Home / Romansa / Jalan Menuju Jodohku / Bab 7 Gagalkah?

Share

Bab 7 Gagalkah?

Author: Shakeel
last update Last Updated: 2025-03-27 21:10:54

Sebelum berangkat, Amel membaca pesan Ipul sekali lagi, Amel bingung harus datang atau tidak, Amel meletakkan kembali hp di meja rias.

"Mau ngapain Ipul ngajak ketemu ya," ucap Amel sendiri di depan cermin sambil membenarkan jilbabnya.

Lalu Amel berangkat meraih hp, memasukkannya dalam tas tanpa membalas pesan Ipul.

***

Hari itu kerjaan sangat banyak, membuat Ipul sulit untuk bertemu Amel dan menanyakan jawaban pesannya.

Amel sangat beruntung karen tidak bertemu Ipul, Eni yang melihat Amel gelisah mendekati Amel.

"Mel, kenapa, kelihatan gelisah?" tanya Eni.

"En, semalam Ipul kirim pesan, baca sendiri," jawab Amel memberikan hp kepada Eni.

Eni yang mengerti maksud pesan itu memberikan saran kepada Amel untuk datang. "Mungkin ada hal penting yang ingin Ipul sampaikan, datang aja, kalau kamu takut mau aku temani?" tawar Eni yang meminta Amel datang.

Eni mempunyai firasat jika saat itu Ipul akan menyampaikan hal penting karena jika tidak penting tidak mungkin mengirim pesan seperti itu.

***

"Belum ada jawaban juga dari Amel?" tanya Supri mengagetkan Ipul yang sedang istirahat di kantin.

"Belum, Pri, hari ini juga belum sempet ketemu, kerjaan banyak," jawab Ipul dengan lesu.

"Semoga Amel mau datang, nanti coba gue cari-cari kesempatan buat tanya Amel," Supri memberi semangat Ipul.

"Ada acara apa, datang kemana?" tanya Yana yang tiba-tiba ada di belakang Ipul.

"Oh, Ipul mau ke rumah gue, jadi gue suruh datang," jawab Supri ngasal.

Supri tahu gimana keponya Yana, walaupun Supri juga mencintai Amel tapi Supri nggak mau rencana Ipul gagal. Supri juga ingin melihat sahabatnya bahagia.

***

Jam pulang kerja telah berakhir, Supri meminta Ipul menunggu di cafe itu untuk memastikan semua sudah siap, sedangkan Supri sendiri akan menemui Amel dan memastikan Amel akan datang ke cafe itu.

Sangat kebetulan Amel berdiri di dekat motornya, Supri belum terlambat, Supri segera memanggil Amel.

"Mel, ada waktu bentar?" tanya Supri memastikan tidak ingin menggangu Amel.

"Ada apa, apa soal Ipul?" tanya Amel balik.

"Iya, kamu datang ya, Ipul sudah siapin semua, aku tahu kamu masih ragu tapi sekali lagi aku bilang sama kamu, Ipul dan Santi nggak ada hubungan. Kamu datang dulu, apapun nanti jawabanmu, jawab dari hati kamu. Ya udah aku pulang dulu, aku cuma mau bilang itu," jelas Supri lalu berlalu pergi.

"Tunggu ...," teriak Amel.

"Kamu tahu soal Ipul?" Tanya Amel penasaran karena di pesan Amel tidak boleh mengatakan kepada siapapun.

Supri mengangguk dan menempelkan jarinya bertanya Amel diam. Amel yang paham mungkin memang hanya teman dekat Ipul saja yang tahu.

Supri berpamitan kepada Amel, Supri yakin Amel akan datang ke cafe itu dan rencana Ipul akan berhasil.

Di sisi lain, Amel memperhatikan Supri yang meninggalkannya dengan diam. Amel masih merasa ragu dengan semua.

"Masih ada beberapa jam lagi, lebih baik aku pulang dan mandi dulu biar bisa mikir," gumam Amel sambil melihat jam di tangannya.

***

Supri yang melangkah pergi lalu menghubungi Ipul, memberitahu Amel pasti datang dan memberi semangat kepada Ipul.

"Siapa yang Supri maksud ya," gumam seseorang yang mendengarkan.

Lalu seseorang itu berniat untuk mengikuti Supri tapi nihil ternyata Supri pulang ke rumah dan tidak mencurigakan sama sekali. Seorang itupun melangkah pergi tanpa mendapatkan informasi lainnya.

Supri yang tidak tahu jika dari tadi ada yang mengikuti dia terlihat biasa.

