Share

35

Author: Ipak Munthe
last update Last Updated: 2025-08-05 01:23:22

Baru saja sampai di rumah tapi Sofia dan Bima sudah disambut oleh Oma dan Bik Iyem di depan pintu kamar.

"Kalian darimana? Oma, dari tadi disini ketuk-ketuk pintu, pantas saja nggak ada sahutan, ternyata kalian nggak di dalam toh..."

"Tadi Mas Bima ngajakin keluar, malam minggu kan, Oma?" ujar Sofia.

"Oh iya, hampir saja Oma lupa," Oma pun menepuk kepalanya, "kalau begitu, minum jamunya sekarang ya," kata Oma lagi.

"Oma, aku sangat kenyang, Sofia barusan ngajak aku makan bakso!" kata Bima tegas.

Dan itu memang sangat benar.

"Iya, Oma. Takutnya Sofia juga muntah karena kekenyangan," tambah Sofia.

"Oh begitu," Oma merasa kali ini dia tak bisa memaksa, "ya sudah, kalian boleh minum nanti, tapi harus diminum ya," ucap Oma.

sofia pun tersenyum pada Bima, tapi Bima terlihat hanya memasang wajah datarnya saja. Seperti biasa dan Sofia sudah tidak lagi merasa aneh.

"Iyem, taruh di dalam, biar mereka minumnya nanti," perintah Oma.

Setelah Iyem meletakkan pada meja, Oma pun p
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ipak Munthe
siap Kak, gassspolll
goodnovel comment avatar
Gwen Putri
lnjt Kaka thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   38

    "Aku nggak boleh buang-buang waktu lagi. Mas Bima harus jadi milik aku. Si janda itu harus segera disingkirkan!" gerutu Lusi sambil berjalan melewati kamar Bima. Namun, langkahnya mendadak terhenti saat menyadari ada suara Oma dan Lala dari dalam kamar. Rasa penasaran membuatnya mendekat diam-diam, lalu menempelkan telinga ke pintu, menguping. Betapa terkejutnya Lusi saat mendengar Oma menyebut kemungkinan bahwa Sofia sedang hamil. "Nggak bisa! Ini nggak boleh dibiarkan!" desis Lusi, panik dan kesal. Tapi belum lama kemudian, ia mendengar kabar bahwa Sofia ternyata tidak hamil, hanya masuk angin. Mendengar itu, Lusi mendesah lega. Setidaknya belum ada yang harus "dilenyapkan" sekarang. Saat Oma keluar dari kamar, Lusi buru-buru bersembunyi di balik dinding. Begitu Oma pergi, dia kembali mendekat untuk menguping, kali ini ingin tahu apa yang dibicarakan Sofia dan Lala. Namun ia harus kembali bersembunyi saat Bima ikut keluar. Saat situasi aman, ia pun menempelkan telinga lagi ke

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   37

    Masih seperti sebelumnya, Sofia memasuki dapur saat anggota keluarga sudah selesai sarapan. Serta dia juga membuat sarapan pagi dengan penuh semangat, selain memasak adalah hobinya juga karena dia sedang mendalami peran sebagai istri yang siap melayani suami. Namun, Sofia belum pernah bertanya tentang makanan kesukaan Bima, tapi nanti dia akan menayangkan agar bisa menyajikannya dan membuat orang-orang semakin yakin sebagai istri Bima. Tapi saat Sofia sedang memasak tiba-tiba saja ada yang menghampirinya. "Selamat pagi, Sofia?" sapa Firman sambil memegang gelas berisi mineral. Sofia pun meliriknya sejenak dan menjawab, "Ya, Pagi." Sebenernya ia sangat malas untuk menjawab tapi terpaksa agar tidak ada yang merasa tersinggung. "Aku boleh temanin kamu masak nggak?" tanya Firman semakin mendekatinya. 'Kok aku ngerasa jijik ya,' batin Sofia. "Oh iya, aku mau tanya dong. Kamu dan Bima sebelumnya sudah kenal berapa lama?" "Maaf ya, tapi ini urusan pribadi," kata Sofia yang

