Share

Bab 2 Kenapa Dia Di Sini

Penulis: Myafa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-02 11:15:51

Kenaya tidak menyangka jika tamu suaminya adalah mantan kekasihnya. Jantungnya berdegup begitu kencang karena melihat orang yang begitu dicintainya di depan mata.

Berjanjilah kamu tidak akan muncul di hadapanku dengan alasan apa pun.

Kalimat itu terngiang di kepala Kenaya. Permintaan terakhir dari Kean saat dia pergi meninggalkan Kean. Kalimat yang berusaha untuk Kenaya wujudkan. Namun, sepertinya semua gagal. Karena dia bertemu dengan Kean.

Melihat Kean yang berada di depan matanya membuat Kenaya yang sedang memberikan kopi tidak fokus. Alas cangkir miring. Membuat cangkir miring, dan kopi tumpah. Mengenai tangannya.

“Ach ….” Rasa panas kopi yang mengenai tangannya membuat Kenaya tersadar.

“Kamu tidak apa-apa?” Kean seketika panik melihat sang mantan kekasih terluka. Dia segera mengambil cangkir kopi yang berada di tangan Kenaya, Meletakkannya di atas meja.

Kean mengecek tangan Kenaya yang terkena panas. Dia mengecek luka yang terdapat di tangan Kenaya. Membalik telapak Kenaya untuk melihat luka tersebut. Namun, Kean dibuat bingung karena luka air panas barusan bercampur dengan luka lain. Luka itu berbentuk bulat dan luka itu tampak sudah mengering.

Luka apa ini?

Pertanyaan itu menghiasi kepala Kean. Masalahnya luka bulat itu tidak hanya satu, ada di empat tempat sekaligus. Tentu saja itu membuatnya penasaran.

Kenaya melihat Kean yang sedang memerhatikan luka di tangannya. Dia baru sadar jika selain luka air panas baru saja, ada bekas luka lain. Luka yang dibuat Jerick dengan rokoknya. Karena tak mau Kean melihat luka itu, dia segera menarik tangannya.

Jerick mengeram kesal. Bisa-bisanya istrinya begitu ceroboh sekali menumpahkan minuman saat memberikannya pada tamunya. Melihat jelas wajah panik Kean, dia segera menghampiri sang istri.

“Sayang, kamu tidak apa-apa?” Jerick memegangi bahu Kenaya.

Kenaya langsung mengalihkan pandangan pada Jerick. Seketika tubuhnya gemetar melihat tatapan tajam Jerick yang siap menyerangnya.

“Aku tidak apa-apa.” Kenaya segera berdiri. Dia takut sekali dengan Jerick yang tampak marah.

“Sebaiknya kamu obati dulu lukamu.” Jerick memegangi lengan Kenaya. Meminta istrinya itu untuk segera masuk ke dalam.

Kenaya merasakan jelas tangan Jerick yang mencengkeram lengannya. Jelas perintah suaminya itu tidak boleh dibantah. “Aku akan masuk.” Kenaya mengangguk. Dia segera pergi meninggalkan Kean dan suaminya di ruang tamu.

Saat Kenaya pergi, Kean merasa sesuatu ada yang hilang. Dia merasa tidak rela Kenaya pergi.

“Maaf kopinya tumpah. Aku akan minta asisten rumah tangga membuatnya lagi untukmu.” Jerick mencoba tersenyum. Mencairkan suasana canggung akibat kecerobohan istrinya.

“Tidak apa-apa.” Kean mengangguk. Berusaha bersikap tenang.

Kenaya yang masuk ke dalam, memilih masuk ke kamarnya. Dengan segera dia menutup pintu kamarnya. Bulir kristal meluncur bebas tanpa bisa ditahan oleh Kenaya.

“Kenapa dia ada di sini?” Pertanyaan itu terlontar beriringian dengan air matanya yang terus mengalir.

Tubuh Kenaya merosot ke lantai. Rasanya berat sekali melihat orang yang begitu dicintainya di depan mata. Padahal dia sudah berjanji tidak akan menampakkan wajahnya. Napas Kenaya terengah. Rasa sesak seketika menyelimutinya. Mimpi-mimpi indah yang pernah dibangun bersama Kean terlintas di pikirannya. Sayangnya semua hancur berkeping-keping. Berganti dengan neraka yang kini harus dirasakannya.