***

Ipul bersemangat mendengar kabar dari Supri jika Amel akan datang, Ipul mengecek kembali semua persiapan lalu Ipul pulang karena mau bersiap-siap.

Saat Ipul sudah siap dan ingin kembali lagi ke cafe, Ipul dikejutkan dengan kedatangan Santi yang sudah ada di teras rumahnya.

"Sudah rapih, kamu tahu aku mau ke sini?" tanya Santi merasa yakin dengan pertanyaannya.

"Ehem, a-aku, oh aku mau ada acara, ada apa ke sini?" tanya Ipul yang mulai bisa merubah expresi. "Mau ajak kamu jalan, kebetulan kamu udah siap, yuk," ajak Santi menarik tangan Ipul.

"Maaf, San, aku ada perlu penting yang tidak bisa ku tinggalkan," tolak Ipul secara halus.

Santi merasa kecewa dengan tolakan Ipul, mereka berdebat kecil sampai akhirnya Santi pergi dengan raut wajah sedih.

"Huh, aku harus tunggu Santi agak jauh, bisa saja dia mengikutiku," gumam Ipul sambil melihat ke arah Santi.

Saat sedang bengong, Ipul dikagetkan dengan dering telepon hpnya. Nama Supri tertera di sana, kebetulan sekali. Ipul menceritakan Santi yang datang ke rumah dan meminta Supri mengawasi Santi, Supri bersedia. Ipul merasa lega dan berterima kasih kepada Supri, lalu Ipul pergi langsung menuju cafe itu.

Ipul sengaja datang satu jam lebih awal dari jam yang sudah disampaikan kepada Amel.

***

Amel mondar mandir merasa bingung mau datang atau tidak, akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi Eni. Lagi-lagi Eni memberi saran untuk mengikuti kata hati Amel, Eni juga berkata sama dengan Supri, jika Santi dan Ipul tidak ada hubungan maka dari itu Amel tidak perlu merasa kwatir dengan Santi.

Amel menutup telepon itu dan berterima kasih atas saran Eni, tapi saat ini Amel masih belum beranjak dari duduknya, Amel masih memikirkan semuanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 32

    Aryo berpamitan dulu karena masih ada kepentingan. Amel dan Sandi juga sudah berada di dalam mobil Sandi, mereka akan menuju rumah Aryo. Sebenarnya Sandi juga sudah tahu rumah Aryo hanya saja untuk mengambil barang-barang memang perlu Amel yang masih saudara Aryo. Di dalam mobil mereka hanya diam saja, tidak ada yang mau membuka obrolan lebih dulu. Amel duduk di samping Sandi, Sandi yang meminta itu. Tadinya, Amel mau duduk di belakang tapi Sandi bilang dia seperti supir. Akhirnya Amel mengalah dan pindah ke depan. "Pak, bisa mampir pom bensin dulu. Saya ingin ke toilet," pinta Amel tanpa menoleh ke Sandi."Boleh, kebetulan di depan ada pom bensin," ucap Sandi lalu menuju pom bensin. Mobil yang Sandi kendari belok ke pom bensin, berhenti di dekat toilet. "Saya ke toilet dulu, Pak," ucap Amel lalu keluar dari mobil. Sandi mengangguk dia juga keluar dari mobil dan menuju mini market. Dia membeli beberapa minuman dingin dan cemilan. Sandi menenteng kantung kresek dan menyimpannya di

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 31 Teman Om Arya

    Pagi itu, Amel sedang bersiap-siap, dia merias wajahnya dengan sentuhan bedak tipis. Amel terlihat cantik, dia menggunakan kemeja berwana pink dipadukan dengan hijab berwarna hitam dan menggunakan rok panjang hitam. Amel terlihat begitu anggun, dia tidak seperti biasanya yang menggunakan celana panjang."Cantik sekali putri ayah ini," puji Pak Edi memuji Amel karena dimatanya hari ini terlihat segitu anggun."Emang biasanya Amel nggak cantik, Yah?" kesal Amel. "Hari ini kamu beda, Sayang. Oya, Om Aryo jemput kamu?" "Nggak, Yah, Om Aryo sedikit telat. Amel di suruh datang duluan ke cafe biru,""Kamu janjian di cafe biru? Bareng ayah saja kita searah," pinta Pak Edi tersenyum."Sarapan sudah siap, lagi ngobrolin apa sih tumben aku," ucap Bu Dina yang baru datang dari dapur membawa beberapa hidangan. "Aku bantu siapin, Mah, Mama duduk aja," Amel melangkah ke dapur mengambil beberapa makanan yang sudah siap. Setelah semua siap, mereka menikmati sarapan pagi itu dengan tenang. Hanya su

