Home / Romansa / Jangan Menangis, Nona! Tuan Muda Akan Memanjakanmu / 6. Meski Hatiku Telah Mati Dalam Pernikahan Ini

Share

6. Meski Hatiku Telah Mati Dalam Pernikahan Ini

Author: Almiftiafay
last update Last Updated: 2025-07-07 10:49:01

Pagi ini, Samantha duduk di dalam ruang rawat Gabriella. Harusnya, ia menyuapi anak gadisnya itu.

Tetapi yang terjadi ia justru sibuk melamun mempertanyakan apakah semalam Erick pulang atau tidur di luar. Mengingat ia tidak di rumah dan langsung menuju ke rumah sakit untuk mendampingi Gabriella.

Samantha menggeleng, mencoba menenangkan dirinya.

‘Berhentilah mengkhawatirkan sesuatu yang tidak pasti, Samantha,’ gumamnya dalam hati, menepis pikiran buruk yang mengganggunya.

Erick mengatakan bahwa kepergiannya itu soal pekerjaan. Maka harusnya benar seperti itu.

“Mama,” panggil Gabriella dengan suara manisnya yang membuat Samantha segera menoleh pada anak gadisnya.

“Iya, Sayang?”

“Kemarin Briel jalan-jalan keluar dengan Sus Delia,” katanya. “Briel melihat anak perempuan yang dirawat di ruangan sebelah ditemani oleh Papanya. Dia dipeluk, dan ... mendapat hadiah yang bagus.”

“Jadi Briel ingin hadiah yang bagus juga?” tanya Samantha sembari mengusap sudut bibir Gabriella.

“Tidak, Ma. Hanya ingin bertemu Papa saja.”

Mata Gabriella yang cantik tampak terluka saat ia tersenyum. Jemari kecilnya memilin ujung selimut yang menutupi kakinya, seolah ia sedang menguatkan dirinya sendiri.

Melihat itu, Samantha sekuat tenaga menahan air matanya.

Ia menunduk, mencoba merangkai kata, menata kebohongan lain untuk membuat Gabriella tidak bersedih.

‘Tapi apa lagi yang harus aku katakan?’ batinnya dihantam kegundahan.

“Apa Papa tidak sayang pada Briel, Ma?” tanya anak gadisnya lagi.

“Kenapa Briel bertanya seperti itu, Sayang?”

“Karena Briel sakit,” jawabnya. “Mungkin Papa tidak suka Briel yang bau obat.”

Kalimat polosnya tanpa sadar membuat air mata Samantha jatuh melewati sudut netranya.

Samantha tersenyum, meletakkan mangkuk berisi makanan itu ke atas meja sembari menghapus air matanya dan kembali duduk di hadapan Gabriella.

“Siapa bilang kamu bau obat?” ucapnya sembari menyentuh pucuk hidung Gabriella yang pucat. “Anaknya Mama selalu wangi bunga. Ingat bunga-bunga yang selalu Briel beri warna, ‘kan? Kamu wangi seperti mereka, Sayang ….”

“Briel memang bau obat, Ma,” katanya. “Di ruangan tempat Briel dibawa suster, itu bau obat. Setiap ke sana Briel selalu sendirian, Briel takut, Mama ….”

“Kamu tidak perlu takut. Ada Mama yang selalu menunggu Briel di luar, Sayang.”

“Seandainya Papa ada di sana juga.”

Suaranya lemah, tetapi menyentuh indera pendengar Samantha dengan kesedihan yang besar.

Samantha memeluk anak gadisnya itu setelah memindahnya ke pangkuannya dengan hati-hati. Entah untuk berapa lama Gabriella ada di dalam di dekapanya hingga pintu ruangan terbuka.

Dua orang perawat masuk dan mendekat pada Samantha. Salah satunya berujar, “Gabriella rambutnya harus dipotong mengingat kerontokannya yang semakin parah, Bu Samantha.”

Gabriella terlihat bingung, ia menatap Samantha dan perawat itu bergantian, seakan meminta penjelasan.

“Dipotong?” ulangnya dengan lirih.

Samantha menghela dalam napasnya, menjelaskannya sesederhana mungkin. “Iya, Sayang. Dipotong agar tidak mengganggu Briel selama pengobatan nanti. Kalau pengobatannya lancar, nanti kamu bisa cepat pulang. Bukankah Briel ingin segera bertemu dengan Papa?”

