Share

Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami
Janda Tangguh Dikejar Mantan Suami
Author: Rat!hka saja

Part 1 Cucu Menantu Juragan Sapi

"Kamu itu bukan siapa-siapa! Kamu cuma gadis miskin yang beruntung dipilih kakek jadi istriku. Kalau perutmu sakit, ya urus sendiri. Siapa suruh kamu hamil! Aku sudah berkali-kali bilang kalau aku belum siap jadi ayah, aku masih mau seneng-seneng!" bentaknya dengan telunjuk yang berkali-kali mendorong kepalaku.

Rasanya sakit sekali mendengar ucapannya. Haruskah aku balas kalau memang dia tidak sanggup jadi ayah, kenapa harus membuang benihnya di dalam rahimku? Ingin sekali aku berteriak jika rasa pil kontrasepsi yang dibelikannya itu sangat pahit. Sepahit kata yang meluncur dari lidahnya.

"Kenapa diam? Tumben?!" bentaknya lagi.

Belakangan ini kami memang kerap kali adu mulut. Selain perangainya yang berubah kasar, suamiku juga kadang semaunya. Sementara aku sendiri kadang merasa jika kehamilanku ini membawa perubahan besar dalam kondisi tubuh dan mentalku. 

Aku mendongak membalas tatapannya. Sekuat tenaga kutahan agar genangan di pelupuk mata tidak jatuh dan malah menunjukkan kelemahanku di hadapannya. Nyaris kebal telingaku mendengar kata-kata hinaan darinya.

Kadang aku berpikir apa yang membuat pria 23 tahun ini berubah? Ke mana perginya cinta kasih yang dulu ia beri? Jika saja tidak demam dan pusing seperti saat ini, mungkin aku memilih pergi ke rumah teman atau tetanggaku. Setidaknya di sana mereka akan membiarkanku berbaring sejenak dengan tenang.

"Mas, lebih baik setelah aku melahirkan, kamu ceraikan saja aku. Kamu nikah dengan kekasihmu yang selama setahun ini kamu sembunyikan. Kamu pikir aku tidak tahu kalau kamu selingkuh?" tanyaku ingin tahu seperti apa reaksinya.

Wajahnya pias dengan mata membelalak. Kaki kanannya mundur selangkah dan tangan kirinya mencoba menggapai tembok. Jelas ia terkejut karena aku tahu. Mungkin ia akan lebih terkejut lagi jika kukatakan padanya bahwa selingkuhannya sendiri yang datang ke hadapanku siang tadi. 

Wanita dengan pakaian yang menonjolkan semua lekuk tubuhnya itu mengaku sedang hamil anak suamiku. Kulitnya yang seputih susu selalu ia pamerkan. Kemudian tanpa malu ia minta izin untuk jadi madu.

Belum lagi kesombongan wanita selingkuhannya itu melangit. Tatapan sengit wanita itu memindai diriku dan membandingkan dengan dirinya. Wanita rumahan yang seringkali mengenakan daster batik selutut dengan wanita yang mengenakan dress mahal, ketat dan cukup memajang aset tubuhnya. Begitu juga kedudukan orang tuanya yang diabanggakan disaat diriku hanya seorang yatim piatu.

"Kamu…."

"Iya aku tahu. Dia sendiri yang datang ke sini, Mas. Dia bilang sama aku kalau kalian menjalin hubungan. Dia bilang betapa hebatnya kamu di ranjang. Dia bilang sensasi-sensasi yang kalian lalui setiap kalian bercinta. Dia bilang kalian saling memberi kepuasan dengan banyak gaya sampai rasanya melayang ke nirwana," ungkapku dengan tatapan yang seakan ingin menusuknya. 

Mas Adi tidak tahu saja jika siang tadi aku seperti ditusuk berkali-kali. Belum lagi semalam dia pulang larut dalam keadaan mabuk dan membuatku letih mengurusnya. Sekarang dia pulang dengan tangan kosong dan amarah yang dilampiaskan padaku. Harusnya di sini aku yang marah, bukan dia.

"Tanpa malu ia bilang kalau kalian suka bermain di mobilmu. Adrenalinnya terpacu, selain posisinya, ada sensasi mendebarkan takut ketahuan pengguna jalan. Dia juga bilang, kalau aku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengannya, karena kamu selalu memujinya seperti itu. Tapi dari semua penuturannya itu, satu hal yang paling menyakitiku. Kamu bilang sama selingkuhanmu itu kalau anak yang aku kandung ini … bukan anakmu. Benar begitukah, Mas? Jawab!" sentakku.

Mas Adi limbung. Tubuh kekar itu mulai bergerak tak menentu. Tubuhnya yang gelagapan adalah bukti nyata. 

Jari-jarinya mengusap dahi, pipi, mulut dan dagunya hingga beralih ke tengkuk. Jakunnya naik turun, sepertinya susah payah ia menelan saliva. Matanya tadi yang sudah setajam elang kini bersembunyi karena ia mulai menunduk menatap ujung kaki kami berdua.

"Tega sekali kamu, Mas…. Apa masih kurang kesabaranku selama ini menerima siksa lahir dan batin darimu? Lidahmu yang tajam, tanganmu yang kejam, lalu begitu tega kau fitnah aku dengan tuduhan seperti itu. Di mana letak nuranimu?" tanyaku nyaris berbisik. Selama ini kututupi semua tingkah kurang ajarnya. 

