Walaupun Mer pada awalnya merasa bingung karena mengetahui jika dirinya tengah hamil, tetapi kini wanita itu mulai merasa bahagia. Bahkan, wanita itu nampak mengelusi perutnya yang terasa mulai mengeras.Dia bahkan tersenyum seraya membayangkan jika dirinya nanti sudah menjadi seorang ibu, pasti akan sangat menyenangkan memiliki keturunan.Mau perempuan ataupun laki-laki, Mer tidak begitu peduli. Yang terpenting baginya Mer melahirkan keturunan yang sehat dan juga sempurna, untuk urusan jenis kelamin itu yang nomor kedua.Satu hal lagi yang membuat Mer merasa sangat bahagia, Arga menyebut calon buah hatinya sebagai anak kami. Itu artinya Arga bukan hanya menerima dirinya, tetapi juga menerima janin yang kini tengah dia kandung.Selepas shalat subuh, Mer mengalami mual dan juga muntah yang hebat. Namun, setelah meminum air jahe kini rasa mual itu sudah mereda. Bahkan, Mer tidak lagi muntah."Bagaimana keadaan kamu dan putra kita, hem?" tanya Arga yang baru saja masuk ke dalam apartemen
Satu bulan ini Mer merasa tenang karena berjauhan dari Adi, tentunya yang membuat dia lebih tenang lagi karena Mer sudah resmi bercerai dari pria itu.Namun, kini Mer harus bertemu kembali dengan Adi. Rasanya dia benar-benar takut, takut jika Adi akan mempertanyakan bayi yang ada di dalam kandungannya.Mer yang melihat pria itu langsung menjauh, dia sama sekali tidak ingin berdekatan dengan pria itu. Adi terlihat begitu sedih, karena walau bagaimanapun juga Adi masih menganggap jika Mer adalah istrinya."Mer, kenapa kamu malah menjauhiku? Apakah salah jika aku ingin menemui istriku?" tanya Adi seraya menatap Mer dengan tatapan yang penuh dengan kesedihan.Sebenarnya Mer merasa kasihan jika Adi sudah menatapnya seperti itu, karena dia tahu jika rasa cinta dari pria itu kepada dirinya benar-benar sangat tulus.Sayangnya, Adi adalah pria beristri. Terlebih lagi pria itu sudah memiliki seorang anak perempuan yang begitu cantik dan juga menggemaskan. Dia tidak bisa terus bersama dengan Ad
Adi merasa kesal sekali karena tiba-tiba saja Arga berusaha untuk melumpuhkan dirinya, padahal dia bukanlah seorang penjahat. Dia datang ke sana untuk menemui Mer, karena yang dia tahu wanita itu masih istrinya."Lepaskan!" teriak Adi ketika Arga mengencangkan pelintiran tangannya.Jika saja boleh, Arga ingin sekali memukuli pria matang itu sampai babak belur. Karena dia merasa tidak suka saat Adi berusaha untuk memeluk Mer, wanita yang sudah resmi menjadi kekasihnya itu."Gue bakal lepasin elu, Bang. Tapi, dengan syarat elu ngga boleh deketin Mer lagi," ujar Arga.Adi pernah menjadi pria yang begitu berarti di hati Mer, dia tidak mau jika pria itu dekat-dekat dengan Mer. Takutnya Mer akan luluh kembali, lalu mereka kembali bersatu.Kekuatan cinta terkadang tidak masuk di akal, bisa saja bukan mereka akan bersatu kembali karena kini Mer sedang mengandung benih dari Adi, pikir Arga."Gue ngga bakal deketin Mer lagi, tapi setidaknya kasih gue kesempatan buat ngomong sama mantan bini gue
Melihat kepergian Arga yang membawa Mer dalam keadaan kesakitan, Adi tiba-tiba saja merasakan hatinya ikut sakit. Dia bahkan merasa begitu marah karena tiba-tiba saja istrinya datang dan mengamuk seperti itu.Dia tidak menyangka jika Hanum bisa berbuat sejahat itu kepada Mer, padahal menikahi Mer dulunya adalah rencana dari Hanum sendiri.Namun, kini kelakuan Hanum sudah seperti istri yang teraniaya. Istri yang terdzalimi, istri yang diselingkuhi oleh suaminya sendiri. Padahal, nyatanya Hanum sendiri dulu yang meminta dirinya untuk menikah kembali. Setelah memiliki keturunan, Hanum bahkan meminta Adi untuk meninggalkan Mer.Sungguh jahat bukan niat dari wanita itu, tetapi kini keadaannya malah terbalik. Adi seakan adalah pria terjahat yang ada di muka bumi ini, Adi seakan menjadi pria brengsek yang selalu mempermainkan wanita."Tunggu, Mas. Aku ingin ikut," ujar Hanum ketika melihat suaminya masuk ke dalam mobilnya.Adi menghela napas berat, karena walau bagaimanapun juga dia tidak b
