Share

20

Author: Ipak Munthe
last update Last Updated: 2025-07-31 01:19:15
"Ternyata tanpa perlu aku mengotori tanganku, Mamimu sudah mati dengan sendirinya," ejek Aldi sambil tersenyum sinis. "Dia mati meninggalkan putri manisnya sendirian."

Sofia tetap diam. Dia tidak ingin menanggapi, tidak ingin memancing keributan. Saat ini, yang dia butuhkan hanya ketenangan. Kesunyian di tengah duka, bukan cemoohan.

Dia yakin, jika dibiarkan saja, Aldi akan bosan dan pergi dengan sendirinya.

Namun Aldi tetap berdiri di sana, menyambung kalimatnya seolah ingin menusuk lebih dalam.

"Tapi menurutku dia pantas mati," ucapnya dingin. "Karena dulu dia sempat menentang hubungan kita, kan?"

Senyuman Aldi mengembang, puas. Seakan semuanya telah terbayarkan.

Ingatan masa lalu pun berputar cepat...

Dulu, Aldi hanyalah seorang satpam di perusahaan ayahnya. Dua bulan setelah bekerja, secara tak sengaja ia menolong sang bos, ayah Sofia yang pingsan di lift.

Aldi membawanya ke rumah sakit dan mengantar pulang. Di sanalah untuk pertama kalinya dia melihat wanita canti
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ipak Munthe
siap Kak....
goodnovel comment avatar
Gwen Putri
lanjut Kaka Thor..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   52

    Sudah satu jam berlalu, Bima yang berbaring di sofa melirik Sofia. Dia bingung kenapa janda ceroboh itu tenang sekali tanpa keributan, biasanya Bima pusing karena tingkahya yang aneh. Mendadak Bima merasa sepi jika Sofia hanya diam saja seperti ini, mungkinkah Bima mulai tak suka melihatnya dalam ketenangannya. “Sof…” panggil Bima. Namun Sofia tidak menggubris, matanya tetap terpaku pada ponsel. “Sosof…” panggil Bima lagi. Tiba-tiba Bima mengambil bantal sofa dan melemparkannya tepat mengenai wajah Sofia. “Bima!” pekik Sofia, tak terima. Ia langsung duduk tegak dan menatap Bima dengan mata menyala. “Sofia, kepalaku pusing sekali.” “Terus masalah buat aku?” “Bisa tolong oleskan minyak angin?” pinta Bima. “What? Aku, ngoles minyak angin?” Sofia menatapnya tak percaya. “Kepalaku benar-benar pusing, kayaknya aku kelelahan banget,” ujar Bima lagi. Sofia akhirnya bergeser dan duduk di sebelah Bima. “Kamu beneran sakit?” tanyanya. “Hmm…” “Sakit apa? Sakit hati

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   51

    Dari kejauhan, Sofia melihat Erin dan Lusi berada di dapur. Kali ini ia tidak menghindar—justru bagus, karena ini kesempatan untuk menjalankan misinya: membuat mereka berhenti berpikir bahwa pernikahannya hanya pura-pura. Sofia melangkah mantap hingga akhirnya berhadapan langsung dengan keduanya. "Hay, Ma," sapa Sofia, lalu beralih menatap Lusi. "Hay, Lusi… kok kamu di sini? Bukannya udah diusir sama Oma?" tanyanya sambil cengengesan, seolah ucapannya bukan masalah besar. Lusi tak kuasa menahan kesal. "Tante…" rengeknya. "Heh! Kamu kalau ngomong jangan kurang ajar!" tegur Erin ketus. "Enggak dong, Ma. Aku cuma ngomong apa yang dibilang Oma. Oma bilang—" "Diam!" potong Erin cepat. Sofia memasang wajah takut, padahal dalam hati ia ingin sekali membenturkan kepala dua orang di hadapannya itu. "Jangan coba-coba menghasut Oma. Kami juga tahu kalau pernikahan kamu dan Bima cuma pura-pura. Kami hanya butuh bukti!" cecar Erin. "Enggak kok, Ma. Sofia sama Mas Bima beneran n

