Share

Begu Ganjang

Kejadian menyeramkan terus dialami oleh Jaka, karena kejadian tersebut Jaka menjadi teringat kenangannya 5 tahun yang lalu. Kenangan buruk yang ia alami ketika berlibur kerumah nenek.

Rumah nenek Jaka berada disalah satu kota besar yang berada di provinsi Sumatera Utara, daerah yang masih hijau karena banyaknya perkebunan warga.

Berkebun menjadi salah satu mata pencaharian didaerah tersebut, Jaka sangat senang tiap kali diajak oleh orang tuanya untuk berlibur disana.

Dia bisa bermain dengan saudaranya yang sebaya ataupun dengan kawan lainnya. Saat itu Jaka mendapati cerita dari neneknya, untuk tidak bermain dikebun jagung Pak Siat.

Jaka heran kenapa neneknya melarang ia untuk main bersama teman-temannya disana, padahal kata saudaranya yang bernama Riki, disana adalah tempat bermain petak umpet paling menyenangkan karena wilayahnya yang cukup luas dan sangat sulit untuk dicari ketika bermain.

Tanpa penjelasan yang cukup dari nenek, Jaka sedikit menghiraukan himbauan neneknya, mungkin nenek hanya ingin ia tidak mengacau lahan perkebunan milik orang lain.

Sore itu Riki mengajak Jaka bermain petak umpet dilahan perkebunan jagung milik pak Siat.

"Ayo Jak, kita main petak umpet dikebun belakang" ajak Riki.

"Tapi kata nenek kita gaboleh main kesana" jawab Jaka.

Tanpa mikir panjang Riki langsung menarik lengan Jaka dan berlari keluar rumah. Tak jauh dipinggir jalan desa, teman-teman yang lain sudah menunggu untuk bermain.

Tak lama mereka langsung menuju kebun jagung itu. Sesampainya disana mereka hompimpa untuk menentukan siapa yang akan mencari dan siapa yang akan bersembunyi. Jaka kedapatan tugas untuk mencari, sedangkan Riki dan kawan yang lainnya bersembunyi.

Langit senja semakin terlihat memukau dengan warna oranye terangnya. Permainan itu baru saja dimulai, Riki dan tiga kawan lainnya mulai bersembunyi. Jaka berdiri dan menutup mata didekat pohon besar yang berada ditengah kebun.

Jaka menghitung mundur dari sepuluh, setelah itu Jaka mulai mencari kawannya.

"Satu... Sudah ya aku akan mencari kalian". Ujar Jaka.

Jaka mulai bergegas mencari kawannya yang sedang bersembunyi. Tak perlu waktu lama Jaka berhasil menemukan dua kawannya itu yang tengah bersembunyi di rerimbunan pohon jagung, dua kawannya yang sudah ketahuan persembunyiannya akan ikut juga dalam mencari yang lain.

Satu lagi kawannya berhasil ditemukan didekat gubuk bambu tempat jagung hasil panen dikumpulkan. Lahan jagung milik pak Siat pada sore hari memanglah sepi, akan tetapi anehnya hanya lahan milik pak Siat yang tidak dijaga oleh hewan ataupun orang orangan buatan untuk mengindari burung ataupun pencuri.

Hari semakin gelap, matahari yang bersinar dikala senja itu mulai turun, akan tetapi Riki masih belum ditemukan, Jaka dan tiga kawannya berteriak menyebut nama Riki tapi itu hal yang sia saja karna Riki tidak kunjung muncul, tak lama orang tua Jaka, Riki dan beberapa kawannya datang.

Mereka terkejut ketika mendengar cerita bahwa Riki belum juga ditemukan. Mereka semua panik dan segera mengumpulkan warga lain untuk ikut mencari Riki.

Waktu sudah menunjukan pukul tujuh, akan tetapi Riki masih belum ditemukan, kepala desa menyarankan untuk memanggil pak Siat sang pemilik lahan, beberapa linmas pun pergi kerumah pak Siat, dan warga akan berpencar, saat itu Jaka bersama papahnya ikut dalam pencarian itu.

"Pah itu Riki" tunjuk Jaka.

"Mana ka ?" Tanya ayahnya

Jaka melihat tubuh Riki dibawa oleh sesosok mahluk hitam besar berjalan menuju bukit belakang ladang, Jaka terheran karena sosok yang membawa saudaranya itu sangatlah besar, kakinya sangat panjang, bahkan tangannya sangat panjang.

Tubuh Riki yang digenggam begitu erat dan gak sadarkan diri itu terlihat begitu jelas dimata Jaka. Jaka menarik tangan ayahnya untuk mengikuti sosok besar itu, anehnya entah dimana mereka saat ini berada, seperti sedang berada di alam yang berbeda. Tiba-tiba mereka berada ditengah hutan lebat, dan ada rumah kecil disana.

Papah Jaka melihat kebelakang berharap bisa memanggil warga yang lain, tapi tidak ada siapapun disana, hanya ada rerimbunan pohon besar yang mengelilingi mereka. Jaka yang sangat ingin menyelamatkan saudaranya itu akhirnya kembali menarik papahnya.

