Share

HARAPAN

Jalanan mulai terlihat sepi. Hawa dingin semakin terasa menyentuh kulit ku.  Aku hanya duduk termangu disamping kiri kemudi. Terlihat David tengah Memperhatikan ku sembari tersenyum manis, namun aku bersikap seolah aku tak melihatnya. Aku merasa lelah, aku butuh istirahat. 

Aku meraih ponselku dari dalam tas kecil milikku. Kunyalakan layar ponselku, terlihat dengan jelas waktu sudah menunjukkan pukul 22:41. Aku menghembuskan nafas perlahan yang di imbangi dengan badanku yang serasa menggigil karna Hawa dingin yang begitu terasa menusuk kulit ku saat ini. David terlihat panik, segera ia membuka jaket yang ia kenakan lalu memasangkannya ke tubuhku. Untuk sejenak, aku merasa sedikit lebih baik. 

"Terimakasih". Hanya kata itu yang mampu keluar dari bibir mungil ini. 

Mataku mulai terasa berat,seperti ada yang menghipnotisku agar aku segera terlelap. Aku pun mulai memejamkan mata sampai akhirnya aku terbangun karna terasa ada sentuhan hangat di pipiku. 

"David..? ". Akupun terbangun dari tidur lelapku dan berusaha duduk tegap berharap nyawaku segera kembali. Dengan posisi yang masih sama, David memegang kedua pipiku sembari mengucapkan kata-kata yang sudah tidak asing lagi ditelingaku. 

" I Love You Grace". Aku hanya mengangguk sembari tersenyum ke pada David. 

"Yeaahh,, i know,, Without you say it, I already know". Balasku lembut dengan suara khas layaknya seseorang yang baru terbangun dari alam mimpi. "

Serak-serak basah. Sembari memegang  tangan kanannya dengan tangan kiriku. 

Disini, seperti nya adegan awal yang belum terselesaikan sebelum diawal perjalan akan di langsung kan saat itu juga. David mulai terlihat memajukan kepalanya kearah ku. Lagi-lagi aku hanya diam termangu menyaksikan apa yang akan ia lakukan kepada ku. 

"Satuuu,, , duaaa,, , tigggg.. . .. . ".

" Seeerrrrrrrrrttttttt".

Suara pagar besi rumah ini terbuka. David segera mengubah posisi nya saat itu. Dan aku, tentunya aku hanya tersenyum melihat David yang salah tingkah. Terlihat Mama tengah berdiri didepan pintu. Aku Dan David pun segera keluar dari dalam mobil lalu masuk menemui Mama. Awalnya David ragu karna masih merasa canggung dengan kejadian beberapa menit yang lalu, namun biar bagaimana pun ia harus bersikap gentle sebagai seorang laki-laki dihadapan orang tuaku. 

"Tantee". Sembari mencium tangan Mamaku. 

" Daviidd,,makasi yaa,, anak tante akhirnya pulang dengan selamat". Sembari tersenyum 

"Kamu mau langsung pulang?!". Tanya Mama ke David 

" Eh iya tante,, dah larut soalnya. "  Jawab David singkat. 

"Ooohh ya dah kalo gitu, ati-ati Yaa,, kapan-kapan main kesini lagi ya Dev". Imbuh Mama ke David dan langsung di iyakan oleh nya. 

David  berpamitan lalu pergi. Untungnya Mama tidak terlalu banyak bicara menanyakan ini dan itu malam itu.

Akhirnya, aku bisa beristirahat dengan tenang. 

----------------

-----------------

"Derrrrrrrttttttttt............!!!!!!".

Suara alarm dari dalam ponselku terdengar begitu keras ditelingaku. Akupun segera meraihnya berniat untuk mematikannya. Kulihat layar ponselku, waktu menunjukkan pukul 07:00 pagi hari. 

Untuk pertama kalinya rasanya aku tidak ingin kembali kealam mimpi. Aku pun berdiri dari tempat tidurku, membuka tirai jendela,cahaya matahari pagi langsung menyambut ku dengan begitu hangatnya. Langit cerah berwarna biru seakan-akan tersenyum padaku seraya ikut mengucapkan selamat pagi. 

