Share

7. Godaan Teman Suami?

Author: Almiftiafay
last update Last Updated: 2025-07-16 20:02:51

Gabriella terlihat bangun dengan bantuannya. Seorang pria yang meski jarak masih memisahkan mereka, tetapi Samantha seolah sudah bisa mencium wangi patchouli-nya, Damien Morgan Frost.

Pria itu mengambilkan topi beanie milik Gabriella yang harusnya menutupi kepalanya yang tak lagi memiliki rambut, lalu memakaikannya.

Samantha segera berlari untuk menghampirinya, mengangkat Gabriella ke gendongannya dan menundukkan kepalanya di depan Damien.

“Terima kasih, Tuan Damien,” katanya.

Dari belakangnya, seorang wanita tergopoh-gopoh mendekat seraya meminta maaf.

“Maaf, Nona Samantha,” ucap wanita berambut sebahu itu, Sus Delia. “Saya baru dari kamar mandi dan meninggalkan Gabriella sebentar.”

“Tidak apa-apa, kalau mengajak Briel keluar tolong beritahu dulu lain kali.”

“Baik.”

Samantha mendekap anak gadisnya semakin erat saat bertanya, “Briel baik-baik saja, Sayang?”

Gabriella mengangguk, “Iya, Ma,” jawabnya saat Samantha menyeka bekas air mata di pipinya. “Tadi Briel berkejaran dengan teman dan terjatuh. Lalu ditolong oleh Paman itu.”

Gadis kecilnya menoleh pada Damien, suaranya yang manis mengatakan, “Terima kasih, Paman.”

Damien mengangguk dengan senyum yang nyaris tak terlihat di kedua sudut bibirnya.

“Sama-sama, Tuan Putri,” jawabnya dengan sudut mata yang sekilas mengarah pada Samantha. “Paman membawakan kamu hadiah, terimalah.”

Damien terlihat menyerahkan sebuah paper bag berukuran sedang yang lalu diterima Gabriella dengan senang.

Saat ia mengintip ke dalam untuk melihat isinya, sepasang matanya yang cantik berbinar.

“Cantik sekali bonekanya, terima kasih, Paman.”

Hal itu membuat hati Samantha tak karuan. Hadiah yang tadi dibicarakan oleh anak gadisnya itu tidak didapat dari ayahnya, melainkan dari orang lain.

“A-apa … yang Anda lakukan di sini?” tanya Samantha, memberanikan diri mencuri pandang pada Damien.

“Menjenguk Gabriella,” jawabnya. “Semalam aku membuat janji dengan Erick. Apa dia belum datang?”

“B-belum,” jawab Samantha dengan ragu, karena memang ia tidak tahu akan hal itu.

“Akhirnya Papa ke sini, Ma!” celetuk Gabriella tak bisa menyembunyikan rasa senangnya.

Ucapan polos itu membuat Samantha bergerak tidak nyaman. Sebab dari sana Damien pasti tahu bahwa Erick tidak pernah datang.

Mereka menoleh ke samping kanan Samantha saat mendengar suara seorang wanita yang memanggil Gabriella.

“Hai, Briel. Kita bertemu lagi ….”

Eliza Heidi, temannya itu datang bersama Erick, melambaikan tangan pada Gabriella dengan ramah sementara suaminya itu menundukkan kepalanya untuk menyapa Damien terlebih dahulu.

Lalu alih-alih menjawab Gabriella yang lebih dari sekali memanggilnya, Erick malah menatap kesal pada Samantha.

“Kenapa kamu membiarkan Tuan Damien berdiri di sini, Samantha?!” tanyanya, yang terdengar lebih seperti hardikan.

Samantha hendak menjawab sebelum Eliza lebih dulu menyahut, “Jangan mulai, Erick!” tegurnya.

Ia menyentuh lengan Erick yang seketika membuat pria itu diam.

Bagi Samantha … ia merasa sepertinya suaminya itu lebih mendengarkan ucapan Eliza dibandingkan dirinya.

“Ikut Tante, Briel,” ajak Eliza sembari menyodorkan tangannya, mengambil Gabriella dari Samantha dan menggendongnya mendekat pada Erick.

Mereka terlihat seperti keluarga yang harmonis saat berjalan menuju ke ruang rawat gadis kecil itu sembari mempersilakan Damien.

Di dalam ruangan tersebut, Eliza memberikan makanan yang ia bawa pada Gabriella. Saat suapan pertama dilahap anak gadisnya, Eliza menoleh pada Samantha seraya berujar, “Aku dengar dari Erick kalau anakmu sulit makan, tapi Briel lahap dengan makanan yang aku buatkan, Samantha.”