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 30 Pamit

    "Ada masalah mukamu kusut, ledek seseorang itu."Maaf, Pak, anda hanya duduk, kenapa anda mau tahu urusan saya," kesal Amel."Kita nggak lagi dalam bekerja, panggil saja Sandi, nggak usah Pak, umur saja juga belum tua-tua banget," jelas Sandi.Ya, seseorang itu Sandi, cowok yang selalu bikin Amel kesal saat ketemu."Aku bisa dengerin curhat kamu," lanjut Sandi."Dih, anda nggak akan paham, bikin kesal saja," ucap Amel lalu pergi begitu saja. Sandi hanya menatap tersenyum melihat kepergian Amel.Akhirnya, Amel memutuskan pergi ke rumah Eni. Dia memang butuh teman curhat.Beruntung Eni ada di rumah dan belum berangkat karena rencananya dia akan keluar. ***Setelah dari rumah Amel, Ipul duduk di balkon kamarnya. Dia sadar, kebersamaannya selama ini dengan Amel membuat Amel kecewa. Sekarang dia akan belajar ikhlas untuk melepas Amel. Dia yakin suatu saat dia akan disatukan lagi dengan Amel. Di tangannya, dia memegang album foto yang berisikan fotonya dengan Amel. Ipul senang memotret m

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 29 Bertemu lagi

    Waktu cepat berlalu, sudah satu bulan ini semua sudah berjalan normal, Gilang sudah masuk kerja kembali, tapi tidak dengan hubungan persahabatan mereka. Hubungan mereka menjadi kacau. Santi juga tidak mendapatkan Ipul, sikap Ipul menjadi cuek kepada siapapun. Sementara Yana hanya dekat saja tapi tak juga bisa memiliki Amel. Amel menutup hatinya, Amel selalu bilang dia belum siap untuk pacaran lagi. Yana dan Gilang sudah pernah mengungkapkan isi hatinya tapi tak ada yang Amel terima. Amel masih mau berteman dengan mereka tapi tidak untuk pacaran. Terlihat beberapa kali Amel jalan dengan Yana, bahkan pernah juga dengan Gilang. Rasa cemburu dalam diri Yana dan Gilang membuat mereka juga enggan dekat satu sama lain. Mereka sekarang sudah seperti musuh. Sedangkan Supri, dia memilih membuka hatinya untuk wanita lain, yaitu Eni. Seringnya pertemuan mereka membuat keduanya memiliki rasa. Supri juga sudah jujur tentang jika dia suka Amel kepada Eni, tapi Supri berjanji sedang berusaha melupaka

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 28 Bubar

    Setibanya di rumah, Amel melihat seorang sedang duduk di teras rumahnya. Dia yakin itu Ipul. "Aku harus hadapi, kalau aku menghindar terus semua nggak selesai," Amel bergumam sendirian. Amel memarkirkan motornya di tempat biasa, dia lalu menghampiri Ipul, dia tersenyum lalu duduk. "Aku mau ngomong sama kamu, Mel," pinta Ipul to the point. "Apa yang mau di bahas lagi, Kak, semua sudah jelas, untuk saat ini aku sudah memutuskan, aku ingin sendiri," jelas Amel tanpa melihat ke arah Ipul. "Kenapa, Mel? Apa karena Gilang?" Gesak Ipul. "Nggak ada hubungannya sama Gilang. Nggak usah bawa-bawa Gilang, Gilang itu murni kecelakaan," geram Amel . "Terus kenapa, Mel, tolong jelasin," pinta Ipul. Amel terlihat menarik nafas panjang lalu Amel mengambil handphonenya menujukkan sesuatu kepada Ipul. "Nih, lihat sendiri, sesudah lihat pergi dari sini, aku nggak mau lihat kakak lagi," jelas Amel menunjukkan sebuah rekaman video kepada Ipul. Beberapa hari yang lalu, sebelum Amel memutuskan se

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 27

    Keeseokan paginya, Amel berangkat lebih awal. Tapi tidak untuk bekerja, hari ini Amel memutuskan untuk izin bekerja. Dia belum siap untuk ketemu Ipul."Mah, aku jalan dulu ya. Aku hari ini izin, Mah, aku mau ke rumah Gilang. Kalau ada yang datang cari aku bilang aja aku sudah berangkat kerja, jangan bilang aku ke rumah Gilang ya, Mah. Pinta Amel kepada Bu Dina. "Kamu lagi ada masalah, Sayang?" Tanya Bu Dina lembut. "Nanti aku ceritain, Mah. Sekarang aku buru-buru, ingat ya, Mah, jangan bilang-bilang kalau ada yang cari aku," pamit Amel mencium tangan dan pipi Bu Dina. "Sarapan dulu, Mel," ucap Bu Dina. "Nanti aku beli aja, Mah, aku buru-buru," ucap Amel mencium tangan dan pipi Bu Dina.Bu Dina hanya menghela nafas panjang melihat Amel, tak berapa lama Pak Edi baru saja keluar dari kamar. "Ada apa, Mah? Kayanya tadi sudah ada suara Amel?" Tanya Pak Edi. "Amel baru saja berangkat, dia buru-buru," jawab Bu Dina. "Ya sudah biarlah, Mah. Mungkin Amel butuh waktu, Mah, kita sarapan b

