Share

4. Tuan Muda Keluarga Frost

Author: Almiftiafay
last update Huling Na-update: 2025-07-07 10:45:36

‘Tamu yang dibawa oleh Erick adalah Damien?!’

Sejenak Samantha berdiri linglung di tempatnya, tak bergerak, hingga teguran Nyonya Linda terdengar.

“Bawa ke sini, Samantha!”

“B-baik,” jawab Samantha setelah kesadarannya kembali.

Meski kakinya terasa berat, ia tetap mengayunkannya menuju ke ruang makan.

Perbincangan terjadi di antara mereka, kedua orang tua Erick menyambut Damien dan melontarkan pujian yang tak putus.

Sedang di sebelah Damien, Samantha merasakan tangannya yang gemetar sewaktu ia meletakkan makanan itu di atas meja.

Beberapa menit yang membuat napasnya habis, ia lega saat akhirnya bisa pergi dari sana. Namun, suara Damien membuat Samantha menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.

“Kenapa Nona Samantha tidak bergabung dengan kita di sini?”

Tanya itu membuat Erick saling pandang dengan kedua orang tuanya. Samantha tahu betul bahwa ia tadinya tak akan dilibatkan dalam perjamuan tersebut.

Tetapi karena Damien bertanya demikian, akhirnya Erick meminta agar Samantha duduk di sana juga.

“Duduklah, Samantha,” pinta Erick, mengisyaratkan dengan matanya agar ia tak membantah.

Samantha pun duduk berseberangan meja dengan Damien, di samping ibu mertuanya—yang meski samar Samantha bisa mendengar dengus napasnya yang keberatan.

“Saya sangat senang saat Anda mau berinvestasi di Elt Construction, Tuan Muda Damien,” ucap ayahnya Erick—Tuan Kael—setelah mempersilakan mereka untuk memulai makan.

Damien menanggapi dengan senyum yang hampir tak terlihat. “Terima kasih untuk undangan makan malamnya.”

“Kamilah yang sangat beruntung,” sahut Nyonya Linda. “Saya dengar Anda belum menikah. Sepertinya Anda memang fokus untuk membangun Drexon menjadi lebih besar lagi, Tuan Muda.”

Damien mengangguk, “Bisa dikatakan seperti itu.”

“Jika nanti menikah, carilah wanita yang memberi Anda keberuntungan karena kadang beberapa wanita hanya akan menjadi beban.”

Meski dibersamai dengan tawa seolah itu hanyalah sebatas candaan, tetapi Samantha tahu kalimat itu ditujukan untuknya.

Dirinyalah wanita yang menjadi beban itu—ia dan anaknya.

Samantha menunduk, makanan yang baru saja disuapnya tak bisa ia telan. Jarinya yang menggenggam sendok mendadak kebas, mati rasa.

“Masih belum menemukan wanita yang tepat, Nyonya Linda,” jawab Damien setelah tawa itu mereda.

“Tidak mungkin,” sahut Erick dari sebelah kiri Damien. “Apa itu bukan karena Anda yang terlalu pemilih?”

“Tidak,” sahut Damien tenang. “Tapi baru-baru ini saya bertemu dengan seorang wanita yang cukup menarik.”

“Lalu kenapa kalian tidak bersama?”

“Dia milik orang lain.”

Saat Samantha mencuri pandang, sepasang iris biru gelap Damien berpindah dari Erick kepadanya. Seolah kalimat itu ditujukan untuknya.

Tatapannya sangat tenang, yang membuat Samantha justru merasa tercekik.

“Kalau memang wanita itu memiliki value, membuat Anda merasa nyaman dan belum terikat dengan orang lain, Anda bisa mengejarnya, Tuan Muda,” ucap ayahnya Erick memberi dukungan.

Damien tersenyum tipis, “Haruskah saya lakukan itu?”

“Boleh saja, ‘kan?” celetuk Nyonya Linda. “Nanti kalau ada acara besar, Anda bisa membawanya. Seperti di acara anniversary tadi malam.”

“Tapi bagaimana menurut Tuan Muda semalam?” tanya Tuan Kael lagi. “Apakah resort kami cukup nyaman?”