Kenaya memegangi perutnya. Dia tidak mau menangis dan membuat anaknya ikut merasakan kesedihannya. Namun, dia tidak punya pilihan. Air matanya meluncur begitu saja.

“Maafkan mama, Sayang.” Kenaya membelai lembut perutnya. Berusaha untuk menghentikan tangisnya.

Saat membelai lembut perutnya, Kenaya teringat akan sesuatu. “Jerick tidak boleh tahu siapa Kean.” Dia seketika langsung berpikir semua harus dirahasiakan. Dia tidak mau sampai terjadi masalah jika Jerick tahu. Apalagi Jerick orang yang nekad. Kean akan berada dalam bahaya jika Jerick tahu jika dia adalah mantan kekasihnya.

Kenaya segera mengobati tangannya yang terkena air panas terlebih dulu. Mengambil obat luka bakar yang berada di lacinya. Obat yang selalu dipakainya untuk mengobati lukanya selama ini.

Saat mengobati lukanya, dia melihat luka bekas sudutan rokok. Siapa lagi pelukanya jika bukan Jerick. Suaminya itu memang selalu melakukan hal-hal gila.

“Apa tadi Kean lihat? Apa dia menyadari?” Kenaya takut sekali ketika Kean melihat tadi. Takut jika Kean menyadari apa yang terjadi padanya.

Kini Kenaya bingung. Bagaimana bisa dia menemui Kean. Rasanya dia belum sanggup bertemu dengan mantan kekasihnya itu. Namun, jika tidak keluar, pasti suaminya akan semakin murka. Ini saja, dia yakin jika suaminya sudah murka gara-gara kopi ang tumpah. Karena ada tamu, pastinya Jerick berusaha untuk menahan diri.

Kenaya berusaha untuk menghapus air matanya. Mau tidak mau dia harus menemui Kean. Karena jika tidak, pasti dia akan berada dalam masalah. Saat keluar dari kamar, Kenaya berusaha tetap tenang. Dia segera menyiapkan makan malam untuk Jerick dan Kean

“Mari, kita makan malam.”

Suara Jerick terdengar meminta Kean untuk masuk. Hal itu membuat Kenaya langsung menundukkan pandangan. Tak berani melihat Jerick maupun Kean. Saat menunduk kepala, dia hanya melihat bagian kaki suaminya dan Kean.

Kenapa kaki Kean?

Kenaya melihat kean berjalan pincang. Seperti kakinya sulit untuk digerakkan. Selama enam bulan sudah Kenaya tidak bertemu dengan Kean. Jadi dia tidak tahu apa yang terjadi pada Kean selama itu.

Kean berjalan ke meja makan. Melihat Kenaya yang sibuk merapikan meja makan. Pandangan Kean tertuju pada tangan mantan kekasihnya itu. Hal yang sampai detik ini tak bisa diterima Kean adalah ketika Kenaya terluka. Dia tidak suka melihat Kenaya terluka. Lebih baik dirinya yang terluka.

“Apa tangan Anda baik-baik saja?” tanya Kean.

Mendapati pertanyaan itu membuat Kenaya mau tidak mau menegakkan kepalanya. “Baik, saya sudah oleskan obat.” Dia menatap Kean sebentar dan kembali menunduk.

“Kamu harus lebih hati-hati, Sayang.” Jerick merangkul Kenaya.

Rahang Kean mengeras ketika melihat tangan Jerick berada di bahu Kenaya. Namun, dia sadar jika Kenaya adalah istri Jerick. Jadi wajar jika Kenaya berada di dalam pelukan Jerick.

“Kamu belum berkenalan dengan tamuku, Sayang.” Jerick mencengkeram bahu Kenaya.

Di mata Kean mungkin Jerick merangkul Kenaya, tetapi yang terjadi sebenarnya adalah Jerick mencengkeram bahu Kenaya.

“Kenaya.” Kenaya memperkenalkan diri. “Maaf tidak bisa mengulurkan tangan.” Kenaya tidak berani berjabat tangan dengan Kean, karena takut Kean menyadari luka di tangannya.

“Tidak apa-apa. Tanganmu masih terluka. Perkenalkan aku Kean.” Kean memperkenalkan diri bak orang yang tidak saling kenal.