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 26 Berakhir

    Yana sengaja menemui Amel, ada beberapa hal yang mau Yana bicarakan. Tapi karena Amel capek Amel mengajak Yana ke taman dekat rumahnya. Di sana, Yana membahas tentang Gilang. Yana sudah mendengar kondisi Gilang tapi Yana menduga Gilang hanya pura-pura supaya bisa dekat dengan Amel. Amel tidak percaya sama Yana, Amel marah sama perkataan Yana. "Kenapa kamu kaya gitu, Lang. Dokter sendiri yang bilang kondisi Gilang, bukan Gilang," bantah Amel tak suka dengan sikap Yana. "Itu siapa tahu kan, Mel. Jangan langsung percaya gitu aja," ucap Yana.Yana memang punya rencana untuk membuat Gilang hancur di mata Amel, dia mengarang cerita jika Gilang membohonginya. Akhirnya, Amel meninggalkan Yana sendiri, dia merasa kesal dengan sikap Yana, padahal Yana dan Gilang mereka sahabatan. Terdengar suara Yana terus memanggil Amel, tapi Amel tidak peduli dan terus berlari. Yana sebenarnya mengejarnya sampai rumah tapi Amel langsung menutup pintu rumahnya, Yana merasa tidak enak, karena orang tua Ame

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 25 Tidak di sangka

    Pak Edi dan Bu Dina sudah siap untuk menjenguk Gilang. "Mel, ayo berangkat kalau sudah siap," teriak Mama Dina memanggil Amel. Sore itu, mereka sudah merencanakan untuk menjenguk Gilang. "Ayo, Mah, Amel siap," ucap Amel yang sudah rapih. Sesampainya di rumah sakit, Amel yang sudah tahu ruang rawat Gilang langsung menuju ke sana. "Assallammualaikum," ucap Amel sekeluarga. "Waailaikumsalam," jawab semua yang berada di ruangan, ternyata di sana sudah ada Pak Zio, Ipul, dan Supri. Terlihat Gilang juga dalam keadaan tidak tidur tapi dia hanya diam saja. Supri sudah menceritakan keadaan Gilang ke Pak Zio dan Ipul, bahkan kabar kondisi Gilang yang lupa ingatan sudah semua tahu. Mereka semua hanya bisa mendo'akan yang terbaik untuk Gilang. "Om, Nte, ini orang tua, Mel, mau lihat keadaan Gilang," ucap Amel memperkenalkan orang tuanya. Orang tua Gilang menyambung dengan bahagia, bahkan Bu Wati dan Bu Dina terlihat berpelukan. "Apa rasa bersalah Amel begitu dalam, sampai orang tuany

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 24 Sebuah Keputusan

    Di kantin rumah sakit, Amel dan Supri sedang menunggu pesanan mereka tiba. Mereka memesan minuman, makanannya mereka bungkus karena ingin makan bersama di ruang rawat Bu Wati. "Mel, kenapa dari tadi bengong terus?" tanya Supri membuyarkan lamunan Amel."Aku merasa bersalah, Pri. Andai Gilang nggak aku ajak ketemu, pasti sekarang dia masih sehat," ucap Amel mulai meneteskan air mata kembali. Supri hanya bisa menghela nafas panjang, dia paham apa yang Amel rasakan. "Kamu nggak boleh sedih dan terus merasa bersalah gini, Mel. Jika Gilang tahu, dia pasti sedih, aku yakin Gilang nggak akan nyalahin kamu," Supri memberikan semangat kepada Amel. "Maaf, Mas, Mbak, pesanannya sudah siap," tiba-tiba pelayanan memberikan pesanan mereka."Terima kasih, Mbak. Ayo, Mel kita ke ruang Tante lagi," ajak Supri lalu Amel mengikutinya. ***Pak Resa sudah selesai mengurus administrasi ruang rawat Gilang, dan Gilang juga sudah dipindahkan di ruang rawat. Saat itu Gilang sudah sadar, dia terlihat suda

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status