“Sangat nyaman,” jawab Damien, sekilas pandangnya mengarah pada Samantha. “Yang saya temukan di dalam cukup membuat saya tidur dengan nyenyak, Tuan Kael.”

Samantha menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan getar di dagu, gugup mendengar kalimat Damien—yang ia tahu betul memiliki makna lain.

“Maksudnya, Anda suka dengan interiornya?” sahut Erick, memastikannya pada Damien.

“Ya,” jawab Damien kemudian menoleh pada Samantha dan bertanya, “Bukankah begitu, Nona Samantha?”

Samantha membeku, tenggorokannya mengering. Tak tahu harus menjawab apa, kebimbangan dan rasa takut memenuhi benaknya.

“Kenapa Nona diam saja sejak tadi?”

Jantungnya seperti berhenti berdetak, ia ingin menjawab, tetapi takut salah berucap.

Ketegangannya luntur saat Erick menyela dengan mengatakan, “Dia tidak punya selera dan pengetahuan tentang interior, Tuan Damien. Dia tidak bisa menilainya.”

“Benar,” imbuh Nyonya Linda. “Bertanya padanya tidak akan membuat Anda menemukan jawaban. Dia tidak tahu hal-hal seperti itu.”

Tawa Nyonya Linda kembali terdengar, disambut oleh Erick beserta ayahnya, menganggap itu sebagai lelucon yang patut mereka rayakan.

Tapi tidak dengan Damien. Pria itu meraih gelas minumannya, meneguknya perlahan. Wine merah itu berkilauan di bawah cahaya lampu ruang makan.

Begitu pula dengan iris biru gelapnya yang mengarah pada Samantha.

Saat Tuan Kael mengatakan mereka bisa melanjutkan kembali makannya, Samantha masih menjumpai Damien menatapnya.

Terlalu lama, cukup untuk membuatnya menunduk, menghindar agar detak jantungnya tak semakin cepat.

Bagi Samantha, tatapan itu bukan tatapan pria asing, tapi tatapan seseorang yang tahu rahasia tubuhnya yang menggila di bawah cengkeramannya semalam.

Waktu berjalan sangat lambat untuk tiba di ujung makan malam. Samantha pergi dari ruang makan dan melakukan yang diperintahkan oleh ibu mertuanya agar ia membawa keluar teh dan kue manis sebagai penutup.

Tapi karena sangat gugup, ia tak sengaja menumpahkan teh itu di meja, di depan Damien duduk.

“Maaf,” lirih Samantha, menunduk di sebelah Damien.

“Kamu tidak bisa berhati-hati?!” hardik ibu mertuanya. “Bagaimana kalau mengenai Tuan Damien?!”

“Tidak apa-apa, Nyonya Linda,” kata Damien tak terbebani.

Tapi meski pria itu tak keberatan, Nyonya Linda tidak bisa menoleransi kecerobohan Samantha.

Saat ia keluar dari dapur dan berdiri melepaskan sesaknya di teras sebelah timur rumah, ibu mertuanya itu menyusulnya.

“Sudah aku bilang agar berhati-hati tapi tetap saja kamu melakukan kecerobohan?!” tanya beliau dengan suaranya yang meninggi.

Tangannya mendorong kepala Samantha dengan kuat hingga ia terhuyung ke belakang tanpa bisa memberi perlawanan.

“Memalukan sekali harus mengakuimu sebagai menantuku di depan Damien, Samantha! Jangan masuk dan menunjukkan wajahmu yang menyedihkan ini! Dasar tidak berguna!”

Nyonya Linda melenggang pergi meninggalkan Samantha yang tak bisa lagi menampung sakit hati akibat caci makinya.

Ia terdiam cukup lama hingga tak menyadari bahwa air matanya telah bermuara di pipi. Kesalahan kecil yang ia lakukan telah menghapus kebaikan dan jerih payahnya.

Samantha menoleh ke arah lain teras dan selangkah mundur ke belakang. Gelombang kejut menghantam dadanya saat melihat Damien yang sudah berdiri di sana.

‘Sejak kapan dia di situ?’

….

