Share

Kami saling mengenal

Aleana sudah sampai di Bandara Soekarno Hatta dan saat tiba di Bandara Aleana mendapati Kevin sudah sampai dan menunggu di kursi tempat janjian mereka. Kevin sedang focus dengan HP nya sehingga tidak menyadari Alea sudah berada didekatnya.

Kevin seorang pria yang berkulit sawo matang dan memiliki tinggi 180cm. Postur tubuhnya yang tinggi dan memiliki tubuh atletis membuat Aleana yakin banyak wanita yang menyukai Kevin terlebih sikap Kevin yang ramah membuat Kevin mudah untuk diterima siapapun yang mengenalnya. 

 “Hai, Kak”

Kevin mengangkat wajahnya dan tersenyum mendapati Aleana sedang berada dihadapannya. “Halo, Alea. Sini duduk Pak Saka belum sampai. Kita tunggu disini,”

Aleana mengangguk dan duduk disamping Kevin sementara pria itu kembali sibuk dengan HP nya dan Aleana diam sambil memandangi orang yang berlalu-lalang didepannya.

 “Sorry,

Lea. Aku harus sambil urus jadwal Pak Raka. Kamu naik apa kesini? Semalam pulang jam berapa?”

Aleana tersenyum. “It’s okay

Kak. Aku tadi naik taxi. Semalem aku pulang sekitar setengah sepuluhan terus sampe rumah kira-kira hampir setengah sebelas aku rasa,”

Kevin mengangguk. “Lea, aku terima telepon dari Pak Raka dulu sebentar.”

Aleana mengangguk dan memandang Kevin yang berdiri dan menjauhi dirinya untuk mengangkat telepon yang masuk dari atasannya. Aleana memutuskan untuk mengambil roti dari dalam tasnya untuk mengganjal perutnya yang tiba-tiba terasa lapar. Alea membuka bungkus roti yang ia bawa dan memakannya. Alea sedang asik menikmati roti miliknya ketika seseorang tiba-tiba duduk disampingnya.

 “Kenapa semalam nggak kabarin aku?”

Aleana menoleh dan kaget mendapati Saka sudah duduk disisinya. “ Selamat pagi, Pak. Bapak baru sampe? Sudah sarapan, Pak?”

Saka mendengus kesal. Aleana mengabaikan pertanyaannya. “Kenapa semalam nggak ngabarin aku, Aleana?” Saka mengulang pertanyaannya dengan nada datar namun pandangan Saka lurus menatap Aleana. Aleana menggenal Saka. Nada datar tenang dan tatapan tajam Saka sebenarnya menandakan bahwa Saka sedang marah.        

Aleana menghela nafas. “Maaf, Pak. HP saya lowbat. Saya juga capek jadi langsung istirahat,”

Saka menghela nafas. Saka bukan orang yang pemarah. Mendengar lawan bicaranya sudah mengakui kesalahannya dan meminta maaf maka Saka akan memaafkannya.

Kevin datang mendekati Saka dan Aleana yang sedang duduk dikursi. “ Selamat pagi, Pak. Maaf, saya tadi terima telepon dari Pak Raka. Bapak mau masuk sekarang?”

 “Pagi Kev. Boleh, ayo masuk,”

Saka berdiri dan ketika Kevin ingin mengambil koper miliknya, Saka menolaknya dan membawanya sendiri tidak lupa Saka mengambil koper milik Aleana dan turut serta membawanya.

 “Saya bawa sendiri aja Pak,” ucap Alea dengan nada sungkan terlebih ada Kevin disini. Alea tidak ingin Kevin berfikir yang tidak-tidak tentangnya dengan Saka.

 “Tidak apa-apa. Aku bawain sekalian. Anyway, Aleana dan saya dulu satu sekolah dan dari dulu saya menganggilnya Aleana dengan panggilan Leana jadi kamu jangan bingung kalau saya bersikap santai sama Leana,”

Kevin mengangguk dan menatap Aleana. Aleana membalas tatapan Kevin dengan senyum kaku. Saat mengantri masuk kedalam ruang tunggu, Kevin berbisik pada Alea.

 “Aku baru tau kamu itu teman Pak Saka, kamu kenal Pak Raka juga?”

Aleana meringis mendengar ucapan dan pertanyaan Kevin. “Aku akan cerita sama Kakak semuanya nanti,”

“Aku tunggu,” ucap Kevin dengan nada penasaran.

Aleana menghirup nafas dalam-dalam. Entah apa maksud Saka menceritakan hal tidak penting seperti itu pada Kevin. Saka mengenal Aleana bukanlah hal yang perlu diceritakan lagi pula seharusnya Saka bisa bersikap professional saja seperti yang Aleana lakukan selama ini.

Saka, Alea dan Kevin kini masuk dan berada diruang tunggu ketiganya duduk diruang tunggu dalam diam dan masing-masing dari mereka sibuk dengan gadget mereka masing-masing hingga Saka memecah keheningan diantara mereka bertiga.

 “Bisa minta tolong belikan saya kopi? Sepertinya saya butuh kopi,”

Aleana dan Kevin mengangkat wajah mereka menatap Saka dan Kevin langsung bereaksi dengan cepat. “Caffe latteseperti biasa Pak?”

Saka mengangguk.

 “Saya belikan dulu kalau begitu,” ucap Kevin pada Saka. Kemudian Kevin menoleh pada Aleana dan bertanya, “Kamu mau sesuatu Alea?”

Aleana menggelengkan kepalanya. Aleana ingin sekali kopi untuk mengusir rasa kantuknya namun Alea memilih berhemat.

“Belikan Caramel Latte untuk Leana, Kev. Kamu juga beli lah sesuatu. Kita butuh kopi karena Singapore tidak akan mudah sepertinya,”

Kevin mengangguk kemudian berlalu untuk membeli kopi pesanan Saka sementara Saka kembali focus pada gadget yang berada ditangannya. Ekspresi Saka dan gerak-gerik Saka tidak luput dari pandangan Aleana. Aleana memperhatikan Saka yang sepertinya pusing karena beberapa kali Saka memijat pelipisnya membuat Aleana merasa kasihan. Mungkin beban yang dipikul Saka kali ini begitu berat.

 “Ada yang bisa saya bantu Pak?” tanya Alea pada Saka.

Saka tersenyum tipis memandang Aleana dan hanya menggeleng. “Semua yang kita perlukan di sana nggak ada yang tertinggal kan Le?”

 “Enggak ada Pak. Semua sudah saya bawa,”

 “Good,”

Saka kembali fokus dengan gadget yang berada ditangannya sementara Aleana duduk diam. Aleana menghela nafas panjang karena teringat kalau dirinya harus menjelaskan perihal dirinya yang saling mengenal dengan Saka pada Kevin.

"Aku sengaja melakukannya. Aku nggak suka Kevin terlalu dekat sama kamu. Aku hanya menjaga wanita yang aku cintai dari pria lain," ucap Saka tiba-tiba.

Aleana tertegun sesaat mendengar ucapan Saka namun menit berikutnya wajah Aleana berubah menjadi dingin. "Bapak tidak perlu memikirkan mengenai pria yang mendekati saya karena itu urusan pribadi saya. Karena masa lalu sudah mengajarkan saya untuk tidak percaya pada seorang pria begitu mudahnya."

Kalau tadi Aleana sempat tertegun mendengar ucapan Saka kini giliran Saka yang tertegun mendengar ucapan Aleana.

"Sedalam itukah luka yang sudah aku tinggalkan?" ucap Saka dalam hatinya sambil memandang sendu Aleana yang kini sudah memalingkan wajahnya menatap lurus ke depan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status