Share

Cerita masa lalu

“Gue bakal kasih HP baru gue buat siapa aja yang bisa pacarin Aleana anak kelas satu."

Saka menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Bobby teman satu kelasnya. Saka sedang berkumpul mengerjakan tugas kelompok dengan Andre, Lucas dan Henry di rumah Bobby. Awalnya Saka hanya diam mendengarkan percakapan teman-temannya sambil fokus mengerjakan tugas kelompok mereka namun ucapan Bobby barusan menarik perhatiannya.

“Aleana si anak beasiswa?” tanya Saka memastikan.

“Iya,” jawab Andre singkat.

“Berani loe Ndre?” ucap Bobby menantang Andre.

Saka menggelengkan kepalanya mendengar percakapan teman-temannya itu. Bobby memang terkenal suka membuat onar karena Bobby adalah anak dari salah satu donatur sekolah. Saka yang awalnya diam tiba-tiba mengangkat wajahnya ketika Lucas menyebut namanya.

“Ka, loe gaet aja Si Alea. Loe doang yang jomblo. Alea cantik asal kaca mata kudanya dia lepas. Lumayan dapet cewek plus dapet HP baru si Bobby.”

Saka hanya mengelengkan kepalanya mendengar ucapan gila Lucas.

“Saka nyalinya ciut. Mana berani dia taruhan gini,” ucap Bobby meremehkan Saka.

Saka tersenyum sinis mendengar ucapan Bobby. Saka paling tidak suka kalau seseorang meremehkan dirinya. Saka pun tertantang untuk membuktikan ucapan Bobby itu.

“Gimana aturan mainnya?” ucap Saka dengan nada datar memandang Bobby.

Bobby menyeringai. Umpan yang ia lemparkan mulai ada yang menggigitnya. “Gampang kok. Gue kasih loe waktu 6 bulan sampai kenaikan kelas. Loe harus pacaran sama dia sebelum kenaikan kelas.”

Saka meletakan pulpen yang sedari tadi berada dalam genggaman tangannya dan menyandarkan tubuhnya pada sofa yang berada dibelakangnya. “Udah gitu doang?”

“Gak gampang deketin Aleana Ka, Tuh cewek kutu buku banget. Ke sekolah cuma belajar dikelas sama ke perpus doang. Makan selalu bawa dari rumah gak pernah ke kantin,” ucap Andre sambil menatap Saka.

Saka menautkan kedua alisnya. “gitu aja?”

“Gak tersentuh Ka. Di sekolah temen deket aja dia gak punya gue rasa. Gue pernah satu kelompok sama dia. Gila pendiem banget orangnya. Gue sampe mikir dia itu ansos,” timpal Henry.

Bobby menyeringai menatap Saka. “Loe gak bakal bisa deketin dia Ka. Gue berani kasih HP baru gue kalo loe bisa jadian sama dia dalam 6 bulan.”

“Enam bulan? Really Bob? Enam bulan itu lama Bob. Banyak hal bisa terjadi dalam 6 bulan,” ucap Saka memperingatkan.

“Itu kalo loe berhadapan sama orang normal Bro. Alea itu benar-benar pendiam dan nggak akan melirik loe sama sekali.”

“Gue heran kenapa loe jadiin dia bahan taruhan loe?” tanya Saka penasaran.

“Karena gue yakin gue bakal menang,” jawab Bobby santai.

Saka menatap Bobby tepat dikedua bola mata Bobby. Bobby pun membalas dengan seringai meremehkan Saka.

“Take it or leave it?” tantang Bobby.

Saka membalas seringai Bobby dengan seringai yang tak kalah meremehkan. “I'll take it,"

Teman-teman Saka menjadi riuh karena Saka menerima tantangan Bobby termasuk Bobby yang kaget karena Bobby mengenal Saka. Saka tidak pernah mau terlibat sesuatu yang merepotkan dirinya dan ini pertama kalinya Saka menerima tantangannya.

"Kirim gue foto. Foto kalian ciuman. Well gue gak akan percaya semudah itu Sak. Cuma foto ciuman kalian yang gue percaya kalo kalian sudah jadian," ucap Bobby dengan seringai di wajahnya.

"Deal," ucap Saka tanpa pikir panjang.

***

Saka mulai mencari tau kebiasaan Aleana. Siapa yang tidak mengenal Aleana, si siswi beasiswa yang pintar namun cupu dengan kacamata tebalnya. Bukan tipe Saka suka melibatkan diri dalam sebuah pertaruhan namun kali ini Saka tidak bisa diam saja dikala seseorang meremehkan dan memandang kecil dirinya. Saka ingin membuktikan bahwa dirinya bukan seperti yang mereka ucapkan.