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Aya Melodi Agrifina
mertua laknat.... mak Lampir linglung bener2 punye, bae2 stroke marah2 mulu
goodnovel comment avatar
Christy Lino
Dasar mak lampir bkin naik tensiiìiii,..smoga ajj luw kepleset jatuh & gk berdaya biar gk bnx tingkah ... Damien luw bw lari ajj si samantha sama gabriel & bwt mreka hdp dgn layak & penuh cinta ...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Jangan Menangis, Nona! Tuan Muda Akan Memanjakanmu    6. Meski Hatiku Telah Mati Dalam Pernikahan Ini

    Pagi ini, Samantha duduk di dalam ruang rawat Gabriella. Harusnya, ia menyuapi anak gadisnya itu.Tetapi yang terjadi ia justru sibuk melamun mempertanyakan apakah semalam Erick pulang atau tidur di luar. Mengingat ia tidak di rumah dan langsung menuju ke rumah sakit untuk mendampingi Gabriella.Samantha menggeleng, mencoba menenangkan dirinya.‘Berhentilah mengkhawatirkan sesuatu yang tidak pasti, Samantha,’ gumamnya dalam hati, menepis pikiran buruk yang mengganggunya.Erick mengatakan bahwa kepergiannya itu soal pekerjaan. Maka harusnya benar seperti itu.“Mama,” panggil Gabriella dengan suara manisnya yang membuat Samantha segera menoleh pada anak gadisnya.“Iya, Sayang?”“Kemarin Briel jalan-jalan keluar dengan Sus Delia,” katanya. “Briel melihat anak perempuan yang dirawat di ruangan sebelah ditemani oleh Papanya. Dia dipeluk, dan ... mendapat hadiah yang bagus.”“Jadi Briel ingin hadiah yang bagus juga?” tanya Samantha sembari mengusap sudut bibir Gabriella.“Tidak, Ma. Hanya i

  • Jangan Menangis, Nona! Tuan Muda Akan Memanjakanmu    5. Seolah Kau Tahu Tentangku

    Samantha menyeka air matanya yang baru saja jatuh tanpa suara saat Damien bertanya, “Apa Nona terbiasa diam saja saat diperlakukan seperti itu?”“Saya tidak mengerti apa yang Anda bicarakan,” jawab Samantha.Suaranya serak, tak bisa menyembunyikan kenyataan bahwa ia baru saja menangis.Samantha hanya tak ingin mengatakan hal buruk soal ibu mertuanya.Damien selangkah maju teriring tawa lirih yang seolah sengaja ia perdengarkan pada Samantha. “Masih berusaha menyembunyikannya?”“Jika tidak ada yang ingin Anda katakan lagi, saya akan pergi.”“Pergi untuk menangis?”“Jangan bersikap seolah Anda tahu semuanya,” sahut Samantha, menyangkalnya. “Anda tidak tahu apa-apa tentang hidup saya, Tuan Damien. Tadi Mama hanya sedang … sedikit kesal saja.”Samantha berusaha menjaga nada bicaranya sedatar mungkin padahal ia sedang gugup.Ketenangan dan cara bertutur pria itu, seolah Damien tahu semua hal tentangnya.Ia beranjak pergi dari sana, menjauhkan dirinya dari Damien. Satu langkah menjauh, sua

  • Jangan Menangis, Nona! Tuan Muda Akan Memanjakanmu    4. Tuan Muda Keluarga Frost

    ‘Tamu yang dibawa oleh Erick adalah Damien?!’Sejenak Samantha berdiri linglung di tempatnya, tak bergerak, hingga teguran Nyonya Linda terdengar.“Bawa ke sini, Samantha!”“B-baik,” jawab Samantha setelah kesadarannya kembali.Meski kakinya terasa berat, ia tetap mengayunkannya menuju ke ruang makan.Perbincangan terjadi di antara mereka, kedua orang tua Erick menyambut Damien dan melontarkan pujian yang tak putus.Sedang di sebelah Damien, Samantha merasakan tangannya yang gemetar sewaktu ia meletakkan makanan itu di atas meja.Beberapa menit yang membuat napasnya habis, ia lega saat akhirnya bisa pergi dari sana. Namun, suara Damien membuat Samantha menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.“Kenapa Nona Samantha tidak bergabung dengan kita di sini?”Tanya itu membuat Erick saling pandang dengan kedua orang tuanya. Samantha tahu betul bahwa ia tadinya tak akan dilibatkan dalam perjamuan tersebut.Tetapi karena Damien bertanya demikian, akhirnya Erick meminta agar Samantha dud

