Share

Bab 3

Author: Astuti Ayu
Vina merasa sakit luar biasa. Tangannya mengepal erat di dada, untuk sesaat dia merasa sulit bernapas.

Akhirnya, Henry menyadari ada yang tidak beres. Henry segera menghampirinya sambil bertanya, "Ada apa, Vina?"

Henry tampak benar-benar mengkhawatirkannya. Seolah-olah jika terjadi sesuatu pada Vina, Henry rela mengorbankan segalanya demi menyelamatkannya.

Namun, pria yang kelihatan sangat menyayanginya ini ternyata menyembunyikan banyak hal darinya.

Vina berusaha menahan emosinya. "Nggak apa-apa … aku hanya merasa dadaku agak sesak."

Henry membantu Vina menekan dada. Setelah memastikan Vina baik-baik saja, dia segera mengantar Vina pulang.

Di perjalanan pulang, Henry berusaha menghibur Vina agar suasana hatinya membaik.

Namun, meskipun Henry sudah berusaha menghibur Vina, Vina masih tidak terlihat gembira.

Vina menyandarkan kepala di jendela mobil, menatap ke pemandangan di luar yang terus bergerak sambil melamun.

"Vina, apa aku melakukan kesalahan padamu?" tanya Henry dengan hati-hati.

"Nggak." Akhirnya, Vina menjawabnya, "Aku hanya sedang mengingat drama yang kutonton hari ini."

Henry merasa lega, lalu bertanya dengan tersenyum, "Drama apa?"

Mendengar itu, Vina menoleh dan menatap Henry.

"Tokoh utama pria dulunya sangat mencintai tokoh utama wanita, tapi kemudian hatinya mendua dan diam-diam menyembunyikannya dari sang wanita ...."

Vina diam-diam melirik Henry dan memperhatikan perubahan mimik wajah suaminya. Vina berkata dengan santai, "Henry, kalau suatu saat kamu mendua hati …."

"Nggak akan!"

Sebelum selesai bicara, Henry langsung menyela, seolah-olah dia menjamin hal itu tidak akan terjadi. "Vina, hanya kamu yang kucintai. Meskipun semua pria di dunia selingkuh, aku nggak akan melakukannya. Aku nggak bisa hidup tanpamu."

Hati Vina makin terasa sakit.

Henry mengatakan tidak bisa hidup tanpanya, tetapi pria itu masih berani berselingkuh dengan wanita lain.

Sebelum Vina sempat mengatakan sesuatu, ponsel Henry berbunyi.

Henry merasa ragu sejenak dan berniat tidak mau mengangkat telepon, tetapi Vina justru mendorongnya. "Angkat saja."

Henry mengangkat telepon itu. Entah apa yang dikatakan oleh si penelepon itu, ekspresi wajah Henry langsung berubah.

Henry menelan ludah, lalu menutup telepon dan menatap Vina.

"Vina, ada urusan mendesak di kantor, aku harus segera ke sana. Bagaimana kalau aku pesankan taksi untukmu?"

Vina tidak berkomentar apa-apa, selain mengangguk.

Setelah melihat mobil Maybach milik Henry sudah pergi menjauh, Vina naik taksi. Namun, Vina tidak mau kembali ke vila.

Vina berkata, "Tolong ikuti mobil itu."

Sopir taksi mengikuti dari belakang sesuai perintah Vina.

Mobil pria itu berhenti di depan sebuah vila.

Tidak jauh dari sana, ada seorang gadis dengan mengenakan kostum kelinci membuka pintu. Saat melihat pria itu turun dari mobil, gadis itu bergegas menghampiri pria itu, lalu memeluknya dengan wajah gembira.

Gadis itu adalah Maira, sedangkan pria itu adalah Henry.

Belum lama berpelukan, mereka berdua berciuman.

Mereka berciuman sangat lama. Setelah itu, Maira menjauhkan bibirnya dan menarik dasi Henry sambil tersenyum. "Tuan, kelinci kecil sudah menyiapkan hadiah untukmu. Mau lihat, nggak?"