“Dia pasti bosan dengan makanan rumah sakit,” jawab Samantha. “Jadi dia senang dengan makanan yang kamu bawa. Terima kasih, Eli.”

“Sepertinya Eliza jauh lebih paham dengan kondisi Gabriella daripada kamu,” seloroh Erick yang duduk di sofa, seperti sebuah sindiran.

“Tidak, Erick!” bantah Eliza. “Jangan bicara begitu di depan Tuan Damien. Kamu seperti sengaja membuat Samantha terlihat buruk.”

Erick memandang Damien yang sedari tadi seolah hanya menjadi pengamat. Ia lalu mengenalkan Damien pada Gabriella yang tengah duduk di atas ranjang rawatnya.

“Briel beruntung karena Paman sebaik itu mau menyempatkan waktunya untuk berkunjung,” ucap Erick.

“Briel sudah melihat Paman itu tadi, Pa,” celotehnya. “Paman itu yang menolong saat Briel jatuh.”

“Jatuh di mana?” sambar Eliza dengan cemas. “Apa kamu tidak dengan Mama, Briel?”

“Dia jatuh saat aku tadi ke ruang dokter dan menitipkan Gabriella ke—” Samantha yang berusaha menjelaskan pun berhenti di tengah jalan saat suaminya menyela.

“Hati-hatilah lain kali, Samantha!” peringatnya. “Aku tidak mau ada hal buruk terjadi pada anakku.”

“Iya,” jawab Samantha lirih.

“Kamu keluarlah! Belikan sesuatu untuk Tuan Damien. Jangan yang ada di rumah sakit, belikan di luar yang lebih enak!”

“Tidak perlu, Erick,” kata Damien, menolak dengan halus.

Tapi Erick bersikeras, “Tidak apa-apa, Tuan. Sudah seharusnya kami memang menjamu Anda dengan baik.”

Lewat isyarat mata suaminya yang mendesak dan menekannya, Samantha akhirnya pergi meski ia keberatan.

Sepanjang jalan, tanpa sadar ia menggerutu. Ia yang menjaga anaknya tetapi mengapa seolah tak ada baiknya. Bukannya ingin dipandang baik, tapi setidaknya ia ingin usahanya sedikit ... dihargai.

Di luar rumah sakit, Samantha membelikan beberapa minuman dan makanan dari kafe seberang jalan untuk mereka. Mengingatkan dirinya agar hati-hati karena ada Damien, supaya ia tak membuat kesalahan seperti yang dilakukannya saat makan malam itu.

‘Sampai kapan dia terus ada di sekitar kami?’ tanya Samantha dalam hati, mengeluhkan keberadaan Damien.

Ia berlarian kembali menuju ke ruang rawat Gabriella karena saat perjalanan pulang hujan mendadak mengguyur dengan derasnya. Di lorong yang sepi ia berhenti dan mengambil dalam napasnya.

Sejenak, ia merasa ia bukan seperti seorang istri bagi Erick. Pembantu pun tak diperlakukan serendah ini.

Dan Eliza … ‘Kenapa kedatangannya malah terasa membebani?’

Samantha melihat seseorang dari arah berlawanan, berjalan dengan tenang dan menyaksikan keadaannya yang menyedihkan. Tubuhnya yang kebasahan, bajunya yang kumal, dan rambutnya yang berantakan.

Damien.

Entah apa yang dilakukannya di luar, tapi Samantha merasa pria itu selalu melihatnya di saat-saat terburuk.

Pria itu mendekat, menatap Samantha cukup lama sebelum baritonnya terdengar.

“Sepertinya sudah menjadi kebiasaan Nona untuk diam saja padahal sering diperlakukan seperti ini.”

Samantha tak membalasnya, terlalu lelah setelah berlarian. Ia tak ingin memulai percakapan dengannya.

Ia berniat pergi meninggalkan Damien sebelum pria itu menghalanginya.

“Sekalipun tidak dihargai, tetapi Nona bekerja keras menjadi istri yang baik untuk Erick.”

Meski terdengar seperti ejekan, tetapi kalimat itu memberi getaran yang aneh untuk Samantha. Ada rasa senang yang hinggap di hatinya saat mengetahui ada yang melihat usahanya.

Tapi di sisi lain ... ia tak ingin Damien tahu ia memiliki hidup seperti ini.

“Yang Anda katakan itu tidak benar! Erick selalu menghargai saya,” kata Samantha. “Meski kami semua menghormati Tuan Damien, tapi tolong tetap jaga batasan Anda!”

“Batasan apa?” tanya Damien.

Tenang, dan bahkan tak mengalami perubahan nada bicara.

Tetapi anehnya membuat Samantha berdebar.

“Kita pernah melakukan sesuatu yang jauh melewati batas, Nona.”

