya tadi.Dia Adel.Istri dari lelaki bernama Fahri Hendrawan.*****Enam jam berlalu, Albani sudah selesai bekerja dan berniat untuk mendatangi lokasi yang dijanjikan Adel tadi siang.Sebuah cafe elit di pusat kota Jakarta."Ada apa Mba?" Tanya Albani to the point begitu Adel menyuruhnya duduk.Mereka duduk berhadapan di salah satu meja di dalam cafe bernuansa cozy itu."Saya mau tanya, apa benar Rindu istri kamu itu seorang penulis?" Tanya Adel saat itu

  • JODOH TAK TEPAT WAKTU   83. BERSAMA KITA BISA

    Hari-hari berlalu.Musim berganti dengan cepat.Waktu berputar bagai anak panah yang melesat dari busurnya.Waktu tiga tahun yang Fahri dan Rindu lalui bersama dalam kesederhanaan nyatanya lebih membahagiakan ketimbang mereka harus hidup dengan bergelimang harta dan kemewahan.Fahri mengawali karirnya dengan bekerja sebagai salah satu karyawan HRD di sebuah perusahaan di Jakarta.Sementara Rindu kembali fokus menekuni dunia literasi.Sejauh ini Rindu sudah berhasil merampungkan lima belas karya yang kesemuanya adalah novel bertema drama rumah tangga.Nama Rindu kini sudah banyak dikenal orang banyak dan pundi-pundi rupiah pun mengalir tiada henti dari semua naskahnya yang laris di pasaran.Bahkan ada beberapa naskah Rindu yang sudah dilirik oleh produser film untuk diangkat menjadi film layar lebar.Berkat kegigihan dan kesabaran mereka, lambat laun, perekonomian mereka yang sulit pun membaik dan kini R

  • JODOH TAK TEPAT WAKTU   82. MEMULAI SEMUA DARI TITIK NOL

    Semua dilakukan serba cepat.Prosesi pemakaman Azzura berlangsung khidmat.Azzura dikuburkan bersebelahan dengan makam sang Ibu, Adelia Kartika Wibowo.Saat itu, dari luar Fahri memang terlihat tegar bahkan tak ada satu tetes pun air matanya yang mengalir keluar.Dan hanya Rindu satu-satunya orang yang tahu bagaimana sejatinya perasaan sang suami saat ini.Sesungguhnya Fahri begitu rapuh.Bahkan sejak lelaki itu kembali ke Indonesia dengan membawa serta jenazah Azzura, Fahri tak sama sekali bicara. Lelaki itu diam membisu dalam duka yang menyelimuti hatinya.Kepergian Azzura benar-benar menjadi pukulan telak bagi Fahri yang membawa dirinya pada titik terendah kehidupan.Mungkin, jika tidak ada Rindu di sisinya, Fahri sendiri tidak tahu apakah dirinya masih bisa melanjutkan hidup atau tidak.Pemakaman selesai pagi itu.Awan mendung yang sudah menggelayuti langit Kota Jakarta sejak tadi malam seo

  • JODOH TAK TEPAT WAKTU   81. BERITA BURUK

    Fahri sampai di Singapura setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan.Lelaki itu harusnya beristirahat sejenak di apartemen, tapi dia tak melakukannya karena terlalu khawatir akan kondisi Azzura.Jadilah, sesampainya di Bandar Udara International Changi Singapura, Fahri langsung on the way menuju rumah sakit tempat Azzura menjalani kemo.Tak membutuhkan waktu lama untuk Fahri sampai di rumah sakit.Fahri kembali mengecek ponselnya sekali lagi saat telepon dan seluruh pesan yang dia kirimkan pada sang Papih dan Mamihnya tak kunjung ada jawaban.Mendadak, perasaan cemas menggelayuti hati Fahri.Fahri berjalan dengan langkah tergesa menuju lokasi di mana Azzura berada, namun dia tak mendapati sesiapapun di sana.Tak ada Azzura maupun kedua orang tuanya.Fahri bertanya pada suster rumah sakit dan lelaki itu terkejut bukan main saat sang suster mengatakan bahwa pasien bernama Azzura semalam mengalami kejang dan

  • JODOH TAK TEPAT WAKTU   80. PERTEMUAN YANG SINGKAT

    "Maafkan aku Rindu. Mungkin karena aku kemarin sempat mengganti nomor, makanya aku terlambat mengetahui informasi tentang kaburnya Surya dan Romy dari kepolisian Kalimantan," ucap Fahri saat kini dirinya dan Rindu sudah keluar dari ruangan rawat Bisma.Pasca pertemuannya dengan Januar tadi, Fahri sebenarnya ingin sekali memberi Januar pelajaran atas perlakuannya terhadap Rindu. Namun sayang dia tak mungkin melakukan hal itu di hadapan Bisma yang sedang sakit.Saat ini Fahri dan Rindu sedang berbincang di dalam ruangan rawat Yanti. Azam baru saja tertidur karena waktu yang memang sudah larut.Fahri terpaksa berbohong pada Azzura agar diizinkan untuk pergi ke Indonesia karena lelaki itu terlalu mengkhawatirkan kondisi Rindu.Sekarang, semua sudah aman.Fahri bisa lebih tenang. Itulah sebabnya dia harus lekas kembali ke Singapura."Sudah tidak apa-apa. Semuanya sudah terjadi. Besok sebelum berangkat ke Singapur, ada baiknya kamu tem

  • JODOH TAK TEPAT WAKTU   79. BERTEMU JANUAR

    Setelah insiden yang terjadi di Basemen rumah sakit dua hari yang lalu, kini Bisma sudah mendapat perawatan intensif pasca operasi akibat perut kirinya yang tertembus timah panas oleh Surya.Sementara Surya sendiri dinyatakan meninggal di lokasi kejadian saat Bisma berhasil melawan dengan balik menembak Surya. Tembakan Bisma tepat mengenai jantung Surya, itulah sebabnya Surya langsung menghembuskan nyawanya detik itu juga.Setidaknya, kini Rindu bisa bernapas lega setelah memastikan Romy dibekuk oleh polisi dan mendapat hukuman atas tindakannya yang telah berani kabur dari penjara. Romy dijatuhi hukuman pidana seumur hidup atas tindakannya tersebut.Rindu yang merasa berhutang budi pada Bisma kini harus membagi waktu yang dimilikinya untuk menjaga Yanti dan Bisma secara bergantian.Untungnya, ruangan rawat Bisma dengan Yanti tidak terlalu jauh, jadi Rindu bisa bulak-balik kapan pun dirinya mau.Pagi itu, sehabis mengantar Azam ke sekolah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status