Share

Bab Lima [Wonderland]

Melinda melihat kedepan dalam jarak beberapa meter darinya ada Alin dan Langit yang berjalan kearahnya. Mereka terlihat sedang bercengkrama. Asyik sekali.

Meli menyipitkan matanya, Dia menoleh kebelakang, Aldi masih berada dibelakangnya, sepertinya belum sadar akan keberadaan Alin dan anaknya. Meli tersenyum,

Kita lihat apa yang akan terjadi mas? batinya.

Meli terus berjalan dengan tatapan dan senyum sinis pada Alin, yang bahkan tidak menyadarinya. Alin terlalu asyik dengan anak yang mengajaknya bercanda. Hingga mereka berpapasan. Dari sudut matanya Meli menangkap Aldi yang bersembunyi.

"Pengecut kamu,Mas." Gumam Melinda.

______

"Ayo bu. Kita naik itu. Kita sudah sampai sini masa satu permainan pun Ibu tidak mencobanya?" Ujar Langit menunjuk wanaha roller coaster.

"Ibu sudah cukup tua sayang...." kilah Alin dengan diselingi tawa malu. "Ibu juga takut."

"Tak apa ibu. Ayolah." rengek Langit."Satu permainan saja. Huuuumm?"

Alin tertawa canggung dengan permintaan putranya itu.

"Om, Om Noah juga ikut naik kan?"

"Tentu saja. Sayang jika melewatkan permainan yang satu ini." Ucap Noah menunjuk roller coaster didepan.

"Ibu, ayolah. Semua ini gratis kok."

Alin menatap wajah anaknya yang memohon. Alin lalu melirik Noah. Pria itu menatapnya dengan pandangan yang Alin sulit artikan.

"Baiklah, tapi Satu saja. Okey?"ucap Alin pasrah.

"Yeeyyy..... Ibu mau Om." Seru Langit mengangkat tangannya mengajak Noah Tos. Pria itu pun menepuk tangan Langit untuk Tos.

Noah melirik Alin dengan senyum tipis. Alin mengalihkan wajahnya kikuk.

Akhirnya mereka bertiga menaiki roller coaster. Alin duduk bersebelahan dengan Langit, sementara Noah duduk dibelakang mereka. Ketiganya tenggelam dalam suara jeritan. Setelah di ombang ambing cukup lama, mereka justru memutuskan untuk mencoba wahana lain. Lucu memang, Alin yang awalnya menolak, kini malah yang paling bersemangat. Hingga anak lelaki nya menggelengkan kepalanya dan berdecak.

Berbeda dengan Noah yang justru tersenyum, Ini pertama kalinya dia melihat tawa Alin yang lepas tanpa beban. Ada getaran aneh yang tiba-tiba menyusup dihatinya. Perasaan bahagia melihat senyum wanita yang selalu ketus kepadanya itu.

______

"Mas Aldi sudah pulang?"Tanya Alin saat baru saja sampai di depan rumah melihat Aldi sedang duduk merokok sambil bermain hp di teras.

"Heemm..." dehem Aldi tanpa menoleh.

Alin mencium tangan Aldi begitupun dengan Langit.

"Katanya kepantai? kok nggak basah? nggak bawa baju ganti juga kalian?" Tanya Aldi mencoba memancing reaksi mereka.

"Kami pindah ke Wonderland Yah." ucap Langit.

"Ijinnya kepantai kok pindah ke sana nggak bilang ayah sih?" Aldi meninggikan suaranya.

"Maaf mas. Mas kan kerja, kami nggak mau ngganggu Mas."balas Alin mencoba memberi pengertian.

"Alasan saja kamu Lin."cibir Aldi kesal.

"Mas...."

"Ya sudah. Masuk sana! Buatkan mas makan. Mas lapar." Ujar Aldi masih kesal, karena gara-gara mereka pindah, dia jadi tak tenang di Wonderland tadi. Hingga pulang dengan buru-buru dan Meli pun marah.

"Iya mas. Sebentar ya." Jawab Alin masuk ke dalam rumah.

Alin sibuk membuat makanan untuk Aldi, sedangkan Langit menonton tivi diruang depan. Alin juga mendidihkan air untuk mandi suaminya.