"Selamat pagi Gabby Aurora..!!!".

Nama itu tiba-tiba terlintas dikepalaku. Untuk sejenak aku pun mulai tersenyum jika mengingat tentang dirinya. 

Aku membalikkan badanku dan mulai mencari dimana kuletakkan ponselku. Aku coba meraihnya lalu duduk diatas kursi belajar ku sembari mencari-cari nama kontak dalam ponsel genggamku. Tidak butuh waktu 1 detik, akupun menemukan orangnya. 

"Alice".

Aku segera menekan tombol Call dan menyalakan loud speaker agar aku tidak perlu menaruh ponsel ditelingaku. 

" Tuuuutttt,,, tuuuttt,,, tuuuttt". Tidak kunjung ada jawaban dari sebrang sana. Bukan Grace namanya kalau hal seperti ini bisa membuat ia menyerah. Satu,, dua,, panggilan tak kunjung dijawab juga. Untuk yang kesekian kalinya... Namun aku tidak ingin menyerah. 

"Tuuutttttt, tuuutttt"

"Yaaaaa,, kambiingg,,,!!!!!! tumben Lu nelfon jam sgini,, ada apa???!!!!!!". Ucap nya berteriak dari sebrang sana dengan suara serak khas baru bangun dari alam mimpi. 

" Eeehhh kambiingg,, banguuuunn,, ini dah jam berapa Congeekk..!!!! ". Aku berteriak kepadanya. 

" Gwe masih ngantuukk niihhh,, bisa gak sih sekali ini aja Lu biarin gwe idup tenang,, lagian Lu mau ngapaiinn,, kan sekolah liburr ". Balasnya dengan nada memohon namun aku tidak peduli. 

" Nah itu diaa njiingg,, sekarang mending Lu bangun, mandi, temenin gwe ke kampus. Satu jam lagi gwe ke sana jemput Lu". Tanpa basa-basi

"Haaahhhh,, yaelaahh ngapain njiingg...!!!?? ". Alice

" Udah Lu mendingan ikutin saran gwe sekarang ya gak usah banyak tanya, gwe ke sana sekarang". Langsung mematikan ponsel tanpa basa-basi sedikitpun.

Aku tau Alice kini tengah merasa jengkel dengan perlakuanku saat ini, namun justru hal itulah yang membuat aku merasa bahagai. 

Aku segera bersiap-siap untuk menuju kerumah  Alice sahabatku. Tanpa perlu waktu lama, akupun segera keluar kamar lalu bergegas ke garasi dan memanaskan mesin matic kesayanganku. Mama yang melihat aku bangun sepagi  itu dan dalam keadaan begitu rapi dihari libur terlihat sedikit keheranan. Mama menghampiriku dengan penuh tanda tanya dan dengan raut wajah sedikit khawatir karna melihat ada yang aneh dengan putri semata wayangnya. 

"Kamu sakiit???". Tanya mama sembari memegang kepalaku untuk memastikan apakah mungkin aku terkena demam.

" Atau mungkin Mama yang sakit..? ".Ucapnya lagi sembari memegang kepalanya untuk memastikan apakah beliau sedang tidak berhalusinasi.

Awalnya aku di buat sedikit bingung oleh nya namun aku tersadar karna menurutku wajar saja Mama merasa aneh karna ini adalah kali pertama bagiku bangun dipagi hari dengan keadaan rapi selama libur sekolah berlangsung. Akupun tertawa karna melihat kelakuan aneh dari mamaku. 

" Grace gak sakit kok Ma,,. tapi,, kenapa Grace jam segini udah rapi?? Karna Grace mau ke kampus.. Xxxxx. Hari ini sama Alice, mue pergi Liat-liat doang,, abis itu pulang".

Jelasku panjang lebar. Mama hanya terlihat mangguk-mangguk sambil menggodaku namun segera aku mengambil langkah seribu agar mama tidak bisa menggodaku lagi. 

"Yaa dah Maa,, Grace jalan dulu,, muah". Sembari mencium pipi mamaku tercinta. 

" Yaa sayaang,, hati-hati,, jan ngebut-ngebut bawa motor nya ". Sembari melambaikan tangan  dari ambang pintu. 

