Wanita itu terus mendengus dengan kesal dan menolak menolak melihat ke arah Jacob, tapi walau dia kesal, Lydia tetap mengikuti Jacob ke kamar mereka. Dia masih takut sendirian, rasanya masih banyak mata-mata tak terlihat yang mengikutinya kemanapun dia berada, hanya di samping suaminya dia merasa aman.
Lampu penthouse langsung menyala saat Jacob memasukan kartu di tempatnya. Lydia langsung merasa lega. Akhirnya dia merasa dia aman, dia terus berjalan mengikuti Jacob menuju kamar mereka melewati ruang tengah yang kosong. tiba-tiba saja Jacob berhenti mengakibatkan Lydia yang hanya mengikuti langkah kaki Jacob seketika menabraknya.
“Kamu tak tahu betapa takutnya aku tadi Lydia. hanya kamu keluargaku, bagaimana bisa kamu pergi mengikuti pria itu?” Tiba-tiba Jacob berbalik dan bertanya pada Lydia, dia tidak marah. Jacob lebih terlihat kecewa, hati Lydia mencelos. Di
"Aish, bau aneh bagaimana sih? Dasar menyebalkan," gerutu Lydia dalam hati sambil kembali mengambil shampo dan membersihkan rambutnya ulang. "Apakah dia mau melakukannya lagi disini?" pikiran mesumnya merajalela. Tapi setelah dia tunggu, suaminya tak kunjung datang, dengan kesal dia segera memakai baju dan hendak mengomel saat dia mendengar suara lain.Rasanya seperti kembali disiram air dingin, kehangatan yang dia rasakan saat bersama suaminya baru saja segera menghilang saat Lydia mendengar suara dingin di luar."Ada Levi di luar, Jacob!" pekiknya dalam hati, dia mulai gemetaran namun memberanikan dirinya untuk menempel pada pintu kamar mencoba mendengar lebih jelas lagi.Mata Levi tidak fokus, dia seperti orang gila meracau kata-kata yang tak ada maknanya. Namun Jacob har
Baru kali ini Lydia panik luar biasa, saat mamanya meninggal dia sudah siap sebenarnya, mamanya memang sudah sakit-sakitan. Dia sudah melihat wanita itu menyerah dengan hidupnya berminggu-minggu sebelum dia meninggal.Tapi, dengan Jacob? Pria itu masih penuh dengan kehidupan. Mereka bahkan baru melakukan penyatuan yang luar biasa tadi di kamar mandi, bagaimana sekarang dia berada di dalam ruang operasi mencoba mempertahankan hidupnya.Lydia berjalan mondar mandir dengan tubuh penuh dengan darah suaminya. Air matanya tak berhenti mengalir, walau dia tak terisak dia hanya menggigit bibir bawahnya sambil terus menatap pintu ruang operasi."Suamiku harus hidup, dia harus hidup!" pikirnya mengucapkan mantra di dalam hatinya. Cleon setelah selesai mengurus Levi, yang j
Lydia yang tak bisa diatur itu kini seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Dia duduk dengan diam menanti kapan kekasih hatinya bisa keluar. Setiap pintu ICU terbuka hatinya melompat dengan harapan namun kembali kecewa saat yang keluar adalah orang lain.Saat akhirnya tempat tidur Jacob yang didorong keluar, Lydia mendekat sambil menangis. Dia tidak dapat mengatasi perasaannya. Lega, kesal, marah dan bahagia bercampur menjadi satu, dan menangis adalah satu-satu caranya dia bisa mengeluarkan semua perasaan itu. Jacob tersenyum pucat padanya saat suster meninggalkan kamar perawatannya. Dia merentangkan tangannya dan Lydia segera masuk dan ikut naik ke dalam pelukannya. Jacob mengerang sakit, tapi sebanding dengan mendapatkan Lydia dalam pelukannya."Aku merindukanmu sayang," bisik Jacob sambil mengecup Lydia. Wanita itu masih terisak da
Hari pertama dan kedua, Lydia masih bertahan dengan sikap manja Jacob. Semua keinginan Jacob dia ikuti dan turuti. Namun saat masuk hari ketiga Lydia mulai kesal dengan berbagai perintah Jacob yang tak pernah berakhir.Di hari ketiga ini perban di lehernya sudah di buka, Lydia merasa takut saat melihat bekas luka yang memerah di sana.Lydia menyentuhnya dengan lembut begitu perbannya di buka, dan teringat saat melihat pisau itu ada di leher suaminya. pemandangan yang begitu mengerikan. Levi sudah sembuh sempurna dan kini sudah dibawa ke kantor polisi. Rasanya tak adil melihat pria aneh itu sudah sembuh sempurna, sedangkan Jacob masih harus terbaring di tempat tidur.Tapi bekas luka di leher itu malah menambah daya tarik Jacob. Lydia semakin tergila-gila dengan suaminya
“Eh...Kamu mau apa?” Tapi Lydia tau pasti suaminya mau apa, pipinya bersemu merah dan hatinya melompat-lompat karena gugup. Mereka hanya berpelukan selama ini karena luka Jacob yang masih suka perih, melihatnya polos seperti ini, membuat otak mesum Lydia meronta-ronta.“Aku ingin membalas kebaikanmu selama ini, kamu telah menjadi istri yang baik,” ujar Jacob dengan suara semakin dalam, dia menyentuh air dan tersenyum miring saat dia masuk ke dalam air.“Mau apa?” tanya Lydia memunggungi suaminya. Jacob mendekat dan jantung Lydia semakin berdebar, dia seharusnya masih marah. Dia seharusnya tidak boleh tergoda dengan kehadirannya disini. Tapi begitu Jacob berada di belakangnya dan menarik Lydia dalam pelukannya. Lydia langsung meleleh. Dia begitu seksi, Lydia tidak dapat menahan dirinya.