"Lang, kamu mandi dulu sana! Nanti gantian sama Ayah sama ibuk." Teriak Alin dari dapur pada Langit yang masih menonton tivi.

"Iya buk." Sahut Langit beranjak dan masuk kekamar mandi.

Tak lama Langit selesai mandi langsung masuk kekamarnya berganti baju. Sementara Alin sudah hampir selesai memasak. Aldi masuk kedapur.

"Air mandiku sudah siap belum Lin?"

"Sudah mas, Sebentar. Alin tuang dulu ke ember." Jawab Alin mengangkat panci berisi air panas ke kamar mandi.

"Cepet ya Lin, udah lengket banget ini badan Mas." Titah Aldi tak sabar.

"Iya. Udah nih mass." kata Alin keluar dari kamar mandi.

"Kamu masak apa, Lin?"

"Oseng tempe mas."

Aldi mendessaahh pelan. Lalu masuk kamar mandi.

"Ck! Oseng tempe."

_____

Malam itu terasa sunyi dan dingin. Sedingin tubuh Alin yang tanpa pelukan hangat suaminya. Walau kini mereka tidur dalam satu ranjang yang sama.

Alin meringkuk. menangisi dirinya tanpa bersuara. Kenapa Mas Aldi berubah sedingin ini? Kenapa Mas Aldi sudah tidak lagi ingin menyentuhnya, jika ini masalah fisik, masalah wajahnya yang berjerawat, Alin bisa apa?

Dia sudah mencoba obat herbal, mencoba dari yang alami, namun jerawat nya masih bertahan disana..

Alin kembali memgingat, beberapa kali melihat Sosok yang mirip dengan Aldi. Sebenarnya dia ingin bertanya, namun takut akan membuat suaminya itu marah. Alin hanya bisa diam dan menangis. Meringkuk dalam kedinginan, haus akan belaian suaminya.

_____

Keesokan paginya, di meja makan saat mereka sarapan bersama.

"Oseng usus pedas ini enak banget Lin. Bisakah kamu menyiapkan bekal untuk makan siangku?" tanya Aldi menyantap sarapannya.

"Iya mas, Akan Alin siapkan." Ucap Alin beranjak mengambil kotak bekal. mengisinya dengan nasi dan oseng usus pedas. lalu memutupnya dan meletakannya di samping Aldi.

"Bisakah kamu siapkan lagi satu porsi untuk teman Mas?"pinta Aldi lagi. dia ingin Meli juga mencicipi masakan Alin.

Alin menoleh heran pada Aldi, tidak biasanya.

"Mas nggak enak kalau nanti makan sendiri tanpa membaginya pada teman Mas itu, Lin." Ujar Aldi mencoba berkilah.

"O iya mas."

Alin beranjak lagi, menyiapkan satu porsi bekal dan diletakkan di atas bekal yang tadi disiapkan.

"Langit juga mau?" Alin melihat kearah anak lelakinya.

"Enggak bu. Langit sudah cukup."

Alin tersenyum."Ya sudah."

Setelah membereskan semua, Alin berangkat mengantar Langit ke sekolah. Saat dia kembali, Aldi sudah pergi kerja.

Setelah memastikan rumah bersih dan rapi, Alin mulai membuat beberapa makanan kecil. Alin tidak bekerja, akan tetapi dia berjualan online untuk kue-kue dan makanan ringan lainnya.

Semua itu dia lakukan untuk membantu menyokong kebutuhan Dapur dan lainnya. Alin memilih bekerja online karena lebih fleksibel dan tidak terikat waktu kerja. Walau dia harus capek-capek COD atau mengantar pesanan, tidak masalah. Asal saat waktunya menjemput Langit, Alin bisa segera bergegas tanpa harus ijin sana sini.

______

Hari terus berjalan. Alin yang saat itu sedang berada di panti membuat kue untuk anak-anak panti. Skalian dia ingin latihan membuat cake untuk anyversary pernikahan nya dengan Aldi beberapa hari lagi.

Alin sedang mengocok telur dengam Mixer saat Noah masuk kedapur mencari minum. Alin hanya meliriknya tanpa menyapa. Walau dia sudah memutuskan untuk tidak terlalu keras lagi pada pria itu, mengingat dia sudah begitu baik pada Langit anaknya.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" Tanya Noah melihat Alin mengocok telur dengan mixer.

"Membuat kue."