Meski tak begitu saja menjawab, tapi setelah menunggu beberapa detik akhirnya Gabriella setuju.

Ia menurut dengan berpindah duduk di kursi.

Samantha tak bisa menahan tangisnya saat gunting yang dibawa oleh satu dari perawat itu bergerak perlahan.

Helai demi helai jatuh ke lantai putih rumah sakit seperti dedaunan yang gugur dan tak lagi mampu bertahan pada dahannya.

Gabriella duduk dengan tenang meski sorot matanya tak bisa berbohong, bahwa di balik jubah tipis rumah sakit itu ia sedang ketakutan.

Saat semuanya usai, Samantha kembali memeluk dan menggendong Gabriella. Mencoba membesarkan hatinya kala gadis kecil itu bertanya, “Nanti rambutnya akan tumbuh lagi ‘kan, Ma?”

Tenggorokan Samantha tercekat, “Iya,” balasnya serak. “Tumbuh lebih cantik, Sayang. Sebelum kamu, ada yang rambutnya lebih dulu dipotong, dan sekarang mereka sembuh.”

“Baiklah, Ma,” katanya berpasrah.

Hati Samantha remuk saat menyadari bahwa di gendongannya ini Gabriella menjadi semakin ringan. Berat badannya berkurang drastis dalam beberapa waktu terakhir.

Tubuh sekecil ini harus berperang melawan rasa sakit yang hebat.

Gabriella diturunkannya kembali ke ranjang karena Samantha dipanggil ke ruang dokter untuk berkonsultasi perihal kesehatan gadis kecil itu sehingga ia titipkan anaknya pada Sus Delia.

Di dalam ruang dokter, ada angin segar yang membuat Samantha merasa bebannya sedikit lebih ringan.

Dokter mengatakan, “Pihak rumah sakit juga sedang mencari donor yang cocok untuk Gabriella, Bu Samantha. Akan kami usahakan semaksimal mungkin.”

Samantha menunduk penuh rasa syukur. “Terima kasih, Dokter.”

“Selama donornya belum ditemukan, Gabriella akan tetap menjalani kemoterapi. Jadwalnya lusa.”

Kelegaan menghampirinya, rasanya napasnya tak seberat biasanya saat ia kembali ke ruang rawat Gabriella.

Saat Samantha tiba di sana, ruangan itu kosong. Mendadak kecemasan menghampirinya karena Sus Delia tidak menitipkan pesan akan pergi ke mana.

Mengingat ucapan ibu mertuanya kemarin yang menyebut Gabriella hanya menghabiskan uang keluarga Elton, Samantha cemas jika anak gadisnya yang malang itu diseret dan dipaksa meninggalkan rumah sakit.

“Briel,” gumam Samantha seraya berjalan keluar.

Ia bertanya pada perawat yang dijumpainya, di mana keberadaan Gabriella.

“Tadi saya melihatnya ada di playground, Bu Samantha,” jawab wanita berseragam putih itu.

Meski playground itu adalah tempat yang aman untuk anak-anak, tetapi Samantha tak bisa tenang. Dari kejauhan, saat jaraknya masih cukup jauh dari tempat itu, ia bisa mendengar tangis Gabriella yang nyaring.

“Briel!” panggil Samantha sembari berlari menjemput arah tangis itu berasal.

Di tikungan, ia melihat Gabriella terjatuh, tubuhnya yang lemah bersimpuh di lantai. Tangisnya menggema, mengisi setiap sudut tempat.

Samantha mempercepat larinya sebelum maniknya menangkap keberadaan seorang pria tinggi nan gagah yang berdiri di hadapan Gabriella.

Samantha mematung saat melihat pria itu menekuk kaki panjangnya dan berlutut di hadapan anak gadisnya yang terlihat mungil.

