Share

Bab Enam [Penghinaan bagian satu]

Saat Alin berpamitan pun Noah hanya menganggguk di kejauhan. Tanpa memperdulikan Aldi yang berdiri disamping mobilnya. Hingga keluarga kecil itu hilang ke dalam Mobil hitam mereka dan menjauh. Noah menatap nanar.

Dalam perjalanan pulang dari rumah singgah, Noah flash back.

-Flash back-

Siang itu, Noah yang baru saja menjamu rekan kerjanya keluar dari sebuah ruangan private di restoran yang cukup terkenal. Tanpa sengaja matanya menangkap sepasang pria dan wanita yang baru saja keluar dari ruangan diseberang. Mereka adalah Aldi dan Melin, Saat itu Noah tidak memerhatikan mereka karena memang tidak kenal. Melinda sedang membenahi bajunya, sepertinya habis enak-enak mereka didalam.

"Mas Al, udah cantik belum?"

"Kamu sih cantik terus."

"Beda kan, sama istri mas yang jelek itu?"

"Alin nggak bakal bisa menyaingi kamu sayang.."

mendengar nama Alin keluar dari mulut pria itu, Noah melirik kecil. Melihat lebih jelas wajah Aldi dan Melin. Pasangan itu berjalan mesra didepan rombongan Noah dan rekannya. Dengan tak tau malu saling memeluk. Mata Noah memicing sinis pada keduanya. Dia tak menyimak apa yang rekannya ucapkan. Perhatian Noah tersita pada pembicaraan pasangan laknut itu.

"Mas, kapan nikahin aku?"

"Nantilah setelah mas pisah dari Alin."

"Iya kapan?" Tanya Melin manja.

"Mas lagi nyari waktu yang tepat untuk itu, eh, gimana kalau mas kenalin kamu sama orang tua mas dulu?"

"Emang nggak papa mas? Ntar mereka marah lagi?"

"Enggaklah, lagian mereka juga nggak suka kok sama Alin. Makanya mas Ngontrak sekarang, karena mereka nggak ngijinin Alin tinggal dirumah mereka."

"Kenapa kek gitu?" Malinda menatap manja pada Aldi.

"Alin kan nggak jelas bobot bibirnya. Lagi pula dia udah jelek dari dulu, heran aja deh kenapa aku dulu bisa cinta sama dia, terus nikahin dia." Cemooh Aldi.

Melinda terkekeh,

"Nyesel kan sekarang?"

"Banget!" Ujar Aldi mantap.

Melinda tergelak. Noah mengepalkan tangannya,

Jika benar itu adalah Alin yang sama, aku tidak akan ragu merebutnya darimu. Batin Noah geram.

"Bukankah Dia manager produksi di pabrik N's Elektrik?" ucap rekannya tiba-tiba. Noah menoleh pada rekannya itu.

"Bukankah itu salah satu anak cabang perusahaan mu Tuan Noah?"

"Saya tidak begitu mengenalnya." balas Noah melirik sinis.

-Flash back off-

Saat itu Noah duduk di jog belakang, dengan Robin sang asisten yang sebagai supirnya. Noah mengepalkan tangannya mengingat yang baru saja terjadi. Rahangnya mengeras mengingat kejadian beberapa saat lalu. Dia kembali teringat ucapan Alin tadi saat dia membantu wanita bersuami itu membuat kue.

"Suami ku bekerja di perusahaan elektronik N."

"Kami sangat harmonis."

"Mungkin karena aku selalu menyertainya dari bawah. Sejak dari Mas Aldi sebagai seorang buruh di perusahaan N lalu menjadi Team Leader, dan kini sudah jadi SPV. Semoga kelak kami bisa lebih baik." Alin melirik kecil kearah Noah yang senantiasa mendengarkan.

Sekelebat bayangan lain muncul.

"Benar. dia sedang bekerja. Apa yang ku kawatirkan."

Klebatan-klebatan suara dan wajah Alin bermain-main dikepala Noah. Membuat rahangnya makin mengeras. Gigi-giginya bergemeletuk menahan amarahnya.

