"Kami bersedia, Pak ...""Tentu saja kami senang dengan kegiatan seperti itu, Pak Kapolsek ...""Kami pasti akan menyambut kedatangan Ibu Kapolres dengan senang hati, Pak ...""Iya, Pak, kami sangat senang ...""Pokoknya kami emak-emak swmuanya, mendukung apapun kegiatan Pak Kapolsek ...!"Beragam tanggapan yang positif cukup melegakan hati Tria, meskipun sosok yang diam-diam selalu ia curi pandang itu tetap saja lempeng, seolah tak terpengaruh sedikit pun oleh euphoria tersebut.Dimata Tria, Senja adalah satu-satunya orang yang terlihat tidak memiliki antusiasme yang sama dengan ibu-ibu yang lain.'Ada apa sih dengan dia? Jangankan emak-emak, bahkan para remaja dan bocah-bocah aja terlihat bersemangat ... Tapi dia malah melipat wajahnya kayak gitu ...'Tria bergumam dalam hati, menyadari bahwa tak ada satu pun yang berubah dari sosok Pelangi Senja.Wanita itu masih sama seperti enam bulan yang lalu, saat pertama kali Tria mengenalnya.'Ternyata dia masih aja kaku, angkuh, gak suka se
Senja sampai dirumah bertepatan dengan usainya Adzan Ashar yang berkumandang dari toa Masjid.Mendapati hal tersebut, buru-buru ia mengambil wudhu dan menunaikan sholat Ashar di rumah terlebih dahulu karena takut tidak keburu jika dirinya memaksa sholat di Masjid.Tadi saat Senja berada dalam perjalanan pulang Umi Zahra yang merupakan istri Ustad Ibrahim kembali menelpon untuk mengecek keberadaan Senja.Rupanya Umi Zahra hanya ingin memastikan kedatangan Senja, karena ternyata rombongan Ibu-Ibu dari Polsek Beo sudah tiba di Masjid bahkan sebelum beduk Ashar berkumandang.Dua buah mobil dengan logo Bhayangkara sudah terparkir manis di halaman Masjid saat Senja tiba.Mendapati pemandangan tersebut entah kenapa jantung Senja ikut berdebar tak karuan, saat otaknya tiba-tiba langsung kepikiran sesosok wajah rupawan dengan sepasang mata elangnya yang awas."Assalamualaikum ..." Senja mengucap salam tepat di pintu Masjid sebelah timur."Waalaikumsalam ..."Jawaban dari salam Senja yang merup
"Nja, kesini sebentar ..." suara panggilan Umi Zahra membuat Senja mati kutu. Sehingga meskipun dengan berat hati, mau tak mau langkah Senja kembali terayun mendekat."Iya Umi?""Ini, diterima dulu uang konsumsi dari Pak Kapolsek ...""Baik Umi ..."Dengan ekspresi datar, akhirnya Senja menerima uluran tangan Tria yang tengah menyodorkan sebuah amplop kearahnya."Terima kasih.""Sama-sama ..." Tria tetap tersenyum, meski tau senyumnya tak pernah berbalas. "Gak diperiksa dulu uangnya?""Gak perlu." pungkas Senja tanpa ekspresi.Senja tau ia agak terkesan kurang sopan terhadap sosok yang kenyataannya begitu disegani dan dihormati oleh semua orang.Tapi mau bagaimana lagi?Senja justru lebih tidak ingin hatinya terkontaminasi dengan ikut-ikutan terpesona pada sosok Tria seperti yang lain.Kalau barisan emak-emak begitu mengidolakan sang Kapolsek muda nan menawan, atau barisan gadis-gadis belia yang diam-diam ikut-ikutan mencari perhatian, semua itu bisa dipahami meskipun bentuk rasa kagu
Demi mengantarkan Senja dan Mpok Hindun pergi ke pasar tradisional sesuai tawarannya pada beberapa saat yang lalu, alih-alih memerintahkan salah satu anak buahnya, dalam sekejap Tria justru berubah pikiran dengan begitu mudah."Pak Kanit ..." panggil Tria seraya mendekati Stenly, yang kebetulan menjabat sebagai Kanit Sabhara di Polsek Beo.Stenly yang kala itu sedang duduk sambil mengurai buntalan tali rafia untuk mengikat ujung tenda tambahan yang didirikan tepat disamping halaman masjid sontak mengangkat wajahnya."Siap, Ndan?" jawab Stenly dengan sigap, langsung berdiri begitu menyadari kehadiran Tria yang sudah berdiri tepat dihadapannya."Pak Kanit, boleh saya pinjam mobilnya sebentar? Saya gak enak pake mobil dinas karena saya mau mengantarkan Ibu Senja dan Mpok Hindun ke pasar, untuk berbelanja kebutuhan pada kegiatan besok ..." ucap Tria panjang lebar dan to the point, saat menguraikan maksud dan tujuannya yang hendak meminjam mobil pribadi milik anak buahnya itu."Siap, Ndan.
