Mexsi berhenti tersenyum dan semakin menatapnya. "Lo boleh ngomong apa aja, tapi jangan ganggu kebahagiaan gue."
"Maksud lo, gue tahu. Lo pasti baru pertama kalinya naik kincir angin ini? Ya iyalah- "
"Tetaplah tersenyum... itulah yang bikin gue bahagia... " Mexsi mengatakannya dengan tulus.
Keyla menelan ludah susah payah. "L-lo kalau ngajakin canda garing, gak lucu... "
Mexsi mencondongkan tubuhnya ke depan. Mendekatkan wajahnya dengan wajah Keyla.
"Gue serius... " Mexsi langsung memeluk Keyla. "Lima menit saja, gue mohon."
Ia memohon dengan sangat tulus.
Gadis itu awalnya terkejut. Tapi entah mengapa saat Mexsi memeluknya, suasana sudah mulai tak canggung lagi. Yang Keyla rasakan hanyalah kenyamanan, sangat bahagia sampai ia berani membalas pelukan Mexsi tanpa bertanya.
Membiarka tubuhnya mendapatkan kehangatan, dari seseorang yang sangat berarti baginya sambil tersenyum.
Berharap, Mexsi sangat berharap
See you, next part ➡️
Paginya Keyla tersadar, ia secepatnya bangkit mencari keberadaan Mexsi. Berlari ke sana kemari mencarinya, Salah satu suster bertanya padanya. Menunjukkan ruangan yang sedang dicarinya, ia masuk berlari mendekati Mexsi yang sedang menutup kedua mata tak sadarkan diri.Tes. Setetes air mata membasahi pipinya. Mengalir deras, jantungnya terasa tak berdetak. Napasnya tercekat. Sulit sekali untuk bernapas. Ternyata ia benar-benar takut, jika sesuatu terjadi pada lelaki itu."Bodoh, gue udah bilang pergi. Tetap aja melindungi gue... Mexsi hari ini gue udah putuskan, saat lo sadar nanti gue akan bilang semuanya sama lo tanpa ragu." setelah mengatakan hal itu Keyla pergi keluar.Keesokan harinya jam pulang sekolah. Keyla duduk dibangkunya dengan tenang, Tina dan Ino memperhatikan sahabatnya melamun dari tadi. Tanpa menunggu waktu lama Tina duduk disebelahnya, bertanya apa yang terjadi padanya? Keyla tetap diam tidak mau menjawab
Tino balik lagi ke arah Tina. Saudaranya sambil meringis. "Lo kenapa Tino?" tanya Tina apa adanya. Melihat Tino yang meringis kesakitan. Memegangi pipinya yang babak belur, bukannya menghentikan perkelahian itu. Tino malah terbawa dan menjadi umpan empuk bagi Will dan Mexsi. "Pakai nanya lagi lo!" "Heheh... " Tina hanya bisa nyengir. "Tawa lagi! Aaaw." sedikit menjerit menahan sakit. *** Di bandara Keyla terdiam. "Papa, Mama Keyla harus pergi." "Maksud kamu?" tanya ayahnya bingung. Tanpa menjawab Keyla meninggalkan kopernya di samping ayahnya. Ia lari dari sana. "Keylaaa!" teriak ayahnya. Ibunya berusaha memberi suaminya pengertian. Gadis itu lari meninggalkan bandara. Ayahnya hanya tersenyum, bagaimana pun juga putrinya masih belum bisa memutuskan sesuatu deng
Tok, tok, tok. Ibu Tino mengetuk pintu kamar putranya, ibunya sungguh heran. Sudah hampir jam 11 siang, putranya belum juga bangun tidak ada jawaban. Ia memutuskan melanjutkan memasak, mengambil bawang merah, memegang pisau. Tok, tok, tok. Baru saja akan memotong bawang, ada tamu yang datang mengetuk pintu. Berjalan membuka pintu, tamu yang datang sungguh berwajah tampan. Jarang sekali ia melihat wajah berfaedah seperti ini, langsung menyuruh tamunya duduk. Membawakan segelas jus mangga ke hadapan tamu. Ibu Tino tak bertanya sama sekali, ingin bertemu dengan siapa? Benar. Terlalu asyik dengan dunia memasaknya, sampai melupakan pertanyaan itu. Melanjutkan tangan kiri memegang bawang merah, tangan kanan memegang pisau. Sedikit lagi akan memotong, tamunya bertanya padanya. "Tan, Tinonya ada?" tanya Mexsi bertanya padanya. BRUKH! Kali ini ibu Tino memba
Will akan tertawa. Tina berteriak mengejutkannya. "AAAAA." "Kamu kenapa?" tanya Will tanya bergegas mendekatinya. "Mataku yang, ko perih ya?" kata Tina bertanya sambil melotot. "Kamu belum berkedip," ucap Will menghela napas. Ino dan Keyla satu pemikiran kaliini. Mereka berdua menghela napas. Keyla memutuskan duduk diam tanpa harus ikut campur masalah mereka, Ino hanya mengikuti duduk disebelahnya. "Oh iya yang, pantas saja perih." secepatnya Tina membuka tutup kelopak matanya. Semoga saja dengan beralasan seperti ini ayang bakal lupa, nama lengkap gue. batin Tina tertawa kecil di dalam hati. "Ko kamu gak kasih tahu aku tentang nama panjang kamu?" Sontak membuat Tina terkejut dan melotot kembali. "Itu, aku gak suka ada yang tahu." "Termasuk aku?" Will memotong pertanyannya.