Dua minggu Saka memperhatikan kebiasaan Aleana. Saka mulai tau kebiasaan Aleana dan mulai mendekati Aleana perlahan hingga terkesan natural. Saka kini semakin rajin ke perpustakaan disaat istirahat maupun jam kosong pelajaran. Saka awalnya hanya datang untuk sekedar duduk. Saka mendekati Aleana dengan sangat perlahan. Terkesan lama tapi Saka ingin semua terlihat tidak disengaja hingga suatu saat tanpa Saka rencanakan Aleana duduk dihadapannya sambil membawa buku dan membaca buku yang ia bawa.

"Kamu bawa pulpen? Pulpen aku habis," ucap Saka pada Aleana dihadapannya.

Aleana yang tadinya sedang membaca mengangkat wajahnya dan memandang pria dihadapannya itu. Aleana menengok ke kiri dan ke kanan.

"Kakak ngomong sama saya?" 

Saka memutar bola matanya. "Siapa lagi? Cuma ada aku sama kamu dimeja ini. Kamu bawa pulpen gak? Pulpenku habis. Kalo kamu bawa aku pinjam,"

Aleana meruntuki pria dihadapannya tapi tangannya mengeluarkan pulpen yang berada di selipan buku yang ia bawa-bawa. Aleana tetap meminjamkan pulpennya pada pria yang ia tau bernama Saka. Siapa yang tidak kenal pria ini si pria populer yang memiliki kembaran yang sama populernya bahkan keduanya memiliki banyak penggemar wanita. Para siswi yang mengantri untuk dekat bahkan menjadi pacar mereka tapi sayangnya Aleana tidak termasuk dalam jajaran siswi yang mengantri itu. Aleana terlalu sibuk untuk belajar dan mempertahankan beasiswanya bukan karena Aleana berasal dari keluarga yang berkekurangan tetapi Aleana ingin menunjukan pada kedua orang tuanya bahwa ia adalah anak yang bisa dibanggakan.

Aleana kembali fokus dengan bukunya sementara Saka tersenyum sambil mengerjakan PRnya. Bagi Saka ini adalah sebuah kemajuan kecil dan kemajuan kecil ini nantinya akan mengubah keduanya.

            ***

Hari-hari berlalu Saka masih setia ke perpustakaan menemui Aleana dan setiap kali Saka meminjam pulpen pada Aleana dengan berbagai alasan. Entah dengan Alasan lupa membawa pulpen, tintanya habis, atau alasan lain dengan berkata bahwa tinta pulpennya bocor.

Awalnya Aleana tidak merasakan apapun ketika Saka meminjam pulpennya namun jika setiap hari Saka meminjam pulpen pada Aleana lama kelamaan Aleana berang. Apa pria ini tidak memiliki pulpen lain atau apa pria ini tidak mempunyai uang untuk membeli pulpen?

Hingga suatu saat Aleana membawa pulpen lain dan menyodorkannya pada Saka.

"Ini, saya belikan pulpen ini untuk Kakak. Jaga baik-baik. Jangan selalu meminjam milik orang lain," ucap Aleana sambil menyodorkan sebuah pulpen pada Saka.

Saka menerima pulpen dari Aleana sambil tersenyum. "Kamu gak ikhlas ya aku pinjam pulpen kamu kemarin-kemarin?"

Aleana membulatkan matanya. Nggak ikhlas katanya? 

"Ikhlas, Kak. Ikhlas. Cuma dari pada Kakak tiap hari pinjam pulpen terus lebih baik bawa pulpen ini dan jaga baik-baik. Jangan meminjam dari orang lain lagi. Orang lain belum tentu nyaman jika Kakak pinjami setiap hari dan selain itu jangan dijadikan kebiasaan meminjam sesuatu setiap hari pula," ucap Aleana panjang lebar.        

"Ternyata kamu cerewet, Leana."            

Aleana kehabisan kata-kata menghadapi Saka. Pria yang beberapa hari ini meminjam pulpen padanya. Aleana hanya bermaksud baik memberikan pulpen sehingga Saka tidak perlu meminjam pulpen lagi baik pada dirinya atau siapapun itu.

Menyadari keterdiaman Aleana, Saka akhirnya mengalah. "Baiklah. Aku terima pulpen pemberianmu ini dan akan ku ingat nasihatmu baik-baik. Aku pikir kamu itu pendiam, Leana. Ternyata kamu itu cerewet sekali."

Aleana menatap horor pria dihadapannya. Ucapannya barusan seakan-akan Aleana memaksa Saka menerima pulpen darinya. Ya Tuhan kenapa soal pulpen saja bisa jadi serumit ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status