Share

4. Awal Mala Petaka

Tidak selevel.

Iya, tentu saja.

Pada kenyataannya Pelangi Senja hanyalah seorang gadis biasa lulusan SMA.

Sehari-harinya aktifitas Senja hanya berjualan sandal di sebuah lapak kecil yang ada di pasar tradisional.

Rasanya wajar jika kedua orang tua Yusuf Akhyar yang terkenal memiliki sikap angkuh, arogan dan tinggi hati itu tidak bisa begitu saja menerima sosok Senja, yang dimata mereka bukanlah siapa-siapa.

Tapi lagi-lagi karena semua itu merupakan keinginan Yusuf sang anak semata wayang, maka kedua orang tua Yusuf pun tak kuasa berlama-lama menentang.

Singkat cerita, mengingat keberadaan Senja sendiri yang merupakan anak yatim piatu, juga sebatang kara tanpa sanak saudara, maka sebuah lamaran resmi pun akhirnya dilakukan oleh keluarga besar Akhyar, untuk seorang Pelangi Senja yang kala itu hanya diwakili oleh keluarga Ustadz Ibrahim dan beberapa orang tetangga terdekat.

Tanpa berlama-lama kemudian Senja pun berhasil dipersunting, oleh seorang Yusuf Akhyar.

Saat itu Senja merasa sangat bahagia. Apalagi usai menikah, Yusuf juga tak keberatan untuk mengikuti Senja, tinggal dirumah sederhana peninggalan kedua orang tuanya.

Yusuf memperlakukan Senja dengan sangat baik, dan Senja selalu diratukan oleh pria itu sekalipun kedua mertuanya masih saja terlihat agak kurang sreg dengan keberadaan Senja sebagai seorang menantu satu-satunya ditengah keluarga mereka.

Senja sendiri tidak begitu mempermasalahkan semua itu, ia terus bersikap santun karena merasa bahwa semuanya masih dalam tahap yang wajar saja.

Dia adalah orang baru dalam keluarga Akhyar, bisa jadi kedua mertuanya beserta keluarga besar suaminya belum terbiasa dengan kehadirannya.

Yah, pada awalnya semuanya masih baik-baik saja, dan Senja juga tak mempermasalahkan meskipun ternyata dalam keseharian sifat asli Yusuf cukup manja dan pemalas, tipikal khas anak orang kaya pada umumnya, yang semuanya serba ingin dituruti dan dilayani.

Senja tidak keberatan dengan semua itu, dia bahkan begitu menikmati perannya sebagai istri Yusuf.

Namun yang membuat Senja sama sekali tak menyangka, bahwa semua perilaku baik Yusuf tak bertahan lama.

Hanya dalam kurun waktu dua tahun tabiat suaminya berubah drastis!

Diawali dengan mulai berkeluh kesah karena Senja tak kunjung hamil, kemudian mulai merembet ke masalah Senja yang dituduh tidak pintar mengambil hati keluarga besar Akhyar.

Senja mengakui, bahwa selama ini dirinya begitu terkucil diantara keluarga besar suaminya yang terpandang.

Tapi semua itu terjadi bukan karena Senja yang enggan berbaur, melainkan karena keluarga Akhyar yang selalu menampakkan kesalahan dan kekurangannya yang dicari-cari.

Sementara untuk masalah buah cinta yang tak kunjung hadir, Senja juga tak mengerti mengapa dirinya tak kunjung hamil, padahal sudah begitu sering Senja bolak-balik ke dokter obygin guna memeriksakan diri.

Dokter selalu mengatakan bahwa tak ada masalah dengan rahimnya. Semuanya baik-baik saja.

Justru dokter menyarankan agar kedepannya Senja datang memeriksakan diri dengan didampingi suami, karena sering terjadi, justru pihak suami yang bermasalah.

"Kamu mau aku ke dokter? Kamu pikir aku mandul?"

Itu jawaban Yusuf yang tersinggung berat, saat Senja menyampaikan saran dokter obygin.

Yusuf menolak memeriksakan diri, bersikeras bahwa tidak ada istilah mandul dalam garis keturunan Keluarga Akhyar.

Sesungguhnya bagi Senja semua itu juga tidak masalah.

Senja bisa menerima apapun takdir Tuhan sekalipun jika benar suaminya yang berkekurangan.

Sayangnya, bagi Yusuf semuanya berkebalikan seratus delapan puluh derajat, sehingga masalah yang menyangkut anak selalu membuat Yusuf menjadi sensitif brutal.

Pertengkaran pun mulai sering mewarnai hubungan mereka, ditambah lagi Yusuf yang selalu mengatasnamakan pekerjaan sehingga sering pulang larut malam.