Mereka semakin lebih dekat dengan rumah kecil itu, Jaka melihat tubuh Riki ditaruh didepan rumah kecil itu, ada hal aneh yang dilihat Jaka pada tubuh Riki, ditangan kanannya tergenggam sebuah jagung yang sudah matang. Tak lama seseorang keluar dari rumah kecil itu, seorang pria yang tidak terlalu tua, dia menyeret tubuh Riki kedalam rumah itu dan kembali menutupnya.

Karena terlalu fokus pada Riki, mereka tak sadar bahwa sosok tubuh besar itu sudah berada di samping mereka, papah Jaka terkejut dan langsung menggendong Jaka berlari menjauhi sosok itu. Akan tetapi itu hal yang sia-sia, kaki sosok itu begitu panjang dan sangat cepat menghampiri mereka, ada secercah cahaya kecil yang terlihat, papah Jaka langsung melempar tubuh Jaka pada cahaya itu.

Jaka hanya melihat wajah papahnya yang berteriak untuk pergi.

Ketika Jaka membuka mata, ia kembali ke kebun jagung milik pak Siat. Jaka langsung bergegas mencari warga yang tengah bertebaran meneriaki nama Riki. Beberapa warga menghampiri Jaka yang terlihat terdapat sedikit luka ditangan kirinya. Warga itu bertanya dimana papah Jaka.

Jaka hanya terdiam dengan wajah yang penuh ketakutan, tak lama linmas datang menghampiri kepala desa bersama seseorang yang sudah tak asing wajahnya.

"Orang itu yang memanggil sosok hitam" tunjuk Jaka kepada orang itu.

Warga heran kepada Jaka, karena melihat pak Siat dengan penuh kesal dan ketakutan.

"Ternyata benar kalau pak Siat ini memelihara Begu Ganjang untuk menjaga kebun bapak" ucap kepala desa.

"Loh bapak percaya pada ocehan anak kecil itu" ucap pak Siat.

Jaka berlari memukul pak Siat sambil mengucap untuk mengembalikan ayahnya dan Riki. Tak lama Jaka langsung mundur beberapa langkah ketika melihat sosok besar itu berada dibelakang tubuh pak Siat.

Ternyata yang melihat itu bukan hanya Jaka, tapi seluruh warga yang berada disana, kepala desa langsung menggendong Jaka dan berlari untuk keluar dari kebun itu, sosok itu tak hanya satu, tapi ada tiga.

Terlihat beberapa warga yang berlari berhamburan dan beberapa yang berhasil tertangkap oleh mahluk itu. Jaka melihat kebelakang bahwa Begu Ganjang itu memakan beberapa warga, Begu Ganjang itu menusuk para warga dengan kuku yang tajam dan memakannya.

Dari kejauhan Jaka melihat bahwa pak Siat masih berdiri disana dan menunjuk kearah Jaka dengan senyum bengisnya. Kepala desa terus berlari untuk keluar dari kebun itu.

Ada salah satu Begu Ganjang yang mengejarnya, tidak lari, hanya cukup berjalan karena langkahnya yang besar, tidak membutuhkan waktu lama Begu Ganjang itu sudah tepat berada dibelakangnya, tangannya menghempaskan kepala desa dan Jaka sampai terpental.

Jaka terbangun dan melihat kepala desa tidak sadarkan diri, Jaka bergegas membangunkan kepala desa, akan tetapi itu hal yang sia-sia, kuku panjang dan tajam tepat menusuk punggung belakang kepala desa. Jaka langsung kembali berdiri dan berlari menjauhi Begu Ganjang itu.

Jaka hanya bisa menangis melihat pembantaian yang dilakukan oleh mahluk halus itu. Jaka berhasil keluar dari wilayah kebun jagung milik pak Siat. Dengan keringat yang bercucuran Jaka berhasil kembali ke desa.

Para warga yang berada di desa merasa heran melihat Jaka seperti dikejar hantu. Jaka langsung jatuh pingsan tepat berada dipelukan ibunya. Beberapa warga berkumpul dirumah Jaka untuk mendapatkan kejelasan dari kejadian yang menimpanya, setelah Jaka terbangun Jaka langsung menceritakan hal yang sudah terjadi, tak lama beberapa warga menuju kerumah pak Siat, ternyata dia sudah tidak ada dirumah itu, anehnya rumah itu kosong seperti tanpa penghuni.

Warga hanya menemukan ruang bawah tanah tempat persembahan untuk iblis. Warga bergegas membakar ruangan itu beserta rumah pak Siat.

Tak lama jasad yang telah dibunuh Begu Ganjang pun muncul tepat berada digubug tempat penyimpanan jagung. Beberapa warga beserta linmas segera mengevakuasi korban. Disana terlihat tubuh Riki dan papahnya Jaka, serta kepala desa.

Lahan jagung itu segera dibakar oleh warga untuk menghilangkan Begu Ganjang dari desa itu. Malam itu, malam terakhir Jaka melihat papahnnya. Kisah duka pertama yang Jaka alami, Jaka selalu berharap bahwa dia tidak akan pernah berurusan dengan mahluk halus lainnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status