“Ayo kita makan malam.” Jerick mengakhiri perkenalan Kean dan Kenaya.

Mereka segera duduk. Kean duduk di kursi berseberangan dengan Kenaya. Tepat berhadapan dengan Jerick. Dari kursinya, dia dapat melihat Kenaya yang duduk bersebelahan dengan Jerick. Mantan kekasihnya itu tampak diam dan tertunduk ketika makan.

“Kamu sedang hamil berapa bulan?” tanya Kean di sela-sela makan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jangan Mengejar, Suamiku! Aku Tidak Akan Pernah Kembali   Bab 167 Akhir Kebahagiaan

    Kean terus menggenggam erat tangan Kenaya. Begitu berdebar-debar ketika menunggu hasil apa yang dilihat oleh dokter. “Selamat, Bu Kenaya hamil.” Dokter melihat jika ada janin di rahim Kenaya. Kenaya merasa lega karena akhirnya dia benar-benar hamil. Kean yang bahagia langsung mendaratkan kecupan di punggung tangan sang istri. “Kita akan punya anak.” Kean benar-benar merasa bahagia karena akhirnya dapat memiliki anak kembali. “Iya.” Air mata Kenaya kembali menetes. Setelah dia kehilangan anak. Akhirnya dia kembali diberikan kepercayaan memiliki anak secepat ini. Rasanya benar-benar Kenaya merasa dilimpahi berkah yang begitu banyaknya. “Aku akan punya cucu lagi, Mommy.” Mommy Freya langsung memeluk Grandma Shea benar-benar merasa bahagia akhirnya dapat memiliki cucu lagi. “Iya, aku juga akan punya cicit.” Grandma Shea begitu bahagia sekali. Semua yang berada di ruang dokter begitu bahagia sekali. Karena cicit Adion akan hadir lagi setelah anak dari Lean. Dokter men

  • Jangan Mengejar, Suamiku! Aku Tidak Akan Pernah Kembali   Bab 166 Kebahagiaan

    “Kita mampir ke apotek.” Kenaya menatap Kean yang sedang sibuk menyetir. “Kamu mau beli apa? Kamu sakit?” tanya Kean sedikit panik ketika mendengar Kenaya meminta ke apotek. “Tidak. Aku hanya mau beli alat tes kehamilan.” Kenaya menjelaskan apa yang membuatnya ingin ke apotek. “Kamu hamil?” tanya Kean menatap Kenaya. “Belum. Aku baru mau mengecek saja.” Kenaya mencoba menjelaskan. “Memang sudah terlambat datang bulan?” Kean begitu penasaran. “Iya, sudah telat dua minggu, Tadi saat mommy tanya dan aku baru ingat.”“Baiklah, kita beli atas tes kehamilan.” Kean begitu bersemangat sekali ketika mendapatkan kabar istrinya terlambat datang bulan. Dia berharap ada Kean junior di dalam rahim sang istri. Mereka sampai di apotek. Kenaya langsung membeli alat tes kehamilan di temani Kean. Ini bukan pertama kali Kenaya membeli alat tes kehamilan. Karena dulu dia pernah membelinya sebelum pernikahan dengan Jerick. Saat sudah mendapatkan alat tes kehamilan. Mereka segera pulang. Rencananya,

  • Jangan Mengejar, Suamiku! Aku Tidak Akan Pernah Kembali   Bab 165 Pembukaan

    Apa yang dikatakan Kean memang benar. Apa yang dilakukan adalah untuk menyalurkan hobi. Apa yang dilakukannya hanya untuk membuatnya bahagia. Jika pun ada banyak orang yang beli, itu adalah nilai tambah saja. “Baiklah.” Kenaya pun mengangguk. Dia jauh lebih tenang ketika sang suami mengatakan hal itu padanya. “Ayo, kita berangkat.” Kean meraih tangan sang istri. Mengajaknya untuk segera ke toko bunga. Kenaya dengan penuh semangat menerima ajakan Kean. Mereka segera berangkat bersama untuk ke toko bunga. Saat sampai di toko bunga, Kean dan Kenaya begitu terkejut. Ternyata ada banyak orang yang sedang menunggu di depan toko. Mereka semua ingin membeli bunga hidup yang tampak cantik sekali. Apalagi memang ada program diskon yang diberikan Kenaya. “Apa mereka benar-benar datang untuk membeli bunga?” Kenaya tidak menyangka jika pembukaan tokonya akan dihadiri banyak orang. “Banyak orang suka berkebun. Jadi wajar jika mereka antusias untuk membeli bunga.” Kean mengulas senyum. Dia sen