Tampak berbeda dengan apa yang telah ia harapkan, Keyla terlihat melotot bahkan wajahnya sangat merah. Terlihat seperti wajah yang sangat marah padanya, menelan ludah sedikit tersangkut di tenggorokan. Sampai batuk-batuk membuat Keyla tertawa. "Lucu sekali lo ini, biarin aja kita kan emang lagi pacaran. Apa enggak sih?" Keyla bertanya dengan polosnya setelah dibuat bimbang oleh Mexsi. "Ko bicaranya jadi lo lagi, aku kamu dong? Tapi kita kan emang nggak ada hubungan apa-apa." Mendengar perkataan itu Keyla dibuat kesal setengah mati. Lalu ia mengatakan sesuatu tanpa titik koma. "Oke kalau kayak gitu mau lo! Gue juga nggak butuh kali pengakuan lo! Gue juga nggak mau kali gue- " CUP! Secara tiba-tiba Mexsi mencium pipi kanan Keyla, sampai ia terdiam seribu bahasa wajahnya kini benar-benar merah merona menyala. Mereka berdua saling bertatapan tersenyum lepas, membuatnya t
"Tapi, dia deket banget sama lo, duduk aja bersama, makan aja selalu bersama. Ke mana-mana bersama, terus apa namanya kalau bukan CLBK?" jelas mexsi bertanya padanya dengan nada cukup tinggi.Note :CLBK adalah singkatan dari cinta lama bersemi kembali."Namanya juga sahabat, pasti gitu lah. Lo juga kalau misalkan punya sahabat kan pasti git.. " tiba-tiba ucapannya terpotong sendiri. Ia menatap Mexsi segan sambil menggigit bibir bawahnya.Mexsi menatapnya. Sekarang Ia mengkedip-kedipkan matanya, semakin segan menatapnya."Cemburu kan, iya kan? Iya?" kini Keyla yang berbalik menggoda Mexsi."Gak, ngapain cemburu." Mexsi mencoba mengelak.Sudah tidak tahan melihat Keyla seperti itu. Sangat lucu juga menggemaskan, ia semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Keyla. Gadis itu mengkedip-kedipkan matanya, tanpa menyadari hal itu.Setelah puas mengedip-ngedipkan m
Kedua bola mata Keyla membulat, mulutnya ternganga, kedua alisnya ditekuk. Ia sangat terkejut dengan siapa yang ia lihat, benar! Dia adalah Wino. Wino yang dulu pernah mencelakainya dan hampir membunuh kekasihnya Mexsi. Tapi tunggu, ternyata itu hanyalah topeng. Ternyata Sarah dibalik topeng itu. Gadis itu tersenyum lalu memeluknya. "Keyla gue rindu banget sama lo, apa lo juga merindukan gue juga?" Sarah bertanya padanya, melepaskan pelukannya sambil menatapnya serius. "Tentu saja, katanya lo mau sekolah di luar negeri. Kok lo cepat sekali kembali, apa ada masalah?" kata Keyla berbalik bertanya padanya. Terdiam cukup lama, semakin membuatnya khawatir. "Gue nggak bisa kembali ke sana, karena gue nggak tahu apa yang harus dilakukan. Sungguh di sana sangat membosankan, gak ada teman sebaik dirimu di sana." Sarah sungguh memujinya sampai Keyla tersipuh malu, mereka berbi
Sedikit terganggu Keyla mencoba melepaskan genggamannya dari Mexsi. Namun lelaki yang saat ini memegang tangannya, tak ingin melepaskan sambil meliriknya. Mereka tetap berpegangan tangan sampai di depan kantin. Tina yang saat itu sedang menceramahi Tino karena berusaha memaling pulpennya kembali. Tapi yang diceramahin malah asyik makan bakso, dengan sangat lahapnya. Maklum masuk kuping kanan, keluar kuping kiri. Ia terkejut saat melihat Mexsi dan Keyla saling berpegangan tangan. Kedua bola matanya melotot hampir keluar dari tempatnya. Lalu mulutnya terbuka lebar, Tino yang saat itu sedang melahap dengan sangat nikmat, bakso yang di dalam mulut sampai ke luar semua mendarat di atas mangkuk. Yang terisi penuh kuah bakso. BOOM! Seperti bom meledak! Air dari tumpahan itu telah membasahi wajahWill, Tina, Ino, dan juga dirinya sendiri. Mereka semua menatap tajam ke arahnya, yang ditatap senyum tanpa do