Braaakkk ...!!Gubraaaaaakkk ...!!"Elahdalahhhh ... Suara apa itu ...?!"Bukan hanya Mpok Hindun yang terlihat kaget setengah mati, karena pada kenyataannya Senja pun tak kalah terjingkat hebat meskipun ia tidak sampai ikutan latah seperti halnya Mpok HIndun."Itu suara apaan sih, Nja ...?""Gak tau juga, Mpok, kira-kira itu suara apa ya ...? Kayak bunyi benda yang jatuh atau apa ya ...?" Ucap Senja malah balik bertanya, sembari buru-buru menaruh beberapa buah kresek besar berwarna hitam yang sedari tadi ada ditangannya di lantai, dan beberapa lainnya keatas tumpukan karung beras yang berjejer,"Gimana sih, Nja? Aku yang nanya duluan, egh, kamu malah balik nanya ...""'Ya gimana, Mpok? Aku juga gak tau itu bunyi apaan ..." balas Senja, malah jatuhnya jadi sedikit lucu, padahal barusan mereka berdua sama-sama hampir copot jantung karena terkejut."Ini kembaliannya, Nja ..."Kehadiran Mbak Yul si pemilik kios sembako yang berjalan keluar sembari menyodorkan dua lembar uang pecahan sep
'Hilang ...Kadang ku tak tenang ku hanya diam ...Aku sayang tapi kau yang tak faham ...Apa aku pendam, rasa sakit dalam, t'lah lama aku simpan ...'..."Tolooooonggg ...!! Tolooooonggg ...!!"Tria buru-buru mengecilkan volume lagu berjudul 'Malam Pagi' milik 'Saixse', penyanyi asal negeri jiran yang belakangan tengah viral dimana-mana setelah lagunya dibikin full jedag-jedug oleh DJ Indonesia."Apa aku yang salah dengar ya? Kok barusan kayak ada orang yang minta tolong ...?"Tria baru saja bermonolog, manakala teriakan minta tolong itu kembali terdengar, kali ini semakin jelas di telinga."Tolooooonggg ...!! Tolooooonggg ...!!"Suara minta tolong seorang wanita kembali terdengar, disusul suara-suara kegaduhan yang juga semakin kentara.Hanya dalam hitungan detik Tria melompat turun dari mobil.Pandangan Tria mengarah ke sekeliling, ke barisan lapak yang sebagian besar sudah tertutup."Senja ..."Wajah Tria berubah panik, begitu menyadari dari arah blok yang merupakan kali terakhir
"Ihh, ni anak emang gak bisa dibilangin. Tak gigit loh ...!""Apaan sih, Mpok! Main gigit aja ..."Senja buru-buru menarik pergelangan tangannya yang barusan sudah ancang-ancang mau 'dilahap' sama Mpok Hindun saking gemasnya."Lah kamunya gak bisa dibilangin sih, Nja ...""Mpok, kresek belanjaannya tuh cuma ada didepan lapak. Gak bakal makan waktu lama kok buat ngambil kreseknya ...""Au ah!" Mpok Hindun membuang muka, kesal karena Senja yang keukeuh tidak mau mendengar keberatannya."Malah ngambek ...""Biarin!""Ya, udah ... Tolong buka pintunya sebentar, Mbak Yul ..." ujar Senja yang menoleh kearah Mbak Yul, sekaligus memilih mengacuhkan sejenak aksi ngambeknya Mpok Hindun yang sedang melipat kedua tangannya ke dada mirip bocil.Mbak Yul menatap Senja penuh keraguan. "Nja ...""Begitu aku keluar, pintunya buruan ditutup ya, Mbak. Nanti dibuka kalo aku udah balik lagi di depan pintu ini. Tenang aja, aku bakal teriak yang kenceng panggil nama Mbak ...""Tapi, Nja ...""Cuma mau ngamb
Dampak dari kericuhan yang terjadi di pasar tradisional kemarin sore, ternyata tidak hanya sekedar perseteruan dari segerombol pria mabuk.Belakangan, setelah dilakukan investigasi lebih dalam oleh pihak kepolisian, terungkap bahwa awal munculnya perseteruan bermula dari sebuah rumah warga yang berlokasi sangat dekat dengan area pasar tradisional, di mana rumah tersebut ternyata menjual minuman beralkohol tanpa ijin resmi, bahkan diam-diam telah menjadi tempat perkumpulan ilegal dari orang-orang yang mengkonsumsi alkohol, sekaligus menjadi sarang perjudian dalam kurun waktu hampir dua bulan terakhir.Pemilik rumah dan usaha ilegal tersebut merupakan sepasang suami istri.Keduanya akhirnya harus bersedia diamankan si mapolsek setempat demi menjalani pemeriksaan lebih lanjut terkait insiden tersebut, sementara rumah mereka yang hancur berantakan akibat perkelahian kini diamankan dengan garis polisi.Kejadian tersebut tentunya menjadi perbincangan hangat di kalangan khalayak umum serta b