Mas Adi menoleh menatapku. Dia bungkam. Ingin rasanya kucakar wajah yang tak tahu malu itu.

Aku maju selangkah dan berujar, "Kalau tubuhku divisum sejak enam bulan lalu, kamu pasti sudah tinggal di balik jeruji. Kalau hatiku ini bisa menjerit dan seisi desa ini tahu sakit yang aku rasa, kamu pasti dikutuk setiap kali mereka melewatimu. Kapan kamu mau sadar, Mas? Apa setelah kamu nikah sama selingkuhanmu itu, kamu juga akan memperlakukan dia sama seperti kamu memperlakukanku?" 

"Diam kamu!!" bentak Mas Adi. 

Kebengisan yang terlukis di wajahnya yang kata orang sedesa ini wajah paling rupawan. Jika saja ada sedikit keberanian, ingin sekali kukatakan pada mereka jika pria paling tampan di desa ini adalah kuli rumputnya kakek. Bukan cucu kesayangan Juragan Santoso.

Suamiku ini dikatakan rupawan hanya karena didukung penampilan dan isi dompetnya. Sebagai cucu kesayangan Tuan Santoso, dia punya fasilitas yang membuat iri banyak orang, termasuk para sepupunya yang lain. Mungkin karena hanya dia cucu laki-laki kakek.

"Kamu sudah berani ya bicara kurang ajar sama suami? Aku ini suami kamu, harusnya kamu tunduk dan tidak membatah ucapanku!" katanya lagi seakan kembali menunjukkan arogansinya.

"Kalau begitu, jawab aku, Mas. Apa kurangku selama ini? Kamu melarangku ini dan itu …  aku patuh. Aku tidak keluar rumah selain sama kamu atau ibu. Kalaupun dengan orang lain, pasti dengan anggota keluarga kamu yang lain dan tidak pernah berduaan. Belanja saja kamu suruh pembantu kakek yang ke pasar dan bawa belanjaan kebutuhan kita ke rumah ini. Dia bahkan kamu minta membersihkan rumah ini padahal itu bukan pekerjaannya," jelasku mendesis. 

"Karena aku ingin memperlakukan kamu seperti ratu yang tidak perlu susah kerja dan repot melakukan pekerjaan rumah!" balasnya dengan mengangkat dagu. 

"Ratu? Aku ingin sekali menertawakan pikiran bodohmu, Mas. Ratu seperti apa yang kamu maksud? Ratu yang kamu kurung dan kamu kekang? Kamu pikir perhiasan dan pakaian bagus bisa membuat seseorang sepertiku bisa bahagia? Kamu salah besar, Mas," ujarku dan kali ini tidak bisa kubendung tangisan. 

Runtuh sudah pertahananku untuk tegar, kesabaranku terkikis. Sebenarnya bagaimana kerja otak yang bergelar suami ini? Kupikir dia seorang sarjana, maka pikirannya akan jauh lebih baik dan bijak. Nyatanya?

"Harusnya kamu bersyukur, semua orang di sini iri ingin berada di posisi kamu. Cucu menantu juragan sapi yang membuat gadis-gadis dan wanita-wanita yang bahkan sudah menikah ingin jadi madumu. Lihat, saat kamu menghadiri hajatan, mereka pasti bersikap manis denganmu, bukan? Bahkan yang aku dengar, banyak ibu-ibu yang memperlakukan kamu seperti istri pejabat," tuturnya berbangga diri.

"Tanpa tahu kalau aku menikahi pria jahat," gumamku yang membuatnya melotot. Mungkin tidak terima dengan gelar baru yang kuberikan.

Selepas ucapanku, hanya terdengar suara keras dari telapak tangan suamiku yang mendarat di pipi kiri ini. Perih menjalar dan masih membuat telingaku mendengung. Tega sekali dia memukulku saat aku mengandung anaknya. 

"Apa kamu bilang?!" Suaranya menggelegar bagai gemuruh petir di atas sana. 

"Kamu sudah dengar tadi Mas … yang aku katakan, PRIA JAHAT!" timpalku mendesis. Kuharap ia sedikit menyadari apa yang telah ia perbuat.

Sekilas kilat menyambar dan aku terkejut. Disaat yang sama telingaku mendengung untuk kedua kalinya. Sudut bibirku berdenyut perih dan aku gemetaran merasakan tamparannya. 

"Tahu diri jadi istri, apalagi kamu cuma gadis desa yang terpaksa saya nikahi," bisiknya yang membuat dadaku ikut berdenyut pedih.

***

Rat!hka saja

Assalamualaikum Pembaca Setia Goodnovel. Terima kasih sudah klik dan menambahkan ke pustaka ... novel ketigaku di platform ini. Novel ini berpartisipasi dalam Kontes 'Perempuan Indonesia Masa Kini' dan aku juga berharap dukungan dari teman-teman pembaca dengan turut memberikan ulasan dan vote bintang lima. Terimakasih....🙏

| Like
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Maria Helena Anu
laki laki paling kurang ajar harusnya diludahi mukanya tuh
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kena tampar ka? makanya, biasakan otak yg bicara jgn hanya mulut.
goodnovel comment avatar
Lisani
nyesek banget
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status