" Daaahh Mama". Akupun berlalu meninggalkan pekarangan rumahku. 

Suasana jalan raya dipagi hari, terlihat warga pribumi mulai sibuk dengan pekerjaannya. Suasana pagi didaerah pegunungan terasa begitu menyejukkan hati dan fikiran. Angin segar yang berhembusan menyuguhkan pemandangan indah dari lereng pegunungan.

Terlihat para petani mulai sibuk menggarap ladang masing-masing dengan raut wajah sumringah yang memancarkan kebahagiaan. Matahari bersinar cukup terang, awan biru menyapa pagi dengan secercah harapan. 

"Semoga hariku secerah pagi ini". Gumamku dalam hati. 

Sepuluh menit berlalu, akupun sampai ditempat tujuan. Dimana lagi kalau bukan rumah Alice. Segera kuparkirkan kendaraanku di samping teras rumahnya lalu mengucapkan salam kepada sang penghuni rumah. 

" Gracee,, tumben kesini pagi-pagi..?? " Sambut Mama Anya, Mamanya Alice. 

"Hehe iya Ma, ini mau jemput Alice, katanya mau Liat-liat kampus bareng. Oyaa Alice dah bangun kan??". Tanyaku memastikan. 

" Udah, dia baru aja selese mandi ". Jawab Mama Anya. 

" What..?? Bener-bener Yaa tu anak". Grutuku dalam hati

"Mmm ya dah Ma, Alice ke atas dulu kalo gitu". Aku ke Mama anya. Dan langsung di anggukin olehnya. 

Inilah aku dan Mamanya Alice. Bagiku, Alice sudah seperti saudara kandungku sendiri. Kemana-mana kita selalu berdua layaknya saudara kembar. Dimana ada Aku, pasti disitu ada Alice. Orang tua Alice sudah ku anggap seperti orang tuaku sendiri dan begitupun sebaliknya. Itulah sebab nya kenapa aku memanggil Mama Anya dengan panggilan Mama juga. 

Seperti biasa, tanpa harus mengetok pintu, aku langsung membuka pintu kamar milik Alice. Tidak jarang, ia sering dibuat kaget oleh ulahku itu. Namun aku hanya bisa tertawa ketika melihat betapa menggemaskannya ekspresi wajah sahabatku ini disaat ia menunjukkan ekspresi kaget. Bibirnya yang mungil dan selalu terlihat merah merona tanpa lipstick itu selalu membuatku merasa gemas ketika melihatnya mengoceh.

Tenang saja, dia juga sering melakukan hal yang sama juga kok disaat dia berkunjung kerumah ku. 

"Kebiasaan banget sii Lu masuk gak ketok-ketok duluuu,, kan gwenya jadi kaget.!!!". Teriaknya saat meneriakiku. 

" Kek ga ada pintu aja dirumahlu ".gerutunya lagi. Aku hanya menjawab menye-menye dengan ekspresi mengikuti setiap ocehan yang keluar darinya yang tentunya hal itu membuatnya semakin merasa jengkel.

Alhasil, kepala ku kena banting oleh bantal yang melayang. Namun aku hanya bisa tertawa melihat tingkahnya itu. 

"Udaaahh cepetan siap-siap,, dah telat niii njing". Gerutuku sambil memperlihatkan jam dilayar ponselku. 

" BODOO AMAATTTTT ". Jawabnya dengan nada percaya diri sambil terlihat tengah memasang lipstik berwarna bibir favourite nya.

Aku merebahkan tubuhku sejenak diatas kasur empuk milik nya sembari menunggu ia selesai berdandan. 

Lima menit, akhirnya selesai juga. Kamipun berpamitan kepada kedua orang tua Alice lalu berangkat ketempat tujuan utama kami. 

"Lu mau ngapain si kekampus mbing.. ? ? ". Tanya Alice dengan polosnya. 

" Lu seriusan nanya.. ? ? Gwe mau ngapain?? ! ! ". Jawabku dengan nada tidak percaya dengan apa yang Alice tanyakan barusan. Alice hanya terlihat mengernyitkan dahinya dengan ekspresi bingung. 

" Yaa ngapain lagi kalo bukan ketemu Gabby,, nyet". Jawabku singkat. 