Suaranya tenang dan terdengar hangat saat berkata, “Tidak apa-apa, mau Paman bantu untuk berdiri?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Eva
Paman Damien..tolong kuatkan Gabriella dan Samantha. Bantu mereka keluar dari keluarga setan itu wkwk
goodnovel comment avatar
Aya Melodi Agrifina
plis itu Damien kan yg sma Briel???plis Damien,pura² lah jadi papanya Briel,agar Briel punya semangat hidup,anggap aja si kerik mati ketabtak kereta andong
goodnovel comment avatar
Christy Lino
Damieeeennnn plisss tlg gabriella,.. jadilah paman yg bisa memberi kehangatan & mengobati rindunx pd ayah kandungnya ... briel karaktermu bkin onty jd nangisss tauuukkk ......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jangan Menangis, Nona! Tuan Muda Akan Memanjakanmu    191. Nona Dan Tuan Muda: Sebuah Kolaborasi Sempurna

    Mereka menoleh secara bersamaan pada gadis itu yang masih duduk dengan tenang di samping Giovanni.Tak terbebani dengan wajah terkejut orang-orang yang mendengar apa yang baru dikatakannya.“Ann?” Samantha memanggilnya, seolah memastikan bahwa ucapan itu benar keluar dari bibirnya.“Saya setuju dengan yang dikatakan oleh Bu Samantha,” kata Anna. “Kalau ditangkap sebelum melakukan apapun, kita tidak punya bukti kuat untuk menuduh Erick. Jadi kita perlu membuat dia percaya kalau penculikan itu benar berhasil. Karena Tuan Damien tidak mengizinkan Bu Samantha yang melakukannya, saya bisa menggantikannya untuk itu.”“Kamu serius?” Samantha masih tak percaya.“Iya, Bu Samantha.”“Tapi bagaimana caranya?” tanya Giovanni, menoleh pada Anna dengan kedua mata yang melebar penuh rasa penasaran. “Kita masih belum tahu bagaimana rencana Erick, apakah dia sendiri yang akan menculik Nona Samantha, atau dia akan meminta pria bayarannya itu.”“Aku tahu caranya,” sahut Samantha.Ia sejenak saling panda

  • Jangan Menangis, Nona! Tuan Muda Akan Memanjakanmu    190. Gagalkan, Atau Lakukan

    “P-penculikan?” ulang Samantha dengan gugup.Manik cokelat gelapnya bergerak tidak nyaman, menatap pada Damien dan Giovanni secara bergantian.Makan pagi yang harusnya dalam keadaan tenang berubah menjadi menegangkan.Atmosfer di sekitar mereka menjelma suram dalam kecemasan.Siapapun yang ada di dalam ruangan itu tau bagaimana Erick telah meninggalkan bekas luka dan trauma yang mendalam bagi Samantha.“Teman dekatnya bilang begitu, Sayang. Tapi kami juga belum tahu kapan itu akan dia lakukan. Yang jelas ... aku tidak akan membiarkan dia menyentuhmu. Hm?”Damien mengusap kepala bagian belakang Samantha, pada rambut panjangnya yang hitam.“Jadi apa rencana Tuan Damien?” tanya Anna mendadak dari seberang meja.Sedikit merasa bersalah karena ia lah yang pertama menyinggung soal mata-mata di persimpangan sebelah timur mansion.Karena dilihat dari gelagat dan kalimat Damien barusan, sepertinya ia dan Giovanni sengaja menyembunyikannya dari Samantha.“Kalau dugaanku benar, dia akan menculik

  • Jangan Menangis, Nona! Tuan Muda Akan Memanjakanmu    189. Tuan Muda Dan Otak Seksinya

    Sebenarnya ... semua diawali dari sini: Pertama, Damien meminta Giovanni mencari tahu latar belakang Pierre, teman terdekat Erick. Mereka menemukan fakta mencengangkan bahwa adik perempuan Pierre tengah didekati oleh Erick. Lalu Giovanni memancing Pierre dengan rahasia kelakuan bejat Erick sehingga membuat ia berada di pihak mereka. Artinya, satu langkah Damien telah selesai. Kedua, ia meminta Giovanni menghubungi ahli teknik kimia milik mereka untuk membuat dua ledakan lainnya tanpa menimbulkan korban jiwa. Dean mengirim dua kotak itu ke rumah sakit dan ke mall, mengendarai motor dan menyerupai penyamaran Erick sewaktu mengirim paket ke Harvest Table. Ketiga, Axel mengunggah artikel tentang sejarah ‘kelam’ ledakan di kota sehingga itu memancing reaksi partai SDA yang menuduh anggota NVP melakukannya. Pihak NVP marah dan mengumumkan mereka akan menemukan pelaku pengirim paket ledakan itu serta memberi pelajaran setimpal pada siapapun itu! Situasi untuk menyudutkan Erick

