Jefri memarkirkan mobil setelah sampai di apartemen Bianca. Pria berjas hitam itu dengan mudah masuk ke dalam karena ia yang memberikan apartemen itu untuk sang kekasih. Jefri mengabarkan Bianca jika ia sudah tiba.
Bianca menghampirinya Jefri, kebetulan juga ia baru saja datang. Tangannya satu menjinjing makanan dan tangan satunya lagi membawa belanjaan.
“Belanja lagi?” tanya Jefri. Netranya tidak berpaling dari kedua belanjaan yang ada di tangan Bianca.
“Iya, dong, Sayang. Kamu tahu, kan aku model. Jadi, harus banyak stok baju baru,” ungkap Bianca. Bianca termaksud orang yang begitu boros, banyak barang yang selalu ia beli dan jatuhnya jarang di pakai
Jefri tak bertanya lagi, ia langsung masuk ke dalam. Ia menghempaskan tubuh di sofa, sedangkan Bianca mengambilkan minum untuknya.
“Bi, aku mau bicara,” ucap Jefri.
“Aku juga mau bicara sama kamu, Sayang. Kabar baik, pokoknya.”
Jefri memai
“Mama, Papa mana? Kok kita nggak pulang ke rumah Papa?” tanya Leon.Sepulang dari rumah sakit, anak laki-laki Agnia terus bertanyalah tentang ayahnya. Namun, sang ibu mencoba menjelaskan kalau ayahnya sedang ke luar kota jadi mereka sementara menemani nenek Anggun.Leon sedikit kecewa, bicaranya sudah sangat pintar walau masih agak sedikit cadel. Tangannya masih biru bekas cabutan infus, ia meringis saat tak sengaja menyenggol mainan.“Mama, kalau Om itu kapan datang?” Lagi, sang anak bertanya.“Om siapa?” Dahi Agnia berkerut.Agnia menatap sang ibu, ia berharap wanita itu memiliki jawaban. Bu Anggun menghampiri Leon yang bermain mobil-mobilan.“Bos kamu yang di maksud Leon. Kemarin dia datang lagi saat Leon hampir saja mengamuk. Pria itu baik, tapi apa hanya ibu yang berpikiran ini, ya.”“Apa yang ibu pikirkan?” tanya Agnia.“Hanya berpikir jika mereka berdua, L
Agnia di perintahkan ke ruang meeting untuk bertemu dengan seseorang. Ia beranjak ke sana untuk menemui orang itu. Keduanya saling berhadapan.Pria dengan kumis tebal memperkenalkan diri pada Agnia sebagai pengacara yang diutus Jefri untuk mendampinginya di persidangan perceraiannya. Agni sendiri bingung dengan semua yang terjadi begitu saja di hidupnya.Bahkan ia tak berpikir jika akan menggandeng pengacara untuk persidangannya. Sore nanti jadwal sidang pertama.“Tapi saya nggak perlu di dampingi,” ujar Agnia.“Tidak usah menolak. Perceraian kamu harus segera selesai.” Agnia menoleh saat suara Jefri terdengar begitu jelas.Lagi, Agnia dibuat tercengang dengan apa yang dilakukan Jefri. Dirinya hanya bisa terdiam tanpa kata.“Untuk apa semua ini, Pak Jef. Biarkan saya menyelesaikan semua masalah saya. Pak Jefri tidak usah ikut campur.” Agnia menolak semua yang dilakukan Jefri.
Agra mencoba mencari tahu tentang Jefri. Pengusaha muda yang berdiri di dalam sebuah perusahaan megah yang begitu terkenal. Ia pun lebih penasaran ada apa dengan Agnia, bagaimana bisa ia menggunakan pengacara sehebat itu.Pria dengan tubuh tegap itu menatap jalan ibu kita dari jendela kantor. Ia melirik jam di tangan, seperti ada yang terlupakan. Ia merindukan Leon, anak laki-laki Agnia yang selalu membuatnya semangat untuk pulang ke rumah kala itu.Agra kembali membuka pesan Agnia. Ia membacanya pelan, apalagi saat Agnia memintanya untuk menemui sang anak. Namun, ia bersikeras tak mau bertemu.“Bagaimana dia sekarang?” Agra bergumam sendiri.Sekali lagi dia terkejut melihat iklan di ponselnya. Adiknya menjadi brand ambassador perusahaan Gemilang Emas. Semua serba kebetulan dan membuat Agra terkejut.Hana datang memberikan informasi untuk meeting dengan perusahaan Valina Mutia untuk memperebutkan tender besar. Ia berencana a