  • Jangan Menangis, Nona! Tuan Muda Akan Memanjakanmu    3. Gabriella, Gadis Kecilku yang Malang

    “Apa kamu berkeliaran dalam keadaan mabuk dan membuat malu keluarga Elton?” Tanya dari Erick kembali mencecar Samantha.“Jawab!”“T-tidak,” jawab Samantha lirih. “A-aku ketiduran di kamar, dan langsung menghubungi kamu saat bangun.”“Benarkah?”Samantha mengangguk, meremas jemarinya, berharap Erick akan percaya dengan kebohongannya.“Kamu tidak melihatku pergi dengan siapa tadi malam?” tanya Erick lagi.“Ya?”Samantha memandang suaminya yang segera berpaling saat tatapan mereka bertemu, entah kenapa ia merasa Erick sedang memastikan sesuatu, seolah ada yang tengah disembunyikannya.“Lupakan!” katanya singkat sembari berjalan melewatinya sehingga Samantha meraih tangannya dengan cepat.“Erick, ayo kita—”“Pergilah ke rumah Mama nanti malam,” potong pria itu. “Mama memintamu menyiapkan makan malam untuk tamu penting. Aku tidak mau mendengar Mama mengeluh tentang kebodohanmu, jadi sebaiknya kamu tidak melakukan kesalahan!”Erick menepisnya hingga tangan Samantha terlempar menjauh dari t

  • Jangan Menangis, Nona! Tuan Muda Akan Memanjakanmu    2. Sepakat Merahasiakannya

    Samantha bingung mencerna situasi. Saat pandangannya mengedar sekali lagi, ia gemetar menyadari bahwa ini bukan kamar resort tempat ia meninggalkan barangnya kemarin.Napasnya tertahan, wajahnya pias kala potongan ingatan semalam datang seperti kilatan cahaya.Pintu yang terbuka, pelukan yang hangat dan cumbuan yang membuatnya tersesat dalam kenikmatan yang tak pernah didapatkannya itu bukan datang dari suaminya, melainkan diberikan oleh pria lain.“Aku pikir kamu adalah wanita yang sengaja disiapkan oleh Erick agar aku tidak bosan di pesta semalam,” ucap Damien dari sofa tempat ia duduk. “Dia mengatakan hal seperti itu saat aku menolak untuk datang.”Samantha menoleh pada tuan muda keluarga Frost itu, tubuhnya menggigil penuh rasa bersalah. Ia telah mengkhianati Erick dengan tidur bersama pria lain.“I-ini kesalahan, Tuan Damien,” jawab Samantha terbata. “Maaf karena saya sembarangan masuk ke dalam kamar Anda.”Damien tak begitu saja menjawab, pria itu lebih dulu bangun dari duduknya

  • Jangan Menangis, Nona! Tuan Muda Akan Memanjakanmu    1. Sentuhan Panas di Malam Pesta

    “Sebelum membuat malu, sebaiknya kamu pergi dari sini!” Suara hardikan itu membuat Samantha menoleh pada asal suara dengan kepala yang pening. Maniknya menatap seorang pria dalam balutan jas yang berdiri di sebelahnya. Erick Elton, suaminya. Alis lebat pria itu hampir tertaut saat menebah lengan jasnya yang basah karena Samantha tak sengaja menumpahkan minuman dari gelas berkaki yang dibawanya. Samantha hanya lelah setelah tak beristirahat sama sekali karena menjaga anaknya yang kritis di rumah sakit, tapi ia malah dipaksa datang ke pesta anniversary mertuanya. Ia hampir limbung jika bahunya tak dirangkul dengan cepat oleh seorang gadis dari samping kanannya, yang memastikan ia tetap berdiri tegak. “Kamu baik-baik saja?” tanya suara manis perempuan itu, Eliza. Sahabat sekaligus teman dekatnya dan Erick sejak lama. “Iya,” jawab Samantha, menunjukkan senyum palsunya sembari mengangguk. “Jangan bicara seperti itu pada Samantha, Erick. Dia lelah, tolong mengertilah sedikit!”

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status