Sambil berbicara, Maira menyentuh jakunnya.

Jakun Henry bergerak beberapa kali. Sambil menggenggam tangan Maira dengan erat, Henry berkata dengan tatapan penuh gairah, "Perjalanan yang seharusnya ditempuh dalam waktu 30 menit, aku bisa sampai ke sini dalam waktu 15 menit. Menurutmu, aku mau lihat atau nggak?"

Maira tertawa. Gadis itu memegang jari Henry yang ramping dan mengajaknya masuk ke mobil. "Lihat sendiri di dalam mobil."

Tidak lama setelah mereka berdua masuk, mobil itu mulai bergoyang.

Selanjutnya, goyangan mobil itu makin lama makin cepat, makin lama makin cepat ….

Tanpa sepengetahuan mereka, Vina menyaksikan hal ini tidak jauh dari sana.

Jelas-jelas sudah tidak mengharapkan cinta dari Henry lagi. Namun, ketika menyaksikan kejadian ini, hati Vina terasa sakit.

Bagai ada sebilah pisau yang menusuk jantungnya, membuatnya sulit bernapas dan menitikkan air mata.

Waktu masih pacaran, Henry selalu menghargai Vina, pria itu bahkan bisa mengendalikan diri untuk tidak menyentuh Vina.

Pria itu mengatakan bahwa menjaga kesucian wanita sangat penting agar menjadi momen yang indah saat malam pertama.

Pria itu berjuang mendapatkan hati Vina selama tiga tahun, mereka pacaran selama tiga tahun, baru akhirnya mereka menikah.

Henry yang biasanya tangguh di dunia bisnis, justru kelihatan gugup saat malam pertama. Baru membuka pakaian Vina, telinga pria itu sudah memerah.

Pria itu sangat menghargai Vina, setiap sentuhan selalu memperhatikan perasaan Vina. Saat akhirnya memilikinya, Henry merasa terharu hingga meneteskan air mata.

Henry berbisik berulang kali di telinganya, "Vina, akhirnya kamu menjadi milikku. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu selamanya."

Saat itu, Vina merasa sangat dicintai. Di pikiran Vina waktu itu, mungkin satu-satunya pria yang tulus mencintainya adalah Henry.

Henry mencintai Vina.

Henry sendiri yang mengatakannya.

Namun, sekarang pria itu mengingkari janjinya.

Sopir taksi melihat Vina menangis, dia merasa iba, lalu memberikan tisu kepada Vina.

"Semua pria memang suka berselingkuh, termasuk suamiku. Gara-gara punya anak, aku nggak bisa bercerai dengannya …."

Ketika membahas masalah rumah tangganya, suara sopir taksi itu terisak-isak. Sopir taksi itu berhenti sejenak, lalu berkata lagi.

"Dik, jangan sedih. Karena kalian sudah menikah, biarkan saja dia, anggap nggak terjadi apa-apa."

Vina memegang tisu dengan erat, lalu menjawab dengan suara serak dan tegas.

"Nggak, aku nggak akan memaafkannya."

Aku nggak akan memaafkan Henry!' pikir Vina.

Sesampainya di rumah, Vina membongkar barang-barangnya dan mengeluarkan semua hadiah dari Henry.

Termasuk perhiasan "Lovina" yang bernilai tinggi.

Vina menghubungi seseorang.

"Apa benar ini agen properti? Aku mau menjual semua asetku? Semua hasil penjualan akan kusumbangkan ke yayasan untuk semua korban wanita yang ingin bercerai, tapi nggak bisa bercerai karena nggak punya uang maupun karena memiliki anak."

Dalam waktu satu jam, Vina menjual semua aset berharganya.

Lalu, Vina mengemasi barang-barangnya.

Setelah mengemasi barang selama setengah jam, Henry tiba-tiba pulang.

Henry masuk dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan. Dia tidak pergi ganti baju, melainkan buru-buru menghampiri Vina dengan gugup dan suara bergetar.