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   50

    Hati Sofia terus berbahagia setelah pulang menjenguk sang ibu, sungguh masih belum menyangka masih bisa melihat ibunya dan seperti ini, meskipun belum bisa berbicara padanya tapi paling tidak Sofia masih bisa memeluknya. "Mas, makasih ya," ucap Sofia tidak ada hentinya. "Iya, dan kita sudah sampai di rumah. Jangan bahas ini lagi," kata Bima mengingatkan. Sofia pun mengangguk mengerti. Keduanya turun dari mobil dan Oma sedang duduk di teras. "Kalian sudah pulang? Kenapa cepat sekali, belum juga satu minggu," kata Oma yang kini berdiri di hadapan Sofia. "Aku ada pekerjaan, Oma," sela Bima. "Pekerjaan terus yang kamu pikirkan, padahal ada Aran yang bisa menghendel semuanya selama kamu pergi," protes Oma. Tapi Bima memilih untuk melangkah masuk. "Ya ssuda... tidak masalah, lain kali bisa pergi lebih lama," kata Oma sambil menangkup wajah Sofia. "Iya, Oma. Sofia ke kamar dulu ya," kata Sofia dengan senyuman penuh kebahagiaan. "Iya, sayang." Sofia melangkah masuk men

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   49

    Semetara itu Sofia begitu bersemangat untuk segera berangkat ke Singapura untuk melihat keadaan ibunya. Bima benar-benar menepati janjinya untuk mengantarkan Sofia bertemu dengan ibunya. Mereka pulang ke rumah hanya untuk berpamitan pada Oma. "Oma, kami malam ini tidak pulang karena sore ini kami akan berangkat ke bali," kata Bima. Sofia terkejut mendengarnya, tapi sesaat kemudian Bima menatapnya sambil mengedipkan sebrlah matanya. Kemudian dia pun kembali menetralkan dirinya. "Ke Bali?" tanya Oma. "Iya, Oma. Sejak menikah kami belum pergi kemanapun... honeymoon, iya..." ucap Bima dengan susah payah. Tapi, ucapan Bima membuat Oma kegirangan, tentunya Oma tidak akan menghalanginya. "Iya, Oma setuju. Siapa tahu pulang-pulang Sofia sudah hamil," kata Oma sambil bersorak gembira dalam hatinya. Sofia tersenyum kecut mendengar ucapan Oma yang penuh harap. Dalam hatinya terus memohon maaf karena sudah memberikan harapan palsu. "Iya, Oma. Kalau begitu kami berangkat ya

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   48

    Setelah Sofia pergi Aldi juga pergi, dia mengemudikan mobil dengan pikiran yang penuh dengan kekacauan. Ada rasa takut jika dia kalah dipersidangan dan semuanya harus kembali pada Sofia. Bukan hanya kelasnya yang turun, tapi harga dirinya juga hilang, ditambah lagi sangsi sosial yang akan diterima. Apa lagi ada wartawan yang pastinya berita ini akan tersebar luas dengan cepat. "Sial!" umpatnya. Tapi saat itu matanya melihat seseorang yang turun dari mobil kemudian bergandengan tangan dengan seseorang. "Diana?" katanya sambil menginjak pedal rem. Dengan penuh amarah Aldi pun turun dari mobil dan menghampirinya. Tapi Aldi melihat Diana masuk ke sebuah hotel bersama dengan seorang pria. "Apa yang dia lakukan di sini?" gumamnya semakin merasa terhina. Saat Diana masih berada di lobi Aldi langsung memanggilnya. "Diana!" Diana pun menoleh dan melihat wajah siapa yang memanggilnya. "Aldi..." katanya seakan tidak percaya. Diana menyimpan rasa paniknya, dia tak mau d

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   47

    Keluar dari ruang sidang, langkah Sofia terasa lebih ringan dibanding saat ia masuk tadi. Meski begitu, jantungnya masih berdebar cepat. Ada rasa lega yang menenangkan, tetapi di sudut hatinya, bayangan Aldi yang penuh tipu muslihat masih membayang. Meskipun demikian itu bukan menjadi masalah yang besar untuknya. Apa lagi udara panas siang itu menyambutnya, membuatnya sedikit menyipitkan mata. Bima berjalan di sisinya, membawa map berisi salinan putusan sidang sementara. "Ini baru awal," ujar Bima, suaranya datar namun menenangkan. "Kita sudah punya pegangan kuat, tapi proses eksekusi harta itu butuh waktu. Aldi pasti akan mencari celah untuk menghalangi." Sofia mengangguk pelan. Ia tahu benar, Aldi bukan tipe orang yang menerima kekalahan begitu saja. Namun, hari ini, setidaknya ada secercah cahaya yang menembus gelapnya perjuangan panjangnya. Langkahnya sempat terhenti sejenak. Ia menatap ke langit biru yang terpotong oleh atap gedung pengadilan, membiarkan sinar matahar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status