Share

Bagian 7 : He is Redrock

Rachel melihat apa yang tersisa dari rumah lamanya. Puing-puing yang berserakan dan debu tebal di sekitarnya. Dengan cekatan Rachel membersihkan tempat itu. Gadis mengeluarkan belatinya dan mulai memotong rumput dihalaman itu. Membersihkan tanaman liar dan membuang dedaunan kering yang ada di dalam rumah. Rachel juga mencari beberapa kain bekas untuk selimutnya nanti malam. Saat Rachel keluar, pemuda itu telah duduk dihalaman rumah. Dia tersenyum lebar melihat Rachel sambil menenteng beberapa ikan.

“Aku menangkap beberapa ikan.”

Rachel menghela nafas dan membiarkan pemuda itu membuat api unggun dihalaman rumahnya. Dapur milik neneknya sudah hancur tak bersisa. Dia tak mungkin membersihkan semua puing-puing ini dalam sehari tapi hari sudah mulai gelap.

“Kau bisa memanggilku Ethan, Ethan Bedwyn.” Sekarang Rachel tahu nama pemuda yang selalu menganggunya itu, “dan aku seorang anggota Redrock.”

Gerakan tangan Rachel langsung terhenti saat mendengar lanjutan kalimat Ethan. Hanya beberapa detik setelah itu Rachel kembali melanjutkan makan malamnya tanpa berbicara sepatah katapun. Beberapa kali Rachel juga menolak memandang Ethan saat pemuda itu mencoba memulai percakapan.

“Apakah kau sangat membenci Redrock?” Rachel tidak menjawab.

“Aku akui, kami memang menghancurkan banyak tempat tapi kau tidak bisa menyamaratakan semua orang dan melabeli orang lain sesukamu.”

Ethan mencoba membujuk Rachel, namun Rachel kembali mengabaikannya. Dia memilih meninggalkan Ethan dan pindah menuju beranda dan bersiap untuk tidur. Rachel mendengar helaan nafas pelan dari pemuda itu saat dia tidak bisa membujuk Rachel. Rachel terus diam dan memejamkan matanya.

“Baiklah, Aku tidak bisa memaksamu untuk mempercayaiku. Tapi aku beri tahu satu hal.”

Ada nada kalah dalam kalimatnya. Rachel hanya diam namun telinganya mendengar setiap kata yang Ethan ucapkan.

“Mereka sedang berangkat menuju Dewwy, Istana Kerajaan akan hancur sebelum matahari terbenam esok hari.”

***

Rachel mencoba memejamkan matanya dan menenangkan diri untuk tidur. Namun semakin dia memaksa tubuhnya untuk terlelap, ucapan Ethan semakin keras bergema di telinganya. Pemuda itu menghilang setelah mengucapkan hal itu dan menyisakan Rachel yang sedang bimbang. Akhirnya di tengah malam Rachel mengambil kudanya lalu berkuda ke ibukota Crator. Karena jika benar apa yang Ethan ucapkan maka dia bisa mencegah mereka dari pembantaian Redrock.

Rachel memacu kudanya secepat mungkin untuk pergi ke Dewwy. Namun saat fajar muncul dan dia tiba disana Dewwy telah sirna. Kota itu telah hancur. Bangunan yang terbakar, kereta yang hancur berserakan, dan mayat penduduk yang tergeletak begitu saja di jalanan. Rachel hanya bisa menutup mulutnya saat melihat penduduk kota yang tak bernyawa. Rachel turun dari kudanya dan mencoba memeriksa mereka, mencari satu atau dua orang yang berhasil selamat. Namun sayangnya sepanjang jalan yang dia lalui tak seorangpun yang masih bisa berdiri.

“Kau kembali?” sebuah suara tak asing terdengar di telinga Rachel. Gadis itu memalingkan wajahnya dan melihat wanita yang dia kenal berdiri tak jauh dibelakangnya.

Seketika gejolak amarah terasa didada Rcahel. Tanpa sadar gadis itu mengepalkan tangannya erat saat memandang wajah itu. Masih wajah yang sama dengan senyuman yang sama pula. Berdiri dengan angkuh diujung jalan dengan sebuah seringai yang membuat wanita itu terlihat lebih licik dibanding sebelumnya.

“Aku kira kita tidak akan pernah bertemu,” ucap wanita itu lagi. “Kau memiliki kesan istimewa dalam benakku. Satu-satunya gadis yang bisa lolos dari mantra api milikku,” lanjutnya.

Rachel bangkit dan berdiri menatap wanita itu. Wanita yang ia kenal lima hari yang lalu. Rachel masih bisa mengingat dengan jelas suara tawa wanita itu saat menyiksa Nerissa dan kini dia kembali berdiri di depan Rachel setelah menghancurkan Dewwy.

“Lucinda?”

“Kau mengenalku? Hmm… Aku tersanjung.”