  • Jangan Mengejar, Suamiku! Aku Tidak Akan Pernah Kembali   Bab 164 Toko Bunga

    Bulan madu yang sudah berakhir mengantarkan Kenaya dan Kean kembali. Tentu saja tempat yang mereka tuju adalah rumah baru mereka. Mereka langsung menempati rumah mereka sesuai dengan keinginan mereka berdua. Hari ini Kean sudah mulai bekerja. Karena itu Kenaya bangun lebih awal untuk mempersiapkan semuanya. Kemarin, Kenaya sudah berbelanja. Jadi pagi ini dia bisa memasak untuk suaminya.Kenaya sibuk di dapur membuat masakan. Pagi ini dia ingin membuat scramble egg. Makanan simple yang pas untuk sarapan. Kenaya memasak sambil mendengarkan musik. Membuatnya semakin bersemangat. Kean yang bangun melihat Kenaya yang asyik memasak dan menggoyangkan tubuhnya. Hal itu membuat senyum manis menghiasi wajahnya. Ternyata tidak ada asisten rumah tangga membuat lebih nyaman. Buktinya sang istri begitu leluasa keluar hanya dengan menggunakan baju tidur pendek dengan tali spageti. Kenaya yang selesai segera berbalik untuk meletakkan scramble egg yang dibuatnya. Namun, alangkah terkejutnya ketika

  • Jangan Mengejar, Suamiku! Aku Tidak Akan Pernah Kembali   Bab 163 Bulan Madu Part 4

    Seminggu Kean dan Kenaya berada di London. Mereka menikmati banyak tempat di London. Menikmati kuliner di negeri ratu Elisabet tersebut. Keduanya begitu bahagia sekali. Karena akhirnya mimpi mereka untuk ke London sudah terwujud. Hari ini rencananya mereka akan kembali. Naik pesawat pada siang hari. “Kenapa tujuan kita tidak ke Indonesia?” Kenaya menatap suaminya ketika melihat tiket pesawat yang dipegangnya. Tujuan pesawat justru adalah Male. Kota yang berada di Maladewa. Kota dengan laut dan pantai yang begitu indah. “Bulan madu kita belum berakhir.” Kean tersenyum. Kean sengaja mengubah rute. Dia masih ingin menikmati waktu dengan Kenaya. Sengaja memilih pantai karena sejatinya Kean menyukai pantai. Apalagi ketika melihat pantai saat alam hari. Namun, karena janjinya pada Kenaya, dia membawa Kenaya ke London lebih dulu. Kenaya mengulas senyum. Jika ditanya apakah dia suka jika bulan madunya diperpanjang, tentu saja jawabannya iya. Jadi dia tidak menolak ketika sang suami mengaj

  • Jangan Mengejar, Suamiku! Aku Tidak Akan Pernah Kembali   Bab 162 Bulan Madu Part 3

    “Bukan apa-apa.” Kenaya menggeleng. “Aku tadi melihat jaring ikan di dalam kopermu.” Kean hanya melihat sekilas. Jadi dia mengatakan apa yang dilihatnya saja. Jaring ikan? Kenaya tak habis pikir ucapan Kean. Namun, jika dipikir-pikir memang baju tadi seperti jaring ikan. “Coba lihat.” Kean menghampiri sang istri. Memaksa sang istri membuka koper. “Tidak mau.” Kenaya masih berusaha untuk menutup kopernya. Kean yang melihat hal itu langsung menggelitik tubuh sang istri. Alhasil Kenaya melepaskan pegangannya pada koper. Melihat celah itu, Kean segera membuka koper. Dia langsung mengambil baju yang disembunyikan oleh Kenaya. Kemudian merentangkannya agar dapat melihat baju apa itu. Kean membulatkan matanya ketika melihat jika baju yang disembunyikan Kenaya adalah baju tidur seksi. “Itu dari mommy. Aku baru membukanya tadi.” Kenaya menjelaskan dari mana baju itu berasal. Kean tidak menyangka jika sang mommy memberikan Kenaya baju seperti ini pada istrinya. Sang mommy benar-benar pa