Tak jarang Yusuf malah tidak pulang sama sekali dengan alasan menginap dirumah kedua orang tuanya, tanpa merasa perlu mengajak Senja ikut serta.

Begitulah, seiring berjalannya waktu pria yang selama ini begitu lemah lembut lambat laun berubah sikap menjadi acuh dan kasar.

Sampai akhirnya Senja mulai mendengar kasak-kusuk tetangga yang menggosipkan bahwa Yusuf telah menduakan dirinya.

Saat Senja berusaha bicara dengan Yusuf perihal gosip tersebut, pria itu malah menjadi berang, padahal kebenaran tentang isu perselingkuhan sedikit demi sedikit semakin terkuak lebar.

Wanita penyondol itu ternyata anak seorang pejabat dilingkup pemerintah, tempat Yusuf bekerja.

Aneh bukan?

Kenapa wanita yang berasal dari keluarga terpandang mau menjadi pelakor dalam rumah tangga orang lain?

Aib itu kini sudah menjadi rahasia umum, namun fak ada sedikitpun tindakan yang diambil keluarga besar akhyar dan keluarga besar pelakor itu untuk mencegahnya.

Malah orang tua mereka terkesan setuju dan membiarkan.

Bagaimana bisa sebuah perselingkuhan keji bisa begitu direstui ...?

Belakangan, Yusuf bahkan tak lagi sembunyi-sembunyi memperlihatkan pengkhianatannya.

Menghadapi semua kemelut rumah tangganya yang begitu pelik, Senja seolah kehilangan pegangan.

Tak ada tempat untuknya mengadu dan berlindung, karena kedua mertuanya justru mendukung kelakuan sang anak kesayangan yang telah mengkhianati pernikahannya sendiri.

"Aku mau menikah lagi ..." begitulah kalimat congkak Yusuf di suatu malam, dilontarkan sambil berkacak pinggang dihadapan Senja yang kala itu sedang menyetrika setumpuk pakaian.

Malam itu Yusuf baru saja pulang ke rumah, masih mengenakan celana coklat tua dari seragam keki miliknya dengan atasan kaos polo warna abu-abu muda, sedangkan kemeja keki beserta atribut berupa lencana korpri dan tanda pengenal lainnya sudah menghilang entah kemana.

Gaya berdirinya yang terlihat agak oleng serta aroma memuakkan yang memenuhi udara membuat Senja meyakini dalam diam bahwa lagi-lagi Yusuf telah menenggak minuman haram.

"Heh, Senja, kamu dengar aku gak? Aku mau menikah lagi!"

"Kamu sudah tau jawabannya, Kak ..." jawab Senja tanpa mengangkat wajahnya, berpura-pura acuh seolah yang barusan ia dengar adalah kalimat biasa-biasa saja.

Sejujurnya, hati wanita mana yang tidak merasa sakit.

Kenyataannya sudah tak terhitung entah untuk kali ke sekian Yusuf melontarkan kalimat serupa, yang awalnya membuat Senja terjingkat dan nyaris pingsan, sebelum akhirnya mulai terasa kebal dan terbiasa meskipun tetap saja terasa sakit di kedalaman jiwa.

"Dasar perempuan kepala batu ..." desis Yusuf, terlihat geram.

"Terserah, yang jelas sampai mati pun aku gak akan ridho Kak Yusuf berpoligami. Ingat, Kak, aku begini demi kebaikan Kak Yusuf juga ..."

"Ck ck ck, pintar baget mulutmu itu berkilah ..." Yusuf terlihat menyeringai. "Heh, Senja, wanita soleha kayak kamu, seharusnya tau bahwa poligami itu indah ..."

"Indah bagi yang paham maknanya, Kak ..."

"Jadi kamu menganggapku bodoh sehingga gak paham makna?!"

Senja menaruh setrika ditangannya, memilih menatap Yusuf dengan tatapan lurus.

"Bukan begitu, Kak Yusuf ..."

"Lalu apa?!"

"Apa Kak Yusuf lupa? Kak Yusuf itu seorang ASN, seorang Aparatur Sipil Negara, Kak. Kan sudah jelas bahwa aturan di negara ini melarang keras seorang aparat berselingkuh, apalagi beristri dua ..."

"Sok tau kamu!" tuding Yusuf sambil melengos, kesal karena yang diucapkan Senja merupakan sebuah kebenaran yang tak bisa terbantahkan. "Ya sudah, kalau begitu sudah benar kalau aku akan menggugat cerai aja."

Kali ini entah kenapa, untuk yang pertama kalinya Senja merasa tak tahan lagi menghadapi sikap Yusuf yang selalu semena-mena.

"Sebenarnya apa salahku, Kak? Kenapa kak Yusuf tega memperlakukan aku seperti ini ..."

To be Continued.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status