Setelah selesai melakukan kuretase, Mer dipindahkan ke ruang perawatan. Arga tidak pernah sedikitpun beranjak dari sisi Mer, pria itu selalu setia menemani Mer.Adi dan juga Hanum masih berada di rumah sakit tersebut, mereka berdua nampak duduk di bangku tunggu tepat di depan ruang perawatan milik Mer.Keduanya terlihat begitu gelisah karena sampai saat ini Mer belum juga sadarkan diri, Adi sungguh takut akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan kepada Mer."Ini semua gara-gara kamu, Hanum. Jika kamu tidak datang menyusul, maka tidak akan terjadi hal yang seperti ini terhadap Mer," ujar Adi penuh dengan kekesalan saat menatap wajah istrinya tersebut.Hanum yang mengakui kesalahannya pun hanya terdiam, dia tidak berani melawan ataupun membantah ucapan dari suaminya tersebut.Ah! Adi benar-benar merasa frustasi, jika benar bayi yang dikandung oleh Mer dan baru saja keguguran itu adalah benihnya, maka sungguh dia benar-benar merasa terluka.Setelah cukup lama berdiam diri akhirnya A
Setelah pulang ke rumah, Adi hanya terdiam dan tidak pernah menegur Hanum. Akan tetapi, jika dia sedang bersama dengan Meira, pria itu akan terlihat hangat dan begitu menyayangi putrinya tersebut.Namun, jika saat berdekatan dengan Hanum, Adi nampak begitu enggan untuk bersama dengan wanita itu. Bahkan, Adi kini selalu tidur bersama dengan Meira.Pria itu selalu berkata ingin membacakan dongeng untuk putrinya sebelum tidur, tetapi pada kenyataannya pria itu tidak pernah kembali ke kamar utama.Hanum benar-benar merasa kesepian, Hanum benar-benar merasa tidak dianggap istri oleh Adi. Namun, dia tidak berani menegur pria itu karena memang pada kenyataannya dialah yang salah.Hal ini terjadi bukan baru satu atau dua hari, tetapi sudah satu bulan lamanya Adi tidak pernah menegur istrinya tersebut.Malam ini, Adi kembali tidur dengan putrinya. Hanum benar-benar merasa tidak tahan dengan keadaan seperti ini, dia tinggal di rumah yang sama dengan suaminya tetapi tidak pernah bertegur sapa.S
Arga mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam apartemen Mer, dia lebih memilih kembali ke dalam apartemennya dan merebahkan tubuh lelahnya di atas tempat tidur.Walaupun rasanya rindu dan juga tidak tahan untuk segera bertemu dengan Mer, tetapi dia masih bisa mengontrol dirinya. Lagi pula mereka belum menjadi pasangan halal, tidak boleh bukan jika harus selalu bersama-sama.Terlebih lagi ini adalah malam hari, takut takutnya Arga malah ingin melakukan hal yang lain sama seperti yang sudah-sudah. Karena memang dia itu begitu sulit untuk mengontrol emosinya ketika berdekatan dengan Mer.Bukan ingin melakukan hal yang tidak-tidak terhadap wanita itu, tetapi dia tidak sabar untuk bisa segera mengesahkan Mer dan menjadikan wanita itu miliknya seutuhnya."Lebih baik aku tidur saja, besok sebelum bekerja baru aku temui Mer," ujar Arga.Setelah mengatakan hal itu, dia langsung memejamkan matanya. Ia berusaha untuk terlelap di dalam tidurnya, walaupun memang begitu sulit.*Pagi telah menjela
Setelah kembali bekerja dengan Arga, kini Mer kembali lebih ceria. Terlebih lagi di dalam setiap harinya Arga selalu memberikan perhatiannya kepada wanita itu. Arga selalu memanjakan wanita itu, Arga selalu berusaha untuk membahagiakan Mer. Pria itu seakan tidak mau membuat wanitanya terluka, pria itu seakan tidak mau membuat wanita itu tersinggung sedikit pun.Jika hari libur tiba, pria itu akan mengajak Mer untuk pergi jalan-jalan. Dia ingin melihat Mer lebih tenang lagi, dia ingin melihat Mer lebih bahagia menjalani kehidupannya.Sesekali juga dia akan menyempatkan waktu untuk mengajak Mer makan malam di luar, hal itu dia lakukan agar Mer tidak merasa jenuh jika berdiam diri saja di apartemen.Hal itulah yang terus-menerus dia lakukan kepada Mer selama dua bulan ini, dia berusaha untuk mengembalikan keceriaan dari wanita itu.Setelah melihat Mer yang begitu ceria, pada akhirnya malam ini Arga memutuskan untuk menemui Mer bersama dengan sang ayah. Karena memang dia meminta tuan Dan