Share

6. Melahirkan

Hari perkiraan lahir anak yang di kandung Grace masih sekitar satu bulan lagi, tapi entah kenapa Grace merasakan perutnya begitu sakit. Merasakan mulas yang begitu terasa menyakitkan. Grace meletakkan pisau yang tengah ia gunakan untuk meracik bumbu yang hendak ia masak. Tangannya mengelus perutnya sembari menarik napas lalu membuangnya. Entah ini kontraksi palsu atau memang kontraksi sungguhan yang menandakan akan lahirnya sang buah hati.

"Sakit," lirihnya sembari menggigit bibir bawahnya. 

Tidak ada satupun orang yang ada di rumah itu kecuali hanya Grace. Ia hanya bisa merasakan sakit itu seorang diri. Tapi beruntung itu hanya sebentar dan Grace kembali merasakan perutnya kembali normal. Mungkin benar, itu yang dinamakan kontraksi palsu. Grace tersenyum lalu mengelus perutnya kembali dengan penuh rasa haru bahagia. 

Grace kembali melanjutkan memasaknya. Sedikit santai karena ini hari minggu dan ia tidak berangkat kerja. Ia menikmati hari-harinya seorang diri dengan rasa semangat karena sebentar lagi ia akan sah menjadi seorang ibu.

Tapi ketika ia sedang sibuk berkutat di dalam dapur, suara bel tiba-tiba berbunyi. Hal itu sontak membuat Grace merasa heran, karena tidak biasanya ia kedatangan tamu. Meski begitu, Grace tetap berjalan ke arah ruang tamu. Membukakan pintu untuk melihat siapa yang datang.

"Mau apa kamu kesini? Bukankah kita sudah selesai?" Grace merasa malas ketika yang datang ternyata mantan suaminya, yang tak lain adalah Gustav.

"Izinkan aku masuk," ucap Gustav dengan raut memohon.

"Tidak, aku tidak mau berhubungan lagi dengan seorang pengkhianat," ucap Grace dengan begitu tegas.

Gustav tampak menghela napas panjang. Ia sadar memang kesalahannya sungguh fatal. Tapi tidak dapat dipungkiri jika ia masih sangat mencintai Grace, terlebih ada darah dagingnya juga yang kini masih berada di dalam kandungan.

"Kamu jangan egois, Grace. Aku memang salah. Kamu berhak benci kepadaku, tapi ingat jika anak yang kamu kandung itu juga mengalir darah dagingku. Jadi, anggap saja ini semua semata-mata karena anakku," ucap Gustav, kemudian masuk begitu saja meski Grace tak mengizinkannya.

Belum sempat mengatakan apapun lagi, Grace kembali dibuat meringis kesakitan. Kontraksi itu kembali datang. Hingga hal itu diketahui oleh Gustav.

"Grace, kamu kenapa?" tanya Gustav kemudian segera menghampiri mantan istrinya. 

"Lepas!" bentak Grace ketika Gustav menyentuh tangan Grace.

Tanpa pikir panjang, Gustav langsung menggendong Grace menuju ke mobilnya. Tak peduli Grace menolak dan merutuki Gustav atas sikap Gustav yang dianggap lancang.

Setelah memasukkan Grace ke dalam mobil, Gustav segera melajukan mobilnya. Ia tahu jika Grace yang kini merasa kesakitan sedang mengalami kontraksi, hingga membuat Gustav memutuskan untuk segera membawanya ke rumah sakit. 

*** 

Sesampainya di rumah sakit, Grace langsung dilarikan ke ruang Instalasi Gawat Darurat. Grace langsung ditangani oleh tim dokter. Sementara Gustav hanya dapat menunggu di luar sembari merasakan kecemasan. 

"Semoga kamu dan anak kita baik-baik saja," gumam Gustav yang kini merasakan kekhawatiran.

Sudah hampir sekitar satu jam, Gustav masih menunggu dengan rasa cemasnya. Dokter juga belum keluar, entah apa yang terjadi di dalam sana. Tapi sesaat kemudian, terdengarlah suara tangisan bayi yang begitu kencang. Membuat Gustav berdiri dan langsung mematung di depan pintu. 

"Tangisan itu, apa dia anakku?" gumamnya dengan perasaan yang tidak tenang dan dipenuhi oleh rasa penasaran.

Hingga akhirnya dokter keluar dan menemui Gustav.

"Dok, bagaimana kondisi istri saya? Dan suara tangisan bayi itu, apakah anak saya?" tanya Gustav dengan antusiasnya.

"Mohon maaf, Tuan. Terlepas dari apapun permasalahan rumah tangga anda dengan Nyonya Grace, sebaiknya anda jangan menemui Nyonya Grace terlebih dahulu. Karena kondisi mental Nyonya Grace sedang tidak baik-baik saja. Dan suara bayi tadi, bukan suara tangisan anaknya Nyonya Grace. Nyonya Grace masih kontraksi palsu dan belum melahirkan bayinya." terang sang dokter yang dipaksa berbohong. Grace memang tidak ingin bertemu dengan Gustav.

Gustav tercengang merasakan seluruh tubuhnya lemas. Bagaimana bisa dalam kondisi seperti itu Grace tetap kekeh untuk sendiri. 

"Tapi dok, sebentar saja. Izinkan saya menemuinya, dok," kata Gustav terus memohon.

"Maaf, Tuan. Nyonya Grace tidak ingin di ganggu, kondisi mentalnya sedang tidak baik, jadi mohon kerjasamanya,  saya permisi," kata sang dokter kemudian pergi meninggalkan Gustav.

Gustav hanya tertunduk lemas, pasrah akan keadaan yang memang tidak memperkenankan dirinya bertemu dengan Grace. Grace benar-benar membencinya.

Sementara di dalam sana, seorang perawat tengah menjahit Grace akibat robekan pasca melahirkan. Grace menatap bayi mungil yang baru saja lahir itu dengan penuh haru bahagia.

"Selamat datang putra mommy yang selalu mommy tunggu-tunggu, i love you," ucapnya sembari terus menatap putra kecilnya dengan senyuman rasa syukur.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status