  • Jangan Mengejar, Suamiku! Aku Tidak Akan Pernah Kembali   Bab 161 Bulan Madu Part 2

    Sesuai janji Kean, sore ini Kean membawa Kenaya ke London Eye. Mereka menuju ke London Eye untuk menikmati melihat kota London. Kean sengaja memesan tempat khusus. Jadi hanya mereka berdua isinya. Jangan ditanya berapa uang yang harus dikeluarkan Kean untuk memesan tempat privat. Pastinya cukup besar. Namun, jika dibanding dengan yang terisi dengan beberapa orang. Kean dan Kenaya masuk ke dalam kapsul. Saat baru masuk, Kenaya dikejutkan dengan meja makan yang terdapat di dalamnya. Tadi dia melihat kapsul lain, tetapi tidak ada meja makan seperti yang dipesan Kean. “Kamu memesannya khusus?” tanya Kenaya memastikan. “Tentu saja. Ini adalah bulan madu kita. Jadi aku ingin yang spesial.” Kean mengulas senyum di wajahnya. Kenaya merasa beruntung sekali karena Kean menyiapkan bulan madu mereka dengan sempurna. Tentu saja ini akan diingatnya sampai kapan pun. “Ayo, masuk.” Kean mengulurkan tangan, mengajak Kenaya untuk masuk ke dalam kapsul tersebut. Kenaya segera masuk.

  • Jangan Mengejar, Suamiku! Aku Tidak Akan Pernah Kembali   Bab 160 Bulan Madu Part 1

    Waktu sudah menunjukan jam dua belas, tetapi dua insan manusia itu masih asyik saling memeluk di bawah selimut. Kegiatan semalam yang menguras tenaga membuat keduanya begitu lelah sekali. Hingga sesiang ini mereka masih belum mau bangun. Kenaya yang membuka mata lebih dulu melihat Kean yang masih tertidur pulas. Melihat Kean membuat Kenaya membelai lembut wajah Kean. Kenaya merasa bersyukur sekali karena ada Kean di hidupnya. Apalagi kini mereka sudah menjadi pasangan suami dan istri. Tangan halus Kenaya yang membelai lembut wajah Kean membuat Kean yang tidur terbangun. Hal pertama yang dilihat saat membuka mata adalah wajah cantik Kenaya. Senyum manis dari Kenaya menyambutnya, hingga menularkan senyum di wajahnya. “Apa aku sedang bermimpi?” tanya Kean. “Kamu tidak sedang bermimpi. Memangnya kenapa?” Kenaya begitu penasaran sekali.“Karena aku melihat bidadari di depanku. Jadi aku pikir aku bermimpi.” Kenaya langsung tersenyum mendengar ucapan Kean. “Coba aku cek dulu.” Kean men

  • Jangan Mengejar, Suamiku! Aku Tidak Akan Pernah Kembali   Bab 159 Malam Panas

    Kenaya membenarkan apa yang dikatakan oleh Kean. Kamar mandi begitu tampak romantis. Apalagi tampak begitu indah dengan pemandangan kota yang terlihat dari atas. “Kaca itu transparan?” tanya Kenaya ketika menyadari pemandangan kota terlihat dari dalam. “Kaca itu memang memperlihatkan pemandangan dari luar, tetapi ketika melihat dari luar, pemandangan dari sini tidak terlihat.” Kean mencoba menjelaskan pada Kenaya. Kenaya mengangguk mengerti. “Tapi, aku tetap tidak nyaman.” Kenaya merasa tidak leluasa. “Aku akan menutupnya.” Kean tidak mau sampai Kenaya tidak nyaman. Karena itu, dia segera mengambil remote dan menutup jendela tersebut. Kenaya lebih lega ketika melihat kaca kini tertutup. Paling tidak dia akan lebih nyaman. Kean segera beralih kembali pada sang istri. Memutar tubuh sang istri untuk dapat meraih ritsleting gaun yang dipakai. Perlahan Kean menurunkan ritsleting gaun tersebut. Kenaya memejamkan matanya ketika tangan Kean terasa menurunkan ritsleting gaunnya. Jantung

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status