Wajah Samantha seketika pias.

Damien tersenyum tipis, nyaris seperti sebuah godaan kala menunduk dan hampir mensejajarkan iris biru gelapnya itu dengan manik gugup Samantha.

“Saya rasa Nona Samantha masih ingat bagaimana rasanya,” ujar Damien. Suaranya yang dalam terdengar seperti bisikan. “Atau … kalau sudah lupa, perlukah saya ingatkan lagi?”

Almiftiafay

Terima kasih sudah membaca akak semuanya 🤗 apakah kita sudah perlu update 2 bab setiap hari? Buat Pak Damien, diingatkan gimana ini maksudnya? 😹 Apakah Damien lebih bersikap manusiawi pada Samantha dan Gabriella daripada Erick?

| 11
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Eva
Kan pasti tuh si Erick selingkuh sama Eliza. Kok kezel ya bacanya, si erick pingin tak kuncir tuh mulutnya
goodnovel comment avatar
Tyo Inginsetia
Elisa kamu baik tapi menusuk lebih kejam baikmu adalah maut
goodnovel comment avatar
indina
sudah jelas kak Damien lebih baik dari Erik perlu diingatkan deh kyknya...wk..wk
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jangan Menangis, Nona! Tuan Muda Akan Memanjakanmu    33. Makin Besar Skandal, Makin Mudah Dijatuhkan

    Keesokan paginya, Samantha memastikan apa yang dikatakan oleh Nyonya Amy langsung kepada ayahnya. Tuan Harry membenarkan hal itu, bahwa Erick lah yang membawa semua berkasnya. ‘Papa membawanya pada Erick saat memintanya membantu melunasi utang pada bank, Samantha.’ Kalimat sang ayah yang didengarnya tadi kembali terngiang. Sama persis dengan yang dikatakan ibunya. Ia pikir, semua dokumen itu kemungkinan besar disimpan oleh Erick di ruang kerjanya yang ada di rumah. Karena seingatnya, pria itu banyak meletakkan file penting di sana. ‘Tapi bagaimana caraku kembali ke sana?’ tanya Samantha dalam hati. Ia sudah memutuskan untuk tidak pernah kembali pada Erick. Menginjakkan kakinya kembali ke rumah itu bukanlah sebuah ide yang bagus. Samantha terdiam cukup lama, duduk di kursi tunggu di kantor polisi. Ia menunduk dengan cepat saat ponselnya menerima pesan dari salah seorang staf restorannya yang terpaksa harus dirumahkan. Dari Vivian. [Apa Bu Samantha sudah melihat ini?] Begitu yan

  • Jangan Menangis, Nona! Tuan Muda Akan Memanjakanmu    32. Tangan Di Genggaman

    Damien berjalan mendekat pada Samantha sehingga ia segera menurunkan ponselnya dari samping telinga. “Tuan Damien,” sapa Samatha seraya menundukkan kepalanya. “A-apa yang Anda lakukan di sini?” “Saya tadi datang ke restoran milik Nona dan berencana untuk membawa tim saya makan di sana nanti, tapi restorannya ….” Damien berhenti bicara, kepalanya miring beberapa derajat ke kiri sehingga Samantha menyahut dengan cepat. “Disegel,” ucapnya. “Saya pergi ke sini setelah mendapat kabar ayah saya dibawa polisi.” Damien mengangguk samar, “Ya. Salah seorang staf Nona yang ada di sana mengatakan Nona mungkin di sini, jadi saya menyusul.” Suaranya senantiasa tenang sehingga kekalutan di dalam hati Samantha berangsur reda. “Nona baik-baik saja?” “Iya,” jawab Samantha. Damien terlihat menggapai sesuatu dari balik saku jas yang ia kenakan. Sebuah ponsel, yang tampak ia periksa sebelum pandangannya terangkat dan mempertemukan iris biru gelap itu dengan manik Samantha. “Sepertinya Nona baru me

  • Jangan Menangis, Nona! Tuan Muda Akan Memanjakanmu    31. Kenapa Menolak Cerai? Bukankah Aku Tak Ada Artinya?