"Vina, kenapa kamu menjual perhiasan "Lovina"?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jangan Ada Dusta di Antara Kita   Bab 27

    "Vina!“Henry terbangun dan menyebut nama Vina.Tuan Anton berjaga di sampingnya, wajahnya tampak muram."Henry, mulai sekarang, kamu harus fokus kerja, jaga kesehatanmu, jangan pergi mencari Vina lagi.""Uhuk, uhuk." Sambil terbatuk, Henry bertanya dengan suara serak, "Kenapa?""Dia adalah istriku. Aku belum tanda tangan surat cerai, kami belum cerai. Asalkan aku menunjukkan ketulusanku, Vina pasti mau memaafkan aku.""Hatinya lembut. Selama aku membujuknya dengan gigih, dia pasti mau memaafkan aku ….""Diam!" Tuan Anton menyela omongannya.Tuan Anton memutar ulang rekaman pembicaraannya dengan Vina.Suara Vina terdengar jelas dan mematahkan semangat Henry.Setelah rekaman itu habis, suasana di kamar masih hening.Beberapa lama kemudian, Henry bergumam tanpa henti, "Nggak mungkin … nggak mungkin … ini pasti bohong. Aku mau cari Vina! Aku harus ketemu Vina!""Aku mau memberitahunya bahwa dia adalah satu-satunya wanita yang kucintai, hanya dia seorang!"Henry turun dari ranjang, melepas

  • Jangan Ada Dusta di Antara Kita   Bab 26

    "Maaf, aku nggak mau menikah denganmu. Kita putus saja, aku sudah nggak mencintaimu lagi."Di dalam mimpi, Vina melepaskan tangannya, lalu pergi menjauh."Vina! Jangan! Jangan tinggalkan aku!""Aku janji akan setia padamu. Kamu suka klepon dari Kota Cendana, aku akan belikan setiap hari. Aku akan berikan perhiasan, rumah, saham, tapi jangan tinggalkan aku, ya?"Henry memohon.Sayangnya, Vina tidak menoleh sedikit pun.Henry berusaha mengejar, tetapi gagal.Bahkan, cincin pertunangan mereka juga lenyap.Vina sudah meninggalkannya, wanita itu sudah tidak mencintainya lagi."Vina … Vina …."Henry memejamkan mata. Wajahnya memucat dan berkeringat. Henry menggigit bibir hingga bibirnya berdarah.Henry terus menggumamkan nama Vina.Tuan Anton mencemaskan kondisi cucunya.Tuan Anton meminta asisten mencari kontak Vina selama beberapa hari, akhirnya berhasil mendapatkan kontak terbaru Vina."Halo, Nona Vina, ini aku, kakeknya Henry. Kamu pernah melihatku saat kalian menikah."Vina baru saja me

  • Jangan Ada Dusta di Antara Kita   Bab 25

    Demi membalas dendam untuk Vina, Henry menyerang keluarga teman-temannya yang menghina Vina.Sekarang ada kesempatan balas dendam, mana mungkin mereka lewatkan?Maira tidak peduli dirinya dimanfaatkan asal bisa balas dendam.Maira berpikir jika dirinya menderita, mana bisa dia biarkan Henry hidup bahagia?Tidak hanya melaporkan Henry, Maira juga membuat akun baru dan mulai siaran langsung untuk menceritakan semua yang terjadi antara dirinya dan Henry kepada para netizen.Dalam sekejap, reputasi Grup Saputra kembali hancur.Reputasi Henry juga hancur.Henry diminta pulang untuk menjalani pemeriksaan. Oleh karena itu, dia tidak bisa lanjut mencari keberadaan Vina.Situasi perusahaan sedang kacau balau.Selain itu, muncul beberapa pengkhianat di perusahaan, menyebabkan kondisi Grup Saputra makin parah.Banyak perusahaan menanti kehancuran Grup Saputra.Meskipun Grup Saputra bisa bertahan, perusahaan pasti mengalami kerugian besar.Sebagai perusahaan terbesar, kesalahan kecil saja bisa mem