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   36

    "AAAAA..." Sofia menutup mata dengan ke-dua telapak tangan karena melihat sesuatu yang teramat-sangat mengerikan. Bahkan sekujur tubuhnya bergetar hebat. Semetara Bima juga tak kalah panik dan cepat-cepat merapikan celananya. "Apa yang kau lakukan di sini, bodoh?!" geram Bima. Sofia pun mengintip dari balik jari-jarinya, perlahan dia pun menurunkan tangannya setelah memastikan bahwa semuanya sudah aman. "Ish, kamu udah bikin mata aku ternoda, kamu ngapain tadi?!" tanyanya dengan suara meninggi. "Buang air," jawab Bima dengan wajah tenangnya. "Buang air?" Sofia tidak percaya dan menatap Bima penuh curiga. Tapi ekpresi wajah Bima terlihat datar bahkan tidak gentar sama sekali. "Bukannya kau sedang..." Sofia pun merinding ketika mengingatnya kembali. Dia akui tidak melihat terlalu jelas, tapi dia juga tidak memungkiri sempat melihat terong Bima. Sedikit. "Sedang apa?" "Sedang... hehehe..." Sofia meneguk saliva sambil menggaruk kepalanya yang mendadak gatal. Bah

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   35

    Baru saja sampai di rumah tapi Sofia dan Bima sudah disambut oleh Oma dan Bik Iyem di depan pintu kamar. "Kalian darimana? Oma, dari tadi disini ketuk-ketuk pintu, pantas saja nggak ada sahutan, ternyata kalian nggak di dalam toh..." "Tadi Mas Bima ngajakin keluar, malam minggu kan, Oma?" ujar Sofia. "Oh iya, hampir saja Oma lupa," Oma pun menepuk kepalanya, "kalau begitu, minum jamunya sekarang ya," kata Oma lagi. "Oma, aku sangat kenyang, Sofia barusan ngajak aku makan bakso!" kata Bima tegas. Dan itu memang sangat benar. "Iya, Oma. Takutnya Sofia juga muntah karena kekenyangan," tambah Sofia. "Oh begitu," Oma merasa kali ini dia tak bisa memaksa, "ya sudah, kalian boleh minum nanti, tapi harus diminum ya," ucap Oma. sofia pun tersenyum pada Bima, tapi Bima terlihat hanya memasang wajah datarnya saja. Seperti biasa dan Sofia sudah tidak lagi merasa aneh. "Iyem, taruh di dalam, biar mereka minumnya nanti," perintah Oma. Setelah Iyem meletakkan pada meja, Oma pun p

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   34

    "Kurang ajar!" Aldi mengamuk. Tangannya menepis vas bunga di meja hingga pecah menghantam lantai. Barang-barang lain ikut beterbangan, seolah setiap benda di sekelilingnya harus menanggung luapan amarahnya. "Ah!" Diana menjerit kaget, tubuhnya gemetar saat melihat Aldi seperti orang kesurupan. Aldi menoleh cepat, mata merahnya menatap tajam. Seketika itu Aldi mengingat kembali apa yang dikatakan oleh Sofia. "Apa kau akan meninggalkan aku kalau aku jatuh miskin?!" bentaknya sambil mendekat cepat. Diana mundur setapak. "J-jatuh miskin?" tanyanya gugup. Tapi Aldi tak peduli. Dengan kasar, ia menarik rambut Diana hingga perempuan itu meringis kesakitan. "Jawab! Kalau aku miskin, apa yang akan kau lakukan?!" "A-Aldi... sakit..." keluh Diana, air matanya mengambang di pelupuk mata. "Jawab!" "Aku nggak akan pergi! Aku tetap di sini!" jawab Diana cepat, mencoba menenangkan amarah Aldi. Toh itu cuma kata kalau, batinnya. Masih mungkin tidak terjadi... Namun, bahka

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   33

    Ditempat lainnya... Tok tok tok! Aldi membuka pintu rumahnya dengan malas. Di hadapannya berdiri dua pria berjas hitam, salah satunya membuka map bersegel merah. "Apaan ini?" tanya Aldi sinis. "Kami dari Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Ini surat panggilan untuk perkara perdata nomor sekian-sekian atas nama penggugat Sofia Indah Lestari dan tergugat Aldi Prayoga." Aldi terdiam. Tangannya gemetar saat menerima amplop tebal itu. "Apa maksudnya ini? Sofia menggugat aku?" geramnya. "Sidang pertama akan digelar hari Senin pukul 9 pagi. Harap hadir. Ini penting," jelas juru sita. Aldi menggebrak meja saat pintu ditutup. "Perempuan sialan itu! Berani-beraninya...!" "Sayang, kamu kenapa?" tanya Diana yang langsung menyusul Aldi ke ruang tamu setelah mendengar suara gebrakan meja cukup nyaring. "Wanita itu berani menantangku di pengadilan," katanya. Aldi pun membuka surat yang baru saja diterimanya dengan wajah memerah menahan amarah. * PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELA

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status