😱😱😱😱 apakah mau lagi??
....Beberapa jam sebelumnya di depan Harvest Table ....Cecaran pertanyaan membumbung tinggi di udara ditujukan untuk Samantha dan Damien tentang bagaimana kebenaran dari kedekatan mereka, sejak kapan, dan bagaimana cara mereka bertemu pertama kaliGiovanni lah yang menghadapi para pemburu berita itu setelah Damien meninggalkan Harvest Table bersama Samantha.“Bagaimana, Pak Gio?” tanya salah seorang dari mereka.“Apa hubungan Tuan Muda dan Nona Samantha?”Setelah menikmati serbuan pertanyaan-pertanyaan itu, barulah Giovanni akhirnya membuka suaranya.“Saya tidak bisa memberikan banyak informasi sekarang. Tapi kalau ada kabar bahagia, saya akan jadi orang pertama yang memberitahu.”“Betul kah, Pak Gio?” sahut pria berkacamata.“Ya. Kalau begitu sekarang kalian bisa bubar? Terima kasih banyak untuk perhatiannya.”“YAAAH ....”Seruan kekecewaan mengiringi mereka yang membubarkan diri satu demi satu, meninggalkan halaman Harvest Table yang semakin ramai dikunjungi orang menjelang jam ma
“A-apa yang Anda bicarakan?”Samantha mengerjapkan matanya lebih dari satu kali saat mendengar kalimat Damien.Ia tak salah dengar, ‘kan?Nyonya Maria dinikahi Tuan Gerard saat beliau berstatus janda?“Aku tidak bohong,” kata Damien. “Mama bilang kalau dulu beliau juga bercerai dengan suaminya kemudian dinikahi oleh Papa. Baru setelah itu mereka berkeluarga dan memiliki aku serta Seraphina.”“B-benarkah seperti itu?”“Ya. Kamu tidak percaya?”“S-sedikit begitu.”“Kamu berpikir apa memangnya tentang keluargaku?” tanya Damien, salah satu alis lebatnya terangkat sewaktu tangannya menyelipkan rambut panjang Samantha ke belakang telinga.Sentuhannya membuat Samantha secara tidak sadar meremas kemeja di bagian dada Damien agar ia bisa meredakan kegugupan yang menggila ini.“Keluarga terpandang, a-apa lagi memangnya?”“Mereka tidak pernah menuntut banyak dariku, Samantha. Siapapun yang aku pilih, asalkan dia adalah perempuan baik-baik, mereka akan menerimanya.”“Rasanya sangat tidak cocok de
“Kenapa harus kamar mandiku? ‘Kan bisa di kamar mandi tamu atau di ... kamar mandi yang lain?” Samantha menolak, ia menggelengkan kepalanya pada sang ayah yang dorongan napasnya tampak berat. “Hanya meminjamkan apa salahnya? Lagi pula kamu yang membawa Tuan Muda ke sini?” “Itu—“ Samantha berhenti di tengah kalimat, menoleh pada Damien yang menunduk dengan menyembunyikan senyumnya dari Tuan Harry dan Nyonya Amy tetapi gagal di mata Samantha. ‘Padahal aku tidak membawanya ke sini,’ gumam Samantha dalam hati. Seberkas rasa kesal di dalam hatinya belum berakhir sejak Damien muncul di hadapan semua orang dan menggandeng tangannya sesuka hati. “Baiklah,” kata Samantha akhirnya. “Ayo.” Damien mengangguk, mengikuti Samantha seraya melepas jas yang ia kenakan. Naik ke lantai dua dan berhenti di depan pintu warna putih yang tingginya nyaris bersaing dengan tinggi Damien. Samantha membuka pintu tersebut, meminta Damien untuk lebih dulu masuk. “Tunggulah di dalam, saya ambilkan
‘Tidak ... tidak boleh seperti ini,’ kata Samantha dalam hati. Ia berusaha melepaskan tangannya dari Damien yang sedang mengaitkan jemari mereka dan membawanya berjalan meninggalkan kerumunan. Tapi semakin Samantha memberontak, maka Damien akan semakin erat menggenggamnya. Pria itu tak mengendurkan pegangannya sama sekali. Alih-alih mempedulikan banyaknya tanya yang keluar dari bibir para reporter, yang ia katakan hanya tiga kalimat saja. “Tanyakan pada Giovanni.” Sekilas menoleh ke belakang, Giovanni memang berada di sana. Seakan pemuda itu adalah juru bicara Damien—meski memang benar demikian adanya. Sebuah sedan mewah dijumpai Samantha berhenti di tepi jalan, Damien membukakan pintu untuknya dan meminta Samantha untuk masuk. Tak ada waktu untuknya menolak karena Samantha tak ingin terjebak di antara para pemburu berita itu. Ia duduk di kursi penumpang yang ada di sebelah kemudi. Damien menyusul dengan cepat dan duduk di balik setir bundarnya. Sekilas membalas sapaan
.... Di depan laptopnya yang terbuka di dalam ruang kerjanya yang ada di lantai tiga Harvest Table, Samantha tak bisa menutup bibirnya. Ia sedikit ternganga sewaktu membaca berita yang dikirimkan oleh Anna—salah seorang stafnya—yang meminta agar Samantha melihat pernyataan dari Giselle bahwa mulai hari ini ia resmi membatalkan pertunangannya dengan Damien. Portal-portal gosip besar membicarakan namanya yang naik hingga ke pencarian nomor satu. Bahwa Giselle Braun bukan lagi menjadi calon istri Damien Morgan dari Keluarga Frost. Kemudian mereka membuat dugaan-dugaan yang mempertanyakan mengapa Giselle membatalkannya? Serta, siapa wanita yang kira-kira cocok dengan Damien si pria lajang terpanas di kota Berlin? Saat Samantha menggulir layar, ia menjumpai namanya lah yang tertera paling atas. ‘Samantha Celestine’ dengan menampilkan fotonya serta Damien yang hari itu datang pada pesta Networking yang dilakukan di The Hera Palace. Lalu disusul nama-nama lain yang setahu Sama
“Apa maksud kamu membatakan pertunangan, Giselle?” Tuan Argust—ayahnya Giselle—nyaris terhenyak bangun dari duduknya kala mengatakan itu.Beliau memandang anak perempuannya yang masih tersenyum getir sewaktu menjawab, “Aku rasa ... banyak hal yang tidak cocok antara aku dan Kak Damien, Pa. Aku memang menyukainya, tapi ... kami tidak bisa bersama.”Tuan Argust saling pandang dengan Nyonya Diana yang juga tampak terkejut. Senyum yang sedari tadi membingkai bibir wanita paruh baya itu menghilang.Ada banyak tanya yang tertahan di bibir mereka atas pembatalan pertunangan Giselle yang tiba-tiba ini, tapi tak bisa mereka ungkapkan.Hanya deru napas yang menggambarkan betapa keterkejutan telah tumbuh masif di dalam dada.Bahkan, Nyonya Diana tampak menahan air mata atas keputusan anak perempuannya.“Paman Gerard dan Tante Maria bisa mengatakan itu pada Kak Damien nanti?” tanya Giselle, seakan tak memberi mereka napas dan hanya mengatakan apa yang ingin ia katakan. “Aku akan bilang ke media b