"Dia dihianati. Dan dia tidak tau." Noah bergumam pelan. Lalu menendang kursi didepannya."Shiitt!!"

Robin tersentak kaget kursinya tiba-tiba ditentang bos nya dari belakang.

"Bos, apa yang membuatmu kesal?"

Wajah Noah masih diliputi amarah. Tangannya masih mengepal kuat.

"Kau lihat pria yang tadi membawa Alin dan Langit pergi?"

"Apa maksudmu, suami Bu Alin?"

"iya, aku dengar dia bekerja di N's elektrik." Mata Noah memicing, "cari apapun tentang dia."

Robin melirik bosnya sekaligus teman dekatnya itu.

"Noah, kau tidak bermaksud merebut istri orang kan?"

Noah terkekeh,

"Kita lihat saja nanti, setelah aku mendapatkan informasi tentang brengsek itu."

"Noah!"

"Lakukan saja tugasmu."

Robin menghela nafasnya, menggelengkan kepalanya. Dia cukup hapal dengan Noah, jika mau dia bisa mendapatkan wanita manapun, hanya dengan berbekal wajahnya saja. Apalagi, Noah pria sempurna, berwajah tampan, memiliki otak encer, kekayaan dan tubuh yang menawan. Siapa Wanita yang tidak terpikat olehnya.

Tapi, merusuh istri pria lain, yang benar saja!

Di tempat lain di waktu yang hampir bersamaan. Alin berjalan memasuki rumahnya bersama Langit. Aldi berjalan dibelakang setelah memarkirikan mobilnya.

"Lin. bisa kita bicara sebentar?" ucap Aldi duduk diteras.

"Iya mas, Alin masuk sebentar. Mas mau dibuatkan kopi?"

"Hmmm... Kopi juga mau. kalau ada pisang goreng atau apapun mas juga mau."

Alin tersenyum tipis.

"Iya Mas. ini ada kue yang tadi aku buat dipanti. Mau?"

"Boleh. Kue buatanmu juga enak."

Alin masuk kedalam rumah. membuat kopi dan menyiapkan potongan kue diatas piring. lalu membawanya keteras.

"Ini mas."meletakkan kopi dan kue.

"Langit mana?"

"Dikamar mas."Duduk disamping Aldi.

"Mas Al mau bicara apa?"

Aldi menyeruput kopinya.

"Alin. Bisakah kamu sedikit membenahi wajahmu dan membuat dirimu lebih cantik?"

Alin tersentak kaget.

"Kenapa mas?"

"Kalau teman mas kesini biar mas tidak malu."ucap Aldi enteng.

"Kemarin Mas bertemu dengan rekan kerja mas, istrinya cantik dan mulus sekali. Mas juga ingin Istri mas seperti itu juga."

"Mungkin dia melakukan perawatan mas."

"Masa ya kamu tidak bisa?"

"Bisa mas. tapi uangnya yang tidak cukup."

"Ya sudah. mas beri kamu 100rb buat beli skincare."mengangsurkan uang berwarna merah pada Alin.

Alin tertawa lucu. Produk skincare yang paling murah saja harga 150rb an. Itupun tidak begitu berimbas banyak pada Alin.

"Kenapa?"tanya Aldi terlihat tidak terima melihat Alin sedikit tertawa.

"Tidak. ini pertama kalinya Mas memberi uang Alin untuk perawatan."ucap Alin pelan menerima uang dari Aldi.

"itu karena Wajahmu yang hancur itu Alin. Mas malu sama teman mas. Tiga hari lagi ada cara ditempat teman mas. Mas malu kalau membawamu yang masih jelek dan kusam begini. Berjerawat sebanyak ini."gerutu Aldi memakan kue buatan Alin.

Alin tertawa lucu lagi.

"Maksud mas Al, Alin harus sudah cantik dan tidak berjerawat lagi dalam waktu tiga hari itu?"

"Iyalah. Kan sudah mas kasih uang 100ribu buat beli skincare."

"Mas, nggak ada yang instan. Apalagi untuk kulit, tetap melalui proses, dan itu tidak bisa hanya dalam hitungan seminggu dua minggu mas. Ini mas malah minta tiga hari." Alin mencoba memberi pengertian.