Jefri memberi semangat karena Agnia memberikan kontribusi besar dengan memenangkan tender siang itu. Sementara, Agra tidak percaya jika dia bisa kalah oleh Agnia yang pikir tidak ada apa-apanya.Hana pun kesal mengapa mereka kalah dalam tender itu. Ia tidak henti mengumpat kesal pada Agnia. Ia pikir Agnia hanya ibu rumah tangga yang tidak bisa apa-apa dan hanya berdiri di belakang laki-laki.Agnia melihat dari kejauhan wajah Hana memerah menahan amarah. Sudah pasti orang seperti dia akan sirik dengan kemenangan Agnia.“Jangan usah dipikirkan lagi, kamu sudah buktikan kalau kamu hebat, Ni. Sayang, pria itu membuang berlian.” Jefri menggenggam jemari Agnia dan melangkah melewati Agra dan Hana.Sekali lagi Jefri berhasil membuat Agra geram sekaligus cemburu. Pria itu menahan diri untuk tidak emosi di depan Hana. Dengan hati yang terkoyak, Agra mencoba melangkah dengan tenang.“Gila, aku rasa dia itu sudah menjadi simpanan
“Jadi Leon akan sekolah tahun ini?” Jefri bertanya saat memarkirkan mobil di halaman rumah Bu Anggun.“Iya, Leon sudah berumur lima tahun. Tahun ini akan kusekolahkan,” ujar Agnia.Mereka turun berbarengan, anak laki-laki Agni berteriak sembari memeluk Jefri. Agnia menggeleng melihat anaknya sudah dekat dengan sang ayah. Seperti biasa, kecupan di pipi membuat Leon membalas dengan kecupan pada Jefri.“Om, jadi kita beli es klem?” tanya Leon. Anak itu masih cadel dalam berbicara dan belum begitu lancar.“Jadi, dong anak ganteng.” Jefri menggendong Leon memasuki rumah.“Pak, jangan memanjakan Leon. Nanti dia bisa kebiasaan,” tutur Agnia.Jefri hanya melihat ke arah Agnia tanpa menjawab. Pria itu sibuk mendengarkan cerita Leon. Tidak lama Bu Anggun datang dari acara pengajian dekat rumah. Sementara, Suster Sarah sudah datang membawakan minuman untuk Jefri.“Bu, Leon d
Agra membanting setir ke kanan, ia berhenti di pinggir jalan dan berulang kali menjambak rambut kesal. Ia tidak tahu, apa yang terjadi dengan dirinya hingga semudah itu terpengaruh ucapan yang belum tentu benar. Perselingkuhan Gio dan Agnia, hal itu kembali berputar di otaknya.“Apa yang terjadi sebenarnya? Apa benar ibu melakukan hal yang tidak sebenarnya terjadi, apa iya, ibu memfitnah Agnia? Untuk apa?” Agra terus bergumam sendiri.Ia kembali mengemudikan mobilnya menuju rumah. Tujuan pertamanya adalah bertemu dan bertanya masalah Agnia padanya. Sebelum itu ia mencoba mendengarkan kembali rekaman yang dikirim Agnia.“Sial!”Mobil memasuki halaman rumah megah Agra. Di sana terparkir mobil milik Hana yang ternyata singgah lebih dulu dari pada Agra.Pria itu turun kemudian dengan berapi-api, ia melangkah masuk. Namun, ia menghentikan langkah saat terdengar dua wanit
Pukul 09.00 Jefri sudah berada di rumah Agnia. Anak laki-laki tampan menyambutnya dengan riang. Begitu juga Jefri langsung memeluk tubuh kecil Leon. Harus minyak telon membuat ia semakin betah menciumi sang anak.“Ayo “ Agnia sudah siap, ia berdiri sejak tadi memperhatikan ayah dan anak itu saling berpelukan.Jefri terkesiap melihat Agnia tampil lebih segar dan berbeda. Dress hitam dengan rambut keriting gantung membuat ibu satu anak itu semakin cantik. Agnia kembali menyapa Jefri yang sejak tadi bergeming menatapnya.“Pak, jadi pergi atau tidak?” Lagi, Agnia mengingatkan Jefri.Jefri tersadar, lalu mengangguk dan langsung menggendong Leon. Untuk kali ini dia merasa desiran aneh yang menusuk jiwa. Getaran-getaran yang muncul saat kedatangan Agnia di hidupnya. Walau belum sepenuhnya ia melupakan Bianca.Sejak perdebatan semalam, kepalanya terasa pening. Pria itu memberanikan diri membawa Agnia dan Leon sebelum ter
Atas permintaan Farha, Agnia masuk kembali menemui kedua orang tua Jefri. Sejauh ini, Farha sang kakak sangat baik pada Agnia. Sesama wanita, jelas ia mengerti perasaan calon adik iparnya.Farha pun ingin tahu bagaimana bisa ada Leon di antara mereka. Selama bersama Jefri pun tidak pernah bercerita tentang wanita selain Bianca. Namun, kali ini tiba-tiba saja datang bersama seorang wanita dan anak yang diakui sebagai darah dagingnya.Bu Fira masih menatap sinis kedatangan Agnia lagi. Seorang ibu hanya ingin yang terbaik untuk anaknya. Begitu Bu Fira yang tidak ingin Jefri salah langkah atau ditipu seseorang. Mungkin rumor tentang putra Gemilang emas sudah tersebar.“Kita makan, silakan duduk,” ujar Farha.“Terima kasih.”Makan siang begitu sunyi, hanya terdengar dentingan garpu dan sendok yang saling bersahutan. Agnia sibuk menyuapi Leon, sedangkan dia saja belum makan.“Kamu tidak makan, Agni?” tanya Jefri