  • Jangan Menangis, Nona! Tuan Muda Akan Memanjakanmu    188. Berlin, Satu Malam Mencekam

    “Kalau dugaanku benar, dia akan menghubungimu dalam waktu dekat. Kalau dia membicarakan soal rencana penculikan Samantha, terima saja. Katakan padaku apapun yang terjadi,” jawab Giovanni. Pierre mengangguk tanpa banyak protes. Ia menerima sebuah kartu nama dari Giovanni yang kemudian ia simpan. Perjumpaan mereka berakhir di sana. Giovanni meninggalkan The Eclipse dan pergi ke suatu tempat. Ia menemui seorang pria yang bekerja di Drexon Corp, seorang ahli teknik kimia. Giovanni dibawanya masuk ke dalam sebuah ruangan di mana di dalam sana pria itu menunjukkan dua kotak berukuran sedang yang ada di atas meja. Kotak hitam yang persis seperti yang dilihat Giovanni diterima oleh Anna berisikan bom hari itu. “Sudah selesai kamu buat, Dean?” tanya Giovanni saat itu. “Sudah, Pak Gio. Skala ledakannya jauh lebih kecil daripada yang terjadi di Harvest Table.” “Kirim ke halte rumah sakit nanti setelah pemberhentian bus terakhir dan di parkiran mall milik Drexon saat sudah mendek

  • Jangan Menangis, Nona! Tuan Muda Akan Memanjakanmu    187. Selamat Datang Di Neraka

    “LEPAS!” Erick memberontak sewaktu beberapa orang pria berjaket kulit memasuki tempat terbengkalai itu. Ia digelandang menjauh dari hadapan Damien yang memasang badan untuk melindungi Samantha dan Anna dari amukan amarahnya. Rasa sakit menyerang kedua lengannya, cengkeraman mereka menyakitinya hingga seolah menembus tulang. Erick terseret-seret di atas lantai berdebu gedung tersebut. Akal sehatnya menghilang sewaktu ia mencoba meraba apa yang sebenarnya tengah terjadi kepadanya. Sepasang matanya memanas, rasa terhina menguliti wajahnya hingga terkelupas. Ia menilik sebentar ke belakang, pada kalimat Anna yang mengatakan tentang Pierre yang mengkhianatinya. Apakah jangan-jangan ... ini semua adalah perangkap Damien? Penculikannya ini telah diketahui oleh pria itu dan Pierre adalah bagian dari mereka? “DAMIEN MORGAN!!” serunya memecah keheningan. “APA INI SEMUA RENCANAMU?!” Damien tiada menjawab. Ia hanya bergeming, menatap Erick lewat iris birunya yang berkilauan. Dari samping

  • Jangan Menangis, Nona! Tuan Muda Akan Memanjakanmu    186. Wanita Bergaun Ungu

    “K-kamu—“ Erick terbata-bata, mencoba mengingat wajah tak asing yang menyeruak di hadapannya ini. Bukan Samantha seperti yang sedari tadi ia pikirkan, melainkan …. “Kamu stafnya Samantha, ‘kan?” tanyanya memperjelas. “Anna. Kamu Anna!” Sepasang mata Erick membola, tak percaya dengan apa yang disaksikannya sekarang ini. Dengus napasnya terdengar kasar sewaktu ia menguraikan kain yang membebat bibir gadis itu. Merekatkan kembali kewarasan yang nyaris sirna akibat kegagalan fatal. Operasi penculikan Samantha telah menemui akhir! Tapi bagaimana bisa? Yang dilihat olehnya di foto tadi memanglah Samantha. Ia mengenakan gaun berwarna ungu sama seperti yang dipakai oleh Anna. Bahkan, saat Erick memastikannya sekali lagi di ponsel miliknya itu, yang dijumpainya memanglah Samantha Celestine. Jadi bagaimana bisa berubah wujud? ‘Apa jangan-jangan … Pierre salah menangkap orang?’ batinnya mulai menerka. Ia bangun dari berlututnya, menegakkan tubuh dan menunjuk Anna dengan geram. “Kamu tun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status