  Cih…

Pembunuh sepertimu memang cukup terkenal. Karena akan ada imbalan besar bagi siapapun yang bisa memusnahkanmu,” balas Rachel.

“Aku benar-benar mengagumimu. Bukan hanya keistimewaanmu, namun keberanianmu untuk berdiri didepanku dan menghinaku. Kau sungguh luas biasa.” Wanita itu tertawa mendengar ucapan Rachel. Dia bahkan bertepuk tangan dan memuji keberanian Rachel. “Sayang sekali kau bukan anggota Redrock.” Tambahnya.

Rachel menggeleng tegas setelah mendengar kalimat terakhir wanita itu. “Aku tidak sudi.”

Rachel mengambil belati yang ada di pinggangnya dan bersiap menarik belati itu saat wanita itu mengayunkan tongkat yang dia pegang. Rachel tahu dia tidak akan bisa menang melawan wanita itu, tapi setidaknya Rachel tidak akan diam saja.

“Mengapa kau membunuh mereka?”

“Mereka? Huh.. nyawa mereka akan jauh lebih berguna jika mereka tiada.”

Rachel sama sekali tak bisa memahami pola pikir wanita itu. Dia dengan mudahnya membunuh ratusan orang dan mengatakan nyawa mereka tak berharga.

“Apakah nyawa sama sekali tak ada harganya dalam pandanganmu?”

“Kau salah, justru nyawa itu sangat berharga. Jika digunakan dengan tepat dan diberikan pada orang yang tepat pula.”

“Apa maksudmu?”

“Kau akan tahu nanti, tapi sebaiknya kau segera pergi atau Vinetree akan menangkapmu disini.” Lucinda menarik tangannya dan menyimpan kembali tongkat miliknya. Mengabaikan Rcael yang masih waspada dengan belati di tangannya. “Kau tahu sangat sulit meyakinkan mereka jika mereka melihat kau disini.”

“Kembali menjadi satu-satunya anak yang selamat untuk ke-tiga kalinya atau…” wanita itu menjeda kalimatnya dan melihat sekitar sebelum kembali berucap, “kembali menjadi tersangka.”

Rachel tidak memahami maksud ucapan Lucinda yang terdengar aneh di telinganya. Tapi sat gadis itu memahami maksud Lucinda semuanya terlambat. Sesuai ucapan wanita itu, Rachel mendengar suara tapak kaki kuda yang semakin mendekat. Rachel bermaksud berlari meninggalkan tempat itu tapi dia telah dikepung. Pasukan Vinetree berdiri mengelilinginya.

“Jadi benar semua ini ulahmu? Lalu kau menggunakan Redrock sebagai alasan?” ucap salah satu anggota Vinetree.

Rachel menggeleng menatap mereka. Tubuhnya bergetar menatap semua orang yang menatapnya penuh kebencian.

“Bukan, bukan aku.”

“Jika bukan kau, lalu siapa lagi? Hanya ada kau seorang disini? Aku tak percaya gadis sepertinya bisa melakukan hal keji seperti ini.”

Rachel tak mampu berbicara saat semua orang mulai menghakiminya dan menuduhnya atas pembantaian ini. Air mata mulai menggenang di kedua pelupuk mata Rachel. Rachel juga melihat gadis yang pernah merawatnya beberapa hari yang lalu memandangnya dengan kecewa.

Bukan aku.” lirih Rachel.

“Tangkap dia! Bawa dia pada Putri Florian.” Rachel tak bisa pergi atau kabur karena mereka semua berdiri mengelilinginya.

“Rachel, ikutlah dengan kami.”

“Elise, berhenti bersikap lembut padanya.”

Rachel menggeleng pelan saat tiga orang wanita turun dari kudanya dan mendekati Rachel. Mereka mengikat tangan Rachel dan menuntunnya meninggalkan Dewwy namun belum sempat mereka keluar dari gerbang kota sebuah ledakan terjadi yang membuat gerbang kota runtuh dan menutup jalan keluar mereka.

Rachel melihat seklias bayangan seseorang berlari di antara debu yang beterbangan. Ethan?

“Waspada!”

Rachel melihat kepulan asap mendekat ke arah mereka. Disertai angin dingin yang tiba tiba berhembus kencang. Rachel memejamkan matanya saat debu beterbangan mengaburkan pandangan setiap orang. Tiba-tiba sebuah tangan menarik Rachel dan tubuh Rachel terasa seperti tertarik kedalam sebuah lubang yang sempit hingga membuatnya merasa sesak dan kesulitan bernafas.

“Rachel, bernafas, bernafaslah.” Rachel mendengar suara Ethan dan dia membuka matanya lalu segera menarik nafas dalam. Dada Rachel masih berdegup kencang dan dia menatap Ethan dengan penuh tanda tanya. Rachel melihat sekitar dan menemukan dirinya berada di sebuah padang rumput hijau nan luas.

“Dimana ini?”

“Redrock.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status