Share

CEO PT. Kelley Indonesia

Mobil melaju dengan cepat karena kota Jakarta mulai sepi. Hari ini hari Minggu, semua orang akan kembali bekerja besok. Sebenarnya Jacob keberatan mengantar perempuan manja di sebelahnya, namun karena ini adalah perintah langsung dari pimpinan grup, mau tidak mau dia harus menurutinya.

Wanita itu bernyanyi dengan sumbang mengikuti lagu dari earphone dengan duduk seenaknya. Lydia sepertinya lupa dia sedang memakai rok mini, pahanya yang tersingkap membuat Jacob agak resah, wanita itu bebas sekali. 

Setiap kali Jacob menoleh, matanya tanpa dikehendaki selalu melihat ke arah paha wanita itu. 

"Jacob, tolong kontrol mata!" ujarnya dalam hati. Namun matanya terus melirik sampai mereka memarkir mobil.

Setelah sampai, Jacob segera turun dan menuju pintu meninggalkan Lydia yang masih sibuk dengan tasnya. Penjaga pintu hormat dengan segan kepada Jacob. Lydia dengan kesal mengejar pria tinggi itu. Amarahnya sudah di ubun-ubun, baguslah dia langsung bertemu dengan papa, sehingga dia bisa langsung memberi pelajaran pada pria itu.

"Papa," pekik Lydia berlebihan saat bertemu dengan papanya. Jacob melihat bapak dan anak saling berpelukan. Lydia langsung bergelayut erat di lengan papanya. Sejak kecil dia selalu senang bermanja-manja dengan papanya walau mereka baru bertemu minggu lalu. Tapi malam ini papanya malah segera melepaskan tangannya dan menyalami Jacob dengan senang. 

Lydia terkejut, baru saja dia mau mengadu, tapi papanya malah menyambut pria itu dengan ramah. Hatinya mulai terasa tak enak. "Siapakah pria ini sebenarnya?"

"Lydia, kamu sudah kenalan kan sama Jacob?" tanya Pak Kurnia dengan senyum lebar, pipinya bersemu merah karena dia begitu bersemangat.

"Cih, ngapain aku kenalan sama supir!" Lydia menepis rambutnya yang panjang kecoklatan ke belakang. Udara kota Jakarta begitu lembab, sehingga rambutnya menjadi lengket. Lydia dengan kesal mengikat rambutnya menjadi satu ke belakang.

"Lydia! Dia itu CEO PT. Kelley! Bukan supir, dan akan menjadi atasanmu!" Pak Kurnia menatap tajam anaknya, lalu menatap Jacob.

"Maafkan anak manja ini, sejak mamanya meninggal dia jadi keterlaluan manjanya, dia bahkan sampai tidak lulus kuliah!" ucap Pak Kurnia membuka aib Lydia. Wanita itu segera mendelik ke arah papanya.

"Astaga, papa buat apa cerita ke pria menyebalkan itu. Dia mungkin bukan sopir, tapi dia tetap orang asing." Lydia membatin, segera menoleh untuk melihat wajah Jacob. Namun, pria itu tetap kaku seperti kanebo kering. 

Jacob tidak mengerti mengapa pak Kurnia harus menjelaskan se-detail itu padanya. "Jika akan bekerja menjadi asistennya, bukankah seharusnya dia mempromosikan anaknya? Tapi mengapa dia malah membuka rahasia?" Jacob berpikir dalam hati lalu mengangguk dalam diam, tidak mengerti harus bereaksi bagaimana.

"Jadi begini Lydia, mulai besok kamu masuk kerja jam 8 tepat. Kamu akan menjadi asisten Jacob. Papa akan periksa absensimu, jika kamu terlambat atau tidak masuk, Papa akan potong jatah bulananmu," ucap Pak Kurnia menatap anaknya dengan serius. 

"Apa! PT Kelley adalah perusahaan kosmetiknya!" runtutnya dalam hati. Lydia sudah merengek berapa kali pada papanya untuk memberikan perusahaan itu kepadanya. Dia ingin memasukan CEO PT. Kelley di dalam portfolio IG-nya. 

"Pasti akan keren sekali. Lydia Kurnia, CEO PT. Kelley Indonesia." Dia membayangkan dalam hati lalu menatap Jacob. "Mengapa sekarang malah jadi asisten? Kenapa harus jadi bawahan pria ini? Menyebalkan sekali," pikirnya kesal.

"Papa, aku nggak mau, kenapa dia yang CEO, aku yang CEO. Pindahkan saja dia ke perusahaan yang lain. Papa kan tahu, aku dari dulu mau perusahaan itu, Kelley itu perusahaan aku, Pa!" ujarnya langsung merengek sambil menunjuk ke arah wajah Jacob. Pria itu langsung menepis tangan Lydia dari wajahnya dengan mimik tidak suka.

"Baik, sepertinya perkenalan sudah cukup, kalau boleh saya izin pulang dulu." gumam Jacob dengan suara yang tidak begitu jelas.