  • Jangan Ada Dusta di Antara Kita   Bab 24

    Setelah terdiam sejenak, Henry meminta maaf."Vina, maafkan aku. Aku nggak semestinya berselingkuh. Aku sudah menggugurkan anak Maira dan memutuskan hubungan dengannya. Kumohon, maafkan aku, ya?""Aku bersedia melakukan apa pun, tapi jangan tinggalkan aku!"Henry memohon ampun, tetapi Vina hanya diam.Vina tertawa pelan, lalu berkata."Oke, aku memaafkanmu."Henry tidak menduga Vina akan menjawab begitu."Benarkah?"Tanpa memahami maksud dari jawaban Vina, Henry balik bertanya."Heh." Vina tersenyum sinis. "Bukankah ini adalah jawaban yang kamu inginkan? Sebelumnya, aku sudah memaafkanmu.""Sudah puas, 'kan? Kalau sudah puas, berhentilah menggangguku."Hanya mendengarnya minta maaf, tidak masalah bagi Vina.Namun, bukan berarti Vina mau kembali bersamanya lagi.Kaca yang sudah pecah, mana mungkin bisa utuh kembali?Meskipun pakai lem, bentuknya tidak akan sama seperti semula.Setelah itu, Vina langsung menutup telepon, dia tidak memberi kesempatan Henry meminta maaf lagi.Vina dulu per

  • Jangan Ada Dusta di Antara Kita   Bab 23

    Henry merasa sangat bersalah.Andai ada kesempatan kedua, dia tidak akan mengulangi kesalahannya.Sayangnya, tidak ada kesempatan kedua.Dia berdiri di jalanan yang asing, tidak berdaya seperti anak kecil.Apakah masih mau terus mencari Vina?Itu pasti.Harus mencarinya ke mana dulu?"Halo, wanita di foto ini adalah istri saya. Istri saya pergi karena saya sudah membuatnya marah. Saya sedang mencarinya. Apa bisa memberi tahu saya kontaknya?Henry bertanya dengan serius.Pihak hotel merasa ragu sejenak. Ketika Henry memberinya uang, pihak hotel baru mau memberinya kontak Vina.Telepon sudah terhubung, tetapi tidak diangkat."Mungkin dia ada dalam pesawat."Henry menghibur diri.Untuk menunjukkan ketulusan hatinya meminta maaf, Henry mengunggah permintaan maaf di media sosial.Henry menceritakan semua kesalahannya secara detail dalam surat itu.Dia juga menuliskan bahwa dia sudah menyadari kesalahannya.Henry menunjukkan ketulusannya dengan mengunggah satu surat permintaan maaf setiap ha

  • Jangan Ada Dusta di Antara Kita   Bab 22

    Ponsel di ranjang terus berbunyi. Para netizen mengirimkan foto dan titik lokasi Vina.Karena banyaknya informasi yang dia dapat, Henry bingung mana yang berguna dan mana yang tidak.Banyak yang mengincar imbalan. Meskipun banyak yang membantunya mencari informasi tentang Vina, pekerjaan ini masih belum tuntas.Saat ini, dia menjadi menyesal memakai cara ini.Namun, dia tidak punya cara lain!Selain meminta bantuan netizen mencari, Henry tidak punya cara lain untuk mencari keberadaan Vina.Henry duduk di ranjang dengan wajah putus asa.Saat ini, ada beberapa orang yang mengirimkan foto berbeda."Tuan Henry, ada yang melihat Vina berada di depan gereja Kota Asura. Saya sudah menyuruh orang mencarinya, tolong Anda segera ke sini."Setelah mendapat informasi itu, Henry menjadi percaya diri lagi.Kabar itu benar atau tidak, Henry ingin mencobanya.Dia tidak mau melewatkan harapan sekecil apa pun.Tanpa Vina, dia merasa tidak bisa bertahan hidup.Vina sudah bagaikan oksigen bagi Henry, dia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status