"Emang Lu yakin, dia mau ketemu ama Lu". Ledeknya. 

" Yang penting mah yakin atuu eyy,, sapa tau kali ini gwe bisa dapet nomor WAnya dia". Ungkapku  dengan nada percaya diri. 

"Hadeehhh,, Aamiin aja dah buat Lu, daripada ntar nangis". Alice tertawa dengan begitu keras karna merasa berhasil telah meledekku

" Emang bener-bener laknat Lu Yaa"..

Kendaraan kupacu semakin cepat, berharap Gabby berada dihadapanku langsung ketika aku sampai disana nantinya. 

"Pelan-pelan nyeett". Teriak Alice dari belakang kemudi namun tidak ku hiraukan sama sekali. 

Tidak butuh waktu lama, sekitar 25 menit, kami sampai ditempat tujuan. Aku mulai melihat-lihat keadaan sekitar karna berharap siapa tau Gabby nyempil disela-sela kerumunan yang ada.

Aku dan Alice langsung memarkirkan kendaraan ditempat parkir, persis tempat aku memarkirkan kendaraan waktu pertama kali datang kekampus ini. Setelah selesai, aku turun dari kendaraan dan berniat segera naik keatas dimana biasanya Gabby berada, feeling ku mengatakan bahwa dia pasti ada disana. 

Baru beberapa langkah aku berjalan, Alice tiba-tiba menarik kepalaku dan hal itu hampir membuat ku terjungkal ke belakang. 

"Helm nya dilepas dulu monyet..!!!". Ucapnya sembari menarik kepala ku. Aku hanya nyengir tidak karuan sembari melepaskan helm sialan yang kini tengah aku pakai saat itu.

Alice hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya karna melihat kekonyolan ku yang tiada akhir. Setelah semua ritual dirasa selesai, kamipun langsung naik ke atas dan berniat langsung menemui Gabby. 

Disepanjang lorong perjalanan, dadaku terasa berdegup sangat kencang ketika aku mengingat nama Gabby. Perasaan gugup selalu datang menghampiriku ketika ada hal menyangkut tentang dirinya. Sulit sekali rasanya buatku untuk mengontrol diriku sendiri. Menyebut namanya saja sudah membuat jantung ku serasa mau meledak, apalagi menatap nya secara langsung, tentu hal itu akan membuatku serasa mati rasa. Mental ku benar-benar diuji kalo mengingat tentang nya. 

"Kenapa Lu,, kok keringet dingin..? " Alice terlihat sedikit khwatir melihat  wajahku yang mulai pucat fasi saat itu. 

"All,, gwe takut,, dada gwe serasa mau pecah". Aku menghentikan langkahku di anak tangga yang terahir. Suara musik bisa terdengar dari luar sini walaupun tidak begitu jelas. 

" Yaeeelaaahhh,, tadi yang ngebet kesini spa?? Ya eLuuu,, masak sekarang udah sampe Lu mu nyerah gitu aja..!! ". Ucap Alice yang membuatku berfikir dua kali kalau harus meninggalkan tempat ini sekarang. Alice terus berusaha meyakinkanku dan akupun mendengarkan kata-katanya. Suara lantunan musik yang di mainkan dari dalam ruangan semakin terdengar  sangat jelas. Dan suara itu, suara lembut dari sang vocalis, aku langsung mengenalinya tanpa harus melihat wajahnya. Aku duduk diatas kursi panjang yang disediakan setiap lorong pada umumnya dan menikmati lantunan musik yang dimainkan dari dalam sana. 

Setelah beberapa menit berlalu, suara itu mulai perlahan hilang dan digantikan dengan suara gelak tawa  seseorang yang sepertinya ingin meninggal kan ruangan. 

--------------

"Grace..?? Dah lama disini..?? Kenapa gak langsung masuk aja??". Tanya Harry ramah. 

" Eeh iya kak,, ini baru aja sampai,, ini baru aja mau masuk,, tapi karna lagi latihan jadi gak enak,, hehe". Kaku bet dah aku nya. 