"Sebenarnya… Om mau bicara lagi dengan kamu Jacob. Begini, selama ini, Om sudah menganggap kamu sebagai anak om sendiri." Jacob memang dekat dengan pak Kurnia, namun tidak pernah berani membayangkan pak Kurnia sebagai papanya, itu gila sekali! Dia menatap dengan gugup ke pria beruban itu dan menunggu.

"Om, ingin kamu mengajari Lydia agar dia bisa memimpin perusahaan, anak ini memang perlu banyak belajar. Saya lihat performa PT. Kelley melesat jauh sejak kamu pimpin." Jacob menatap wanita di sebelahnya. "Okey, Nona Lydia, bersiaplah kamu!" Jacob berencana dalam hati. Namun wanita itu sepertinya tidak mau terima, dia mendengus kasar.

"Aku tak perlu diajari, aku sudah tahu apa yang mau kulakukan di perusahan itu. Aku saja yang jadi CEO, dia aja yang jadi asisten!" Lydia mulai menghentakkan kakinya lagi. Jacob menatap wanita gila itu

"Bagaimana bisa malah dia yang jadi asisten?" Hatinya bertanya-tanya dengan kesal.

"Kamu asisten, kerja saja belum pernah, langsung jadi CEO," ujar papanya dengan kesal, lalu kembali menatap Jacob sambil tersenyum.

"Tapi, bukan masalah itu saja, Jacob, Om ingin agar kamu belajar untuk mengurus grup gabungan, karena Om akan pensiun dalam waktu dekat ini. Jantung Jacob berdebar kencang, dia menahan senyum. 

"Promosi! dia akan mendapat promosi!" teriaknya dalam hati. Ternyata kerja kerasnya tidak sia-sia.

"Hah? Memangnya Papa kenapa?" Lydia langsung menatap papanya dengan terkejut.

"Karena Papa dah tua, Papa dah capek, mau istirahat. Sudah saatnya regenerasi." ujarnya tersenyum menepuk pundak Jacob, tiba-tiba perasaan Jacob menjadi tidak enak, senyumnya pak Kurnia seperti mengisyaratkan sesuatu.

"Om pikir kamu orang yang tepat untuk menjadi menantu saya, kamu baik, bertanggung jawab dan pekerja keras, kamu mau kan? Putri saya cantik, dan sebenarnya anak yang baik asal manjanya bisa dikontrol. Dia pasti bisa menjadi istri yang baik." Pak Kurnia tersenyum lebar, seakan menawarkan, apakah Jacob mau minum kopi.

Jacob agak kesal kerja kerasnya hanya dinilai pantas sebagai calon menantu, tapi setidaknya dia berada dalam radar pak Kurnia. Lydia mendelik mendengar ucapan gila papanya. Pria ini akan menjadi atasannya, sekarang pria kurang ajar ini akan juga menjadi suaminya? Lydia langsung merasa sesak napas.

"Papa, aku nggak mau, masa aku dijodohkan sama dia? Dia kan orang biasa?" pekiknya menolak mentah-mentah semua omongan papanya.

Jacob tersenyum gugup menatap pak Kurnia, dengan menikahi anaknya, dia akan menjadi CEO grup? Jacob hidup untuk bekerja dan untuk terus naik menuju puncak, dan CEO grup adalah tujuan akhirnya. Jacob harus bisa merebut hati Lydia segera, agar dia bisa jadi CEO grup! "Ah betapa luar biasanya jabatan itu, CEO grup ANZ, Jacob Isaac." renungnya senang.

"Harus Lydia, kalau tidak, Papa akan cabut semua fasilitasmu. Kalian saling kenal lah dulu, menikah bisa dalam beberapa bulan kedepan, papa ingin cepat punya cucu." Pak Kurnia berbicara dengan tenang, Jacob sampai terbatuk mendengar ucapan Pak Kurnia barusan.

"Papa! Papa kok tega sih!" Lydia memohon sampai marah-marah, tapi wajah papanya tak berubah, keputusan papanya sudah final, dan tidak dapat diganggu gugat. Kecuali, dia bisa buat pria di sebelahnya ini yang menolak. "Hmm, sepertinya Lydia harus banyak bicara dengan Jacob." pikirnya bersiasat.

Pak Kurnia harus ke Bangkok dalam beberapa hari, sehingga malam itu dia memeluk anak dan calon menantunya dengan penuh haru, kemudian pulang. Sedangkan Lydia agar bisa mandiri, harus kembali tinggal sendiri di rumahnya.

Dan, menjadi tugas Jacob kembali untuk mengantarnya pulang, wanita itu dengan kesal mengikuti Jacob.

Selama perjalanan Jacob dan Lydia sibuk dengan pikirannya masing-masing. Jacob harus mencari cara agar bisa menjadi CEO grup. Dia harus mencari informasi tentang wanita di sebelahnya, agar bisa memikat hatinya. Sedangkan Lydia berpikir keras bagaimana bisa dapat fasilitas dari papanya tanpa harus bersama Jacob. Ketika sampai di depan rumah Lydia, tiba-tiba Jacob menatap mata Lydia dengan sungguh-sungguh.

"Lydia, sepertinya kita harus bicara." 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status