    Usai mendapat panggilan dari ibunya, Samantha bergegas pulang. Tapi setibanya di rumah, hanya tangis Nyonya Amy yang menyambutnya. Ratapannya mengiris hati saat wanita itu berujar, “Papamu sudah dibawa, Nak ….” Samantha terlambat. Sang ayah telah digelandang ke kantor polisi. Untuk sesaat, ia tidak tahu harus melakukan apa karena kejadiannya begitu cepat. Penyegelan restoran hingga penangkapan Tuan Harry berlangsung hanya dalam sekejap mata. Tapi satu hal yang Samantha yakini, bahwa ini pasti dilakukan oleh Erick, mengingat ancaman yang pernah dikatakan oleh pria itu sebelumnya. Samantha berpamitan pada ibunya untuk menyusul Tuan Harry. Setibanya di sana, ia masih diizinkan untuk bertemu meski itu harus dipisahkan oleh sekat kaca tebal yang menjadi batas perjumpaan mereka. Pria paruh baya itu masih mengenakan pakaian yang tadi Samantha lihat saat ia berpamitan pergi ke restoran. “Maaf, Samantha,” ucap Tuan Harry dengan serak, mata tuanya tampak lelah. “Bagaimana bisa terjadi,

  • Jangan Menangis, Nona! Tuan Muda Akan Memanjakanmu    30. Kau Akan Menangis Darah

    “Istriku, baru pulang?” sapa Erick sembari melambaikan sekilas tangannya. Samantha tak menjawab, ia meremas jemarinya yang mendadak mati rasa saat pria itu sekilas menoleh pada Tuan Harry dan berujar, “Aku sudah bicara dengan Papa untuk bisa bertemu denganmu.” “Aku lelah, Erick,” balas Samantha, menolaknya. Ia tahu bahwa Erick akan melampiaskan kekesalan padanya. “Kembalilah lain kali kalau mau.” “Kenapa kamu bersikap seperti ini padaku, Samantha?” tanya pria itu. “Kita bahkan belum resmi bercerai. Tidak bisakah, kita memperbaikinya? Bukankah seperti itu yang benar, Pa?” Erick menoleh pada Tuan Harry yang membenarkannya lewat sebuah anggukan. “Berilah Erick kesempatan, Samantha,” pinta sang ayah. “Erick ingin bicara denganmu untuk memperbaiki hubungan kalian. Pasang-surut dalam rumah tangga itu biasa. Kalian bisa membicarakannya baik-baik.” Menolak bagaimanapun, Erick tetap menang. Pria itu mendekat pada Samantha setelah Tuan Harry selesai bicara. “Ayo,” kata Erick seraya mera

  • Jangan Menangis, Nona! Tuan Muda Akan Memanjakanmu    29. Kau Hanya Mencari Pelampiasan!

    Samantha memberontak, meski suaranya tersendat akibat tekanan yang diberikan oleh Erick, ia mencoba berteriak. “Le-lepas!” serunya sekeras yang ia bisa, berharap ada orang di parkiran yang mendengar dan melihat kegilaan Erick. Meski tidak ada seorang pun yang datang, setidaknya itu membantu Samantha. Sebab hal yang baru ia lakukan itu membuat Erick melepasnya. Sepasang mata pria itu memerah, amarahnya meluap-luap. Dan sebelum sesuatu yang lebih buruk terjadi, Samantha beringsut mundur, menjaga jarak. “Pengadilan mengirimkan surat panggilan untuk sidang cerai,” ucap pria itu. “Kamu melakukannya lagi? Kamu pikir siapa dirimu, Samantha?!” Samantha tak menjawab, tapi membenarkan dalam hati. Bahwa ia memang sudah memasukkan kembali gugatan cerai terhadap Erick setelah mengantongi bukti yang cukup. Hasil visum serta foto-foto perselingkuhan Erick dan Eliza yang ia dapatkan dari Damien. Surat pemanggilan sidangnya telah diterima oleh Erick, dan pria itu tidak terima. Harga dirinya terlu

  • Jangan Menangis, Nona! Tuan Muda Akan Memanjakanmu    28. Mereka Bercinta Sejak Tahun Ke Dua

    “S-saya tidak lapar,” jawab Samantha, menolak permintaan Damien. Ia datang ke sini hanya untuk mengetahui apa yang ingin diberikan oleh pria itu, kemudian pulang. Damien bergeming, ia hanya menatap Samantha dengan iris birunya yang terlihat berkilauan di bawah pencahayaan lampu gantung di atas mereka. Anehnya … Samantha perlahan berubah pikiran. Dari penolakan, sebuah rasa bersalah timbul di dalam hatinya. Ia baru saja merasa tidak tahu diri jika menolak Damien saat pria itu sudah berbaik hati membantunya. “Baiklah,” ucap Samantha akhirnya. Damien mempersilakannya untuk duduk. Mereka berseberangan dengan dipisahkan oleh sebuah meja yang letaknya tidak jauh dari jendela hotel dan menunjukkan gemerlapnya lampu kendaraan yang terlihat sangat kecil di bawah sana. Makan malam berlangsung tanpa banyak percakapan yang terlewati. Hanya sesekali pandangan mereka bertemu dan Samantha buru-buru menghindarinya. Lagi pula, Samantha tidak tahu apa yang harus ia bicarakan, atau memulainya dar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status