Ngapain sih Kalya senyum-senyum ke pak Dariel. Mana senyumnya dimanis-manisin gitu lagi. Setelah gue usir kayaknya dia cari mangsa baru. Hebat juga -- batin Brian
Well, sepertinya Brian lupa kalo dia tidak ada rasa pada Kalya. Tapi ia merasa tidak nyaman melihat Kalya senyum pada pria lain. Brian bisa cemburu juga ternyata. Pikiran negatif tentang Kalya terus bermunculan di kepala Brian
Dariel juga malah bales senyum lagi. Arghh f*ck. -- cerocos Brian di dalam hati.
“Wahhh. Terima kasih Kalya. Saya harap juga dengan adanya reward ini membuat rekan marketing bisa lebih semangat. Bahkan kalo bisa jualannya melebihi Kalya. Kalau kalian jualannya banyak saya juga ngga akan ragu untuk kasih kalian reward.” ucap Dariel.
Seluruh marketing yang ada disana berbisik-bisik. Mereka sangat senang dengan ucapan Dariel. Siapa yang tidak senang coba jika diiming-imingi reward.
Mereka
Mata nakal Dariel melirik bibir Arin. Kepalanya sudah memiring sedikit ke kanan. Arin melihat arah pandang mata Dariel. Arin menutup matanya. Lalu….*****Arin langsung memalingkan kepalanya. Dariel tersadar. Ia langsung memasang seat belt Arin, lalu miliknya.Dariel berdeham canggung. Keduanya langsung mengalihkan pandangan keluar jendela mobil.“Maaf. Saya lancang.” ucap Dariel“hm.” gumam ArinDariel menjalankan mobilnya. Kontrakan Arin lebih jauh dari sini jika dibandingkan saat Dariel mengantar Arin pulang dulu.“Rin. Ngontrak sendiri?” tanya Dariel tiba-tiba.Sebenarnya Dariel sengaja mencari topik pembicaraan, selain untuk menghilangkan kecanggungan, Dariel juga ingin mengetahui seputar Arin langsung dari sumbernya. Ia ingin menjadi lebih dekat juga dengan Ari
Jika kita melihat mobil Dariel didalamnya dipenuhi obrolan santai dengan hati yang berbunga-bunga yang mereka rasakan satu sama lain, beda halnya dengan isi mobil Brian.Di dalam mobil Brian hanya ada Kalya yang memasang wajah cemberut dan Brian yang fokus menyetir.Brian disini seperti orang bodoh, mengantar Kalya pulang tapi ia tidak tau dimana alamat rumah Kalya. Sudah berkali-kali Brian tanya Kalya tapi dia hanya diam saja.Brian menghentikan mobilnya di samping jalan yang kanan-kirinya dipenuhi oleh pepohonan. Cukup menyeramkan sebenarnya. Sudah tidak ada mobil dan motor yang lewat jalan ini.“Saya tanya sekali lagi. Alamat rumah kamu dimana?” tanya Brian lagi.Kalya tetap tidak menjawab pertanyaan Brian. Dia hanya diam saja sambil menyilangkan tangannya di depan dada dan menatap keluar jendela.“Baiklah!!” Brain menghela napasnya
Suasana kantor SFC sangat sibuk akhir-akhir ini, terutama bagian otomotif. Mereka sedang mempersiapkan launching Motor A yang akan diadakan besok.Launching Motor A diadakan di sebuah hotel yang aulanya cukup besar. Di panggung utama begitu kosong, hanya ada 1 display motor A di samping kanan panggung. Tidak ada sofa, meja dan lainnya. Itu permintaan dari Adi. Nanti Adi yang akan menjelaskan pada audience dan tamu undangan terkait motor A ini.Di samping kanan dan kiri aula berjejer display motor A dengan berbagai warna dan stripping. Ditengah-tengah aula ada beberapa kursi bagi tamu undangan. Hanya tamu undangan yang di sediakan kursi.Sebenarnya acara launching ini bersifat umum, bagi warga biasa juga jika ingin mendatangi launching dipersilakan. Sedangkan untuk acara private diadakan saat malam harinya.Itulah alasan Brian dan Dariel memilih Hotel Adya untuk acara launching ini. Selain karena aulanya luas dan lokasi strategis di tengah kota, Hotel Adya juga menyanggupi untuk mengad
Mobil yang ditunggu Arin akhirnya datang.Arin membuka pintu mobil Dariel, lalu duduk disamping kemudi. Arin tersenyum pada Dariel. Dariel seperti biasa mengenakan baju kebesarannya, jas. Dariel meyimpan satu lengannya pada kemudi lalu satu tangannya pada tuas mobil, Dariel tidak melepas pandangannya dari Arin."Hai." sapa Arin.Arin menarik seat belt. Untung saja seat beltnya tidak rusak. Jika seat beltnya macet seperti waktu itu Arin akan sangat malu."Siap?" tanya Dariel.Arin tersenyum dan mengangguk menanggapi pertanyaan Dariel. Dariel menarik tuas mobilnya. Mobil itu melaju menuju Hotel Adya."Pak Aldo mana, Riel?" tanya Arin.Arin heran, jika ada meeting atau apapun itu Aldo pasti akan mengekor kemanapun Dariel pergi. Apalagi sekarang mereka akan meeting, jadi tanda tanya bagi Arin mengenai keabsenan Aldo saat ini."Aku lagi tugasin dia handle kerjaan yang lain, bareng Sean."Arin hanya ber-oh ria. Tidak mungkin Arin menanyakan pekerjaan apa, karena itu sifatnya rahasia. Arin c