"Mmm mau gwe panggilin Gabby?? Tunggu bentar Yaa". Baru saja Harry berniat memanggil Gabby, tiba-tiba Gabby muncul begitu saja dari balik pintu. 

" Nah ni orangnya,, Gab,, dicariin tu ama pacarnya". Harry tertawa penuh arti namun aku tidak mengerti dengan apa yang ia maksut dari awal kami bertemu. 

"Hah,, pacar?? ". Ucapku dalam hati dan langsung memandang ke arah Alice, berharap ia tahu apa yang ada diotak ku saat ini. 

" Yaudah gwe turun beli minum dulu ya, bye.. Bye".Harry meninggalkan kami disini. 

-------------

"Ada perlu apa kesini..?? ". Gabby dengan muka datar nan dinginnya seperti biasa. 

"Jadi gini kak,, Grace mau ketemu sama kak Gabby karna dia bilang dia rin...". Belum sempat Alice Melanjut kan kata-katanya, aku sudah menginjak kakinya supaya ia tidak membeberkan semuanya. 

Gabby hanya terlihat mengernyitkan keningnya karna tidak mengerti dengan tinggah aneh kami berdua, aku, khusunya. 

" Hehe jadi gini kak, kan kemarin kaka bilang kalo ada apa-apa bisa langsung tanya ke ka Gabby, tapi karna kaka belum ngasi nomer W* kaka,, Yaa jadi terpaksa deh kami kesini ". Jelasku panjang lebar walau sebenarnya rasanya aku mau pingsan.

" Yaa kan Alll". Lanjutku, dan mau tidak mau Alice harus mengatakan iya. 

"Oh, mau tanya apa emang? ". Tanyanya lagi dengan muka datar nya. 

" Pendaftaran untuk penerimaan mahasiswa baru kapan ya kak??".

Pertanyaan bodoh macam apa iniii?? Gumam ku dalam hati. Dan benar saja, tanpa berkata sepatah katapun, Gabby menunjuk sebuah baliho yang terpampang jelas di depan. 

"Hehe iya kak,, gak pernah baca soalnya".aku dengan nada polos ku. 

" Udah,, itu aja? ". Tanya Gabby

" Ada lagi kak, tinggal satu ". Aku menjawab secara spontan. 

" Apa? ". Jawabnya dingin. Akupun kembali menyodorkan Ponselku ke arahnya dengan harapan ia akan mengabulkan permintaanku kali ini. Terlihat ia hanya mengernyitkan dahinya dan menggaruk-garuknya walaupun aku tau bahwa itu tidak gatal sama sekali. 

Setelah menunggu ber abad-abad, akhirnya dia meraih ponselku dan mulai menuliskan sebuah nomer disana. Ingin rasanya aku berteriak sambil berlari agar semesta tahu betapa bahagianya aku saat itu. 

--------------

Finally, God's......!!!!! 

Aku memekik kegirangan dalam hati. Aku tidak bisa mengendalikan diriku dan mengendalikan diriku untuk tidak ber ekspresi, pipiku serasa mau meledah saking panasnya. Mungkin sudah terlihat seperti cabai yang memerah. Namun aku tidak peduli, karna aku begitu bahagia untuk saat ini. 

Ku lihat Alice kini tengah membulatkan matanya lebar-lebar karna merasa tidak percaya dengan apa yang Ia lihat saat ini. Dan Gabby? 

"Dia kemana??!! ".

Tanya ku kheranan, karna dia baru saja berdiri dihadapanku beberapa menit yang lalu. Apakah aku sedang bermimpi atau melamun terlalu jauh sampai-sampai aku tidak menyadari kalo dia sudah menghilang dari hadapanku. 

Tapi ya sudahlah. Yang penting salah satu keinginanku sudah terwujud. 

"Mooommmmm,,,, I feel lucky todayyy...!!!! I'm really happy...!!! ".

Teriakku dalam hati. 

Riny Anggraini

Hi readers,, makasi buat kalian yang sudah baca, aku harap kalian menyukai ceritaku walau kalian tidal setuju dengan beberapa alur didalam ceritanya. Aku harap kalian menjadi pembaca yang bijak, yang mampu mengambil hal positif nya saja dari dalam cerita ini. See you. Much love for you guys 🥰

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status