"Ckckck. Kamu malah membantah. Mau bikin mas malu, kamu Lin?"ujar Aldi kesal.

"Sudah! pokoknya buat wajahmu cantik tidak berjerawat saja sudah cukup." Sambung Aldi melangkah masuk kedalam rumah.

Alin hanya menghela nafas sabarnya.

Selama tiga hari ini Alin memang berusaha semakin membuat kulit kusamnya menghilang, dengan lebih sering menggunakan sabun dan lulur yang murah, agar uang yang Aldi berikan cukup. Alin juga membeli beberapa produk skincare ecer yang murah.

Alin sudah mencoba semaksimal mungkin dengan dana yang terbatas, wajahnya memang sudah lebih baik. Akan tetapi,itu tidaklah cukup untuk Aldi yang sudah mengeluarkan uang 100ribu rupiah.

"Ini hasil dari uang 100ribu nya?" Tanya Aldi menatap remeh pada Alin.

"Kan Alin juga sudah bilang mas, tidak bisa instan."

"Ck. kalau begini. Mas tidak bisa mengajakmu Lin. kamu dirumah saja sama Langit. kalau ikut malah bikin malu nanti." Cemooh Aldi melenggang pergi.

Alin hanya menghela nafasnya dan mengurut dadanya. Sabaaarr!

______

Setelah meninggalkan Alin dirumah, Aldi mengdatangi kosan Melinda.

"Udah siap sayang?" Tanyanya didepan pintu kosan Mel. Wanita itu terlihat sangat cantik dengan gaun toska diatas lutut.

"Cantik nggak, mas?" Tanyanya manja.

"Cantik. Cantik banget."

Melinda mengulas senyum. "Ayok."

Aldi menggandeng mesra selingkuhan nya itu. Hari ini sebenarnya, Aldi bermaksud membawa Melinda menemui orang tua nya. Tentu saja dia hanya beralasan pada Alin, tentang wajah Alin, untuk membuat mental nya down. Setelah itu Aldi bermaksud menceraikannya. Tentu saja setelah mendapatkan restu dari orang tuanya.

Begitu Aldi dan Melinda sampai di rumah yang cukup besar milik ayah dan ibu Aldi. Mereka disambut dengan suka cita. Bu Romlah, ibu Aldi sangat senang melihat wanita yang dibawa Aldi begitu cantik, apalagi, Melin juga bekerja di perusahaan yang sama. Berpendidikan pula. Tentu saja dia sangat senang timbang Alin istri Aldi yang hanya anak yatim piatu yang hanya tamatan SMP.

"Wah, jadi ini Melinda? Cantik. Seperti yang Aldi ceritakan." Sambut Bu Romlah ramah."Ayo masuk. Pintu ini terbuka lebar untukmu."

Mendapat respon yang begitu baik dari calon mertua tentu saja membuat Melinda girang bukan kepalang. Setelah makan bersama dan bercengkrama di ruang keluarga. Mereka berbincang tentang kelanjutan hubungan keduanya.

"Bagaimana Al, wanita secantik, pintar, dan berpendidikan seperti Melinda ini mau kapan kamu nikahi. Ceraikan saja itu Alin yang jelek dan bodoh itu. Heran ibuk kenapa kamu malah nikah sama dia dulu."

"Iya buk, bentar lagi kok. Nanti kalau kami dah nikah boleh tinggal disini kan?"

"Boleh, tentu aja." Jawab Bu Romlah menyetujui, "Kamu bukannya udah beli perumahan?"

"Iya sih buk, tapi masih belum selesai pengerjaannya." Ucap Aldi, "itu juga rencana mau jadi mas kawin buat Melinda."

"Oo, ya udah sih, tinggal aja disini sementara. Nggak papa. Dari pada ngontrak ngabisin duwit."

"Jadi, kami dah dapat restu kan ya?" Aldi memastikan,

Bu Romlah mengangguk.

"Berarti tinggal bikin rencana ceraikan Alin." Aldi menyeringai jahat. Di ikuti tawa dari Melinda dan Bu Romlah.

______

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status