Lydia bergelung nikmat di atas kasur, bagian tubuhnya berdenyut dan terasa pegal akibat percintaan mereka yang berturut-turut. Dia menempelkan wajahnya pada dada suaminya, pria itu mengecup kepalanya."Hari ini kamu mau kemana sayang?" tanya suaminya, Lydia tersenyum mendengar suara suaminya dari dalam dadanya. Suaranya menggema dan sangat berat. Apapun yang berhubungan dengan Jacob semua seksi. Lydia meletakkan dagunya di dada Jacob sambil menatap matanya."Hmm, kemarin aku ingin ini itu, tapi sekarang saat ditanya aku bingung mau kemana." Lydia malah sibuk bermain dengan bulu halus di wajah Jacob, pria itu tersenyum sehingga memperlihatkan lesung pipinya yang dalam. "Suka, aku suka sekali lesung pipinya," gumam Lydia kagum dalam hatinya."Jadi mau main di kasur lagi?" Jacob bertanya sambil mencubit gemas bokong Lydia, istrinya tergelak, dan mendorong manja suaminya."Nggak mau ah, masa mesum sehari
“Mantan… aku hidup untuk bekerja, jadi aku tak perlu mantan, atau pacar. Aku hanya butuh koneksi,” dengus pria itu. Lydia mengerutkan keningnya tiba-tiba entah darimana teringat ucapan Levi waktu itu. “Ah itu hanya ucapan Levi saja agar aku marah, Jacob tak mungkin menikahiku hanya karena aku putri CEO, dia mencintaiku apa adanya,” pikir Lydia mencoba mengenyahkan kata-kata buruk Levi yang Lydia baru sadari telah tertanam di hatinya.“Jadi aku cinta pertamamu?” Lydia menatap suaminya. Pria itu menunduk dan membuang muka segera berjalan ke mobil."Aish, pria itu!" ucap Lydia kesal dalam hati, dan segera mengejar suaminya.Saa Lydia baru saja masuk, Jacob segera memasangkan sabuk pengaman bagi istrinya."Iya, kamu cinta pertamaku, satu-satunya. Karena itu kamu jangan macam-macam," ujarnya segera mencium bibir istrinya dengan rakus.H
Hati Jacob mencelos ketika menyadari mengapa dia merasa nama itu tidak asing. Pria itu dengan seenaknya menarik istrinya dan memeluknya.Jacob dengan marah menarik Lydia yang terkejut."Ah…Oppa, kenalkan ini suamiku, Jacob." Pria itu terbelalak dan menatap Lydia dengan berbagai emosi muncul di wajahnya."Benar, dia sekarang istriku," pikir Jacob segera menarik Lydia menjauhi pria itu dengan posesif. Lydia merasa terkejut karena perubahan emosi Jacob. Pria itu terlihat marah dan sangat waspada.Hanseo tersenyum walau terlihat terkejut. Dia menyodorkan tangannya."Jang Han Seo.""Jacob Isaac." Kedua pria itu bertatapan dengan intens. Sehingga Lydia merasa harus mencairkan suasana."Kebetulan sekali bisa bertemu kamu disini, Oppa?" ucap Lydia dengan ceria sambil menarik tangan Jacob agar melepaskan jabat tang