Jam 07.30 Seluruh panitia yang terlibat launching hari ini sedang briefing, Mereka membentuk sebuah lingkaran. Adi sedang mengarahkan seluruh panitia, memastikan tidak ada yang kurang dan acara ini berjalan dengan lancar. Diakhiri dengan berdoa bersama sesuai kepercayaan masing-masing. “Aamiin..” “Berdoa Selesai.” Adi langsung mengulurkan tangan ke tengah lingkaran, diikuti oleh yang lain. “Motor A!!” “Sukses….” Ya mereka sedang melakukan tos bersama. Ditujukan agar seluruh panitia semangat dalam menjalankan launching motor A ini. Terdengar teriakan dari salah satu anak konsumsi. “Semuanya sarapan dulu. Ambil box snack di pojok sana. Sampahnya jangan lupa dibuang di trash bag yang sudah disediakan.” ‘Siap!!’ ‘Yeaayy makan’ ‘Awass gue duluu’ ‘Huuuu’ ‘Boleh 2 box?’ ‘Lo pikir?’ Ya, begitulah. Setelah tadi seluruh panitia memasang wajah serius saat briefing, tapi saat dengar kata makanan langsung pada ricuh. Ricuh? Ya siapa lagi kalo bukan Putra. Dimana ada kericuhan disit
Aula Hotel Adya yang saat siang hari hanya di desain dengan sederhana, sekarang terlihat sangat berbeda dengan suasana malam ini. Saat ini aula Hotel Adya terkesan elegan dan mewah. SFC mengusung standing party untuk malam ini. Ya. Aula ini di desain dengan elegan dan mewah karena launching malam ini dikuhusukan untuk para petinggi perusahaan, investor dan tamu undangan khusus. Sudah ada beberapa tamu undangan yang sudah hadir. Seluruh Karyawan yang terlibat dengan proyek motor A sudah dipastikan hadir malam ini. Di pojok ruangan dekat bagian makanan ada banyak pria bergerombol. Ternyata mereka anak otomotif. Mereka sedang menertawakan tingkah konyol Putra dan Rizal. “Udah gue bilang jauh-jauh hari. Kalo gue pake setelan jas lo pada bakalan pangling sama gue.” - Putra “Percuma lu tebar pesona ke kita-kita, kita semua pada lurus. Malah ada yang udah pada punya buntut (an
“Kalya!” “Mas…” bingung Kalya. Kalya ingin ke toilet, namun saat di koridor ada yang memanggilnya. Ia menoleh ke belakang. Ada Brian di sana. Dilihat dari wajahnya yang tidak bersahabat sepertinya Kalya harus hati-hati dengan Brian kali ini. Brian mendekat padanya. “Apa-apaan kau ini?” “Kau tidak mampu membeli baju yang utuh?” “Kalau kau tidak punya uang katakan padaku. Aku kan membelikan baju untukmu.” Kalya yang melihat Brian nyerocos hanya memandang Brian aneh. Brian marah? Karena baju? “Aduh mas, Bentar ya aku mau pipis. Jangan dulu ngomel. Tunggu disini. Nitip tas deh.” Kalya menyerahkan clutch nya pada Brian. Ia langsung melengos pergi ke toilet. Ada yang lebih penting dari meladeni omelan Brian untuk sekarang ini. Melihat punggung Kalya yang polos dan mulus saat memunggung
Senangnya jika bisa berdekatan dengan pujaan hati, berbeda dengan Citra yang hanya bisa menatap iri mereka. Ia tidak sanggup lagi jika harus berlama-lama di aula ini. Jadi Citra menghindar dan pergi ke tangga darurat. Ia hanya duduk-duduk saja di tangga sambil menatap ponselnya.Citra merasa miris. Ia sudah beberapa kali menahan egonya dengan memberanikan diri mengirim pesan terlebih dahulu pada Dewa. Jangankan dibaca dan dibalas, terkirim saja tidak. Beberapa kali Citra juga mencoba untuk menelepon, tapi hanya ada suara operator.*Acara launching malam ini juga sukses. Tidak ada kendala selama acara berlangsung. Itu membuat yang terlibat dalam launching ini merasa senang.Sejak dimulainya Proyek Motor A ini membuat mereka yang terlibat menjadi kesulitan tidur, apalagi ditambah jam tidur mereka yang terganggu karena terlalu sering lembur. Akhirnya setelah rangkaian acara dari awal hingga akhir berja