"Oohh..."

"Aku haus. Dimana aku bisa mendapatkan air dingin?." Tanya Noah melangkah mendekat.

"Ada dikulkas." Jawab Alin acuh , menunjuk dengan dagunya.

Noah berjalan mendekati kulkas. mengambil sebotol mineral dan meneguknya. Dia melirik Alin yang sedang sibuk dengan membuat kuenya. Entah sejak kapan, Noah tertarik oleh nya. Wanita yang kini sedang berdiri dengan mixer ditangannya. Dengan rambut bergelombang yang mengembang membuat wanita itu terlihat lucu. Namun menarik Dimata Noah, Alin memakai celemek dengan sedikit noda disana.

Noah meneguk minumannya sekali lagi. Alin terlihat mencoba menguncir rambut nya. Namun tangannya kotor oleh tepung dan bahan kue lainnya, membuatnya menepuk-nepuk tangan nya agar lebih bersih untuk memegang rambutnya..

Noah berjalan mendekat. Tangannya menyentuh rambut Alin sebelum tangan wanita itu mengikat rambutnya.

"Biar kubantu." ucap Noah, saat Alin sedikit menoleh karena merasakan tangan Noah menyentuh rambutnya yang bergelombang.

"Aahh.. Maaf."ucap Alin kikuk, namun tetap membiarkan Noah membantunya mengikat rambut.

"Digulung tinggi saja, pak Noah."pintanya meneruskan mengocok Telur.

"Tolong, jangan memanggilku pak. Itu membuat ku terkesan tua. kita seumuran, Alin."

"Kamu donatur disini, lagipula kamu juga memiliki jabatan. Wajar jika aku memanggil mu pak." Ucap Alin tanpa menghentikan aktivitas nya. "Itu sebagai bentuk penghormatan."

"Saat ini aku masih belum pantas kamu hormati."

Alin menoleh, 

"Aku... Belum mendapatkan pengampunan mu. kamu belum memaafkan ku." Ucap Noah yang telah menyelesaikan ikatannya.

Alin merasa kikuk, kembali beralih mengerjakan lagi membuat kue. Alin meletakkan mixernya berganti mengambil tepung yang sudah dia timbang. Akan tetapi, kakinya sedikit terselip, hingga dia hampir jatuh. Dengan sigap Noah menangkap nya. Dengan melingkarkan sebelah tangannya di perut Alin. dan tangan kanannya menahan lengan wanita itu.

Sedekat itu. Jantung Noah berdetak lebih cepat. Nafas hangatnya menerpa tengkuk Alin.

Lehernya terpampang jelas didepan ku. membuatku ingin merasakannya.. Tenanglah Noah. Sadarlah! Dia wanita bersuami. Jangan ganggu dia. Batin Noah saat itu.

Noah menelan ludahnya dengan sangat susah. Leher milik Alin benar-benar sangat menggoda.

"Pak Noah? Aku sudah berdiri diatas kaki ku sendiri. Aku tidak akan jatuh. Bisakah kamu melepaskanku sekarang?" Pinta Alin merasa canggung.

"Maaf." kata Noah menarik tangannya.

Alin tersenyum kikuk. "Terima kasih."

Alin kembali mengerjakan kuenya.

Wanita ini membuat mataku tak bisa lepas darinya. kenapa harus padanya? Batin Noah lagi, tanpa melepaskan tatapan nya dari Alin.

Setelah Alin selesai membuat kue dan membagikannya pada anak-anak di rumah singgah. Alin dan Langit berpamitan pulang. Hari ini mereka tidak membawa motor. Tapi di jemput oleh Aldi sehabis pulang kerja.

Noah memicingkan mata, menatap tak suka pada Aldi dikejauhan. kenapa? Bukankah ini pertama kalinya Noah bertemu Aldi? Namun kenapa dia terlihat begitu tak suka? Atau karena dia suami Alin, wanita yang terus mengganggu pikirannya? Hingga dia jadi tak suka.

__________

Readers, kira-kira apa ya yang bikin Noah sinis pada Aldi?

Jawab di komen ya.

Jangan lupa untuk subscribe biar nggak kelewat setiap up date.

Terima kasih

Salam literasi

☺️

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sri Gati
kasian Alin cuma